-->

iklan banner

Pantun Jenaka


Hilir berderap pulang kampung berderap
Patahlah galah haluan perahu
Bini berkurap laki berkurap
Setiap malam duduk bergaru

Tumbuhlah lada ditepi lebuh
Kalau dimakan pedas kerongkong
Sungguhlah manja berbini lumpuh
Kemana berjalan minta didukung

Buluh betung di tepi pondok
Terbakar pohon tidak kan hangus
Sungguh beruntung berbini gemuk
Lapar setahun tidaklah kurus

Eloknya menebang kayu resak
Kayu ditebang dengan gergaji
Eloklah orang berlaki pekak
Diumpat orang disangka memuji

Baca Juga

Kijang berjalan terlunta-lunta
Tupai kencing di pintu sarang
Bujang berkawan dengan si dara
Bagai kucing menunggu panggang

Tupai kencing di pintu sarang
Bibir melepuh dibawa menyingai
Bagaikan kucing menunggu panggang
Liurnya jatuh menganak sungai

Bibir melepuh di bawa menyingai
Kera mengail diujung dahan
Liur mengalir menganak sungai
Mata terbendil sebesar lengan

Parang putus menetak batu
Campak barang tinggallah putting
Orang nan kurus membuka baju
Nampak tulangnya dikejar anjing

Sejak orang pergi menembus
Pebara tidak berapi lagi
Sejak terpasang gigi emas
Tertawa tidak terhenti lagi

Selama tidak berperigi lagi
Punai merbah meninggi hari
Selama tidak bergigi lagi
Petai dikunyah terpelajar menari

Selama tumbuh lantai kolek
Habislah tiris tiang-tiangnya
Selama beruk terpelajar bersolek
Habislah gadis dipinangnya

Selama memasang lantai melata
Banyaklah ketam lara melata
Selama musang terpelajar merayu
Banyaklah ayam nan jatuh cinta

Selama pasu berantaikan tali
Banyaklah gelang berjala-jala
Selama si bisu terpelajar merayu
Banyaklah orang tergila-gila

Mendengar jeruk jatuh berdebah
Banyak belalang pergi berbaris
Mendengar beruk bermain rebab
Banyaklah orang duduk menangis

Sejuk limau jadi kedondong
Banyak pudding dimakan ulat
Sejak harimau giginya ompong
Banyak kambing melawan bersilat

Sejak kelalang jadi belalang
Pupuslah talam dilendannya
Sejak belalang jadi elang
Banyaklah orang mabuk kepayang

Sejak belut menjadi tempala
Banyaklah unta menjadi tenuk
Sejak si untut bermain bola
Banyak si buta tiba menengok

Selama tempua berbini landak
Banyak udang berhati risau
Selama orang bau tanah berbini budak
Banyaklah bujang pergi merantau

Sejak terlanda ke kaki kijang
Banyaklah kandis gugur malam
Sejak janda berkali kan bujang
Banyaklah gadis tak tidur malam

Maksud hati memindang belanak
Belanak tak sanggup hiu pun jadi
Maksud di hati meminang anak
Anak tak sanggup ibu pun jadi

Sudah penat merendang kandis
Kandis dikerat buah beralih
Sudah penat meminang gadis
Gadis tak sanggup janda pun boleh

Selama tumang tidak menyala
Banyak periuk tidak diangkat
Selama siamang tidak menjala
Banyaklah beruk turun memukat

Maksud hati menebang saja
Disuruh pepat apatah lagi
Maksud hati memandang saja
Dirusuh akrab apatah lagi

Sejak tungau berbini tuma
Banyaklah bebek menimbang taji
Sejak harimau menjadi ulama
Banyaklah rusa tiba mengaji

Selama genta bertali baja
Genta dituang menjadi talam
Selama si buta menjadi raja
Pelita dipasang siang malam

Sejak periuk berisi tulang
Habislah arang untuk pebara
Sejak beruk jadi hulubalang
Habislah orang masuk penjara

Selama limau bersimpai rotan
Habislah macang dimakan tupai
Selama harimau menjadi sultan
Habislah orang memakan bangkai

Sejak lembing bertangkai rotan
Banyak bendo dipatahkannya
Sejak kambing menggunakan sorban
Banyak orang dinikahkannya

Parang putih pendek sejari
Pasak sedikit menjadi mayang
Menengok haji menari joget
Imam katib bermain wayang

Tembuk labu di balik peti
Daun cabe dipatuk balam
Menengok penghulu asik berjodi
Turun wak lebai menyambung ayam

Pucuk bayam sipucuk kangkung
Batang keladi di balik kandang
Menengok imam duduk mencangkung
Orang mengaji golek gelantang

Ulat bulu di tepi batang
Anak beruang mandi bertimba
Melihat penghulu mandi telanjang
Banyaklah orang lari ke rimba

Lebat padi di tepi kolam
Anak bajing ditimpa mangga
Melihat kadi mencuri ayam
Wak lebai lupa kan doa

Mengerat tebu dengan sejata
Onak mengait ketiak koyak
Melihat wak guru bermain mata
Anak muridnya mengayak berak

Menengok simpanse dipeluk anjing
Banyaklah kijang berjalan turun
Menengok orang bau tanah duduk bersanding
Banyaklah bujang meminum racun

Pucuk manggis batang belimbing
Buah ara di tengah paya
Duduk menangis si orang sumbing
Dia murka disangka tertawa

Tajuk bertajuk batangnya dedap
Buah kelakap tangkainya pendek
Duduk merajuk si orang gagap
Di bercakap disangka mengejek

Pucuk manggis batang mengkudu
Berbuah bayam daunnya merah
Duduk menanggis si orang bisu
Dia membisu disangka marah

Patah kemudi pasang pelita
Air dalam tiada berlumpur
Patahlah hati si orang buta
Dia nan membisu disangka tidur

Rebahlah padi ditendang burung
Pelanduk menderap lari bertiga
Hibahlah hati si orang ompong
Lauknya sedap gigi tak ada

Sesaplah ladang diberilah tanda
Semaknya sanggup dibentuk suluh
Sedaplah orang berbinikan janda
Anaknya sanggup disuruh-suruh

Pisau belati bertali lurus
Buat penjaga ancaman datang
Risaulah hati berbini kurus
Penat meraba teraba tulang

Berbuah kuini masak setangkai
Berbuah terug tempuknya gugur
Selama berbini bijak dan pandai
Laki berkurung di sudut dapur

Adu beradu periuk belanga
Lekar terguling di bawah tingkap
Tersedu-sedu beruk di rimba
Mendengar kambing membaca kitab

Terung panjang dibentuk gulai
Masak di periuk beri berkuah
Tertolong panjang wak lebai
Mendengar beruk member petuah

Selama banyak buah kedondong
Banyak belimbing terjela-jela
Selama banyak janda di kampung
Banyaklah kambing tergila-gila

Banyaklah manggis tidak berisi
Karena macang berbiji muda
Banyaklah gadis tidak berlelaki
Karena bujang mencari janda

Sejak pelatuk berbini serindit
Banyak keluang tergapai-gapai
Sejak beruk menjadi joget
Banyaklha orang bercerai berai

Sejak belimbing bersimpai rotan
Banyaklah pinang dipalut duri
Sejak wak kambing menggunakan sorban
Banyaklah orang menyemput kenduri


Sumber http://ajstyle13.blogspot.com

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pantun Jenaka"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel