Pantun Anak Melayu
Assalamualaikum wr,wb sahabatku..
apa kabarnya?
apa kabarnya?
Semoga dalam keadaan sehat dan dalam lindungan yang maha Esa ALLAH SWT.
Saya sedikit bercerita ini wacana kampung halaman saya, Orang Melayu!
Orang melayu itu Keren bagi seluruh Indonesia semuanya khususnya orang islam ok..
kampungku ini memang bener-bener hebat..
kami anak Melayu yaitu 90% islam keturunan..
dan dikatakan orang Melayu yaitu orang yang beragama Islam, lahir di kampung melayu dan tentunya berbahasa Melayu.. berikut sedikit ulasan tetang anak Melayu..
kampungku ini memang bener-bener hebat..
kami anak Melayu yaitu 90% islam keturunan..
dan dikatakan orang Melayu yaitu orang yang beragama Islam, lahir di kampung melayu dan tentunya berbahasa Melayu.. berikut sedikit ulasan tetang anak Melayu..
Pepatah Melayu mengatakan, “Tuah ayam pada kakinya, Tuah insan pada anaknya”. Ungkapan ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan anak dalam kehidupan manusia.
Di dalam tradisi Melayu, yang disebut “Anak bertuah” yakni menjadi insan yang tepat lahiriah dan batiniahnya. Anak yang menjadi “orang” itulah senantiasa diperlukan serta diidam-idamkan oleh setiap keluarga Melayu, lantaran bukan saja membawa “Tuah” bagi orang bau tanah dan kaum kerabatnya, tetapi juga bagi bangsa dan negaranya.
Di dalam ungkapan disebut:
“Tuahnya selilit kepala
Mujurnya selilit pinggang
Kecilnya menjadi tuah rumah
Besarnya menjadi tuah negri”
Untuk mewujudkan impian semoga anaknya menjadi “orang”, aneka macam upaya mereka lakukan. Bahkan , perjuangan itu sudah dimulai pada dikala seorang anak didalam kandungan. Apa bila sang istri hamil, diberlakukanlah aneka macam macam ragam “pantang larang” yang disempurnakan lagi dengan upacara-upacara tertentu hingga bayinya lahir. Diantara bentuk upacara itu ialah “Menujuh bulan atau melenggang perut” yang dilakukan ketika kehamilan memasuki bulan ketujuh. Maksudnya, selain mendoakan semoga sang ibu selamat dan gampang melahirka, juga supaya anak yang berada dalam kandungannya kelak menjadi insan yang sehat, tepat lahiriah dan batiniahnya. Selanjutnya, semenjak bayi lahir, diberlakukan lagi aneka macam aneka ketentuan moral dan tradisi yang disampai dengan anutan agama.
Didalam pergaulan sehari-hari, yang selalu ditanyakan orang Melayu antara sesama keluarga dan sobat handainya yaitu wacana anak mereka. Berapa anaknya?, bagaimana keadaannya?, menjadi “orang ” atau belum?. Anak yang menjadi ”orang” sangatlah dibanggakan, dijadikan teladan, kebanggaan dan sebutan di dalam masyarakatnya. Orang tua-tua akan merangsang anak kemanakanya supaya meneladani anak yang sudah menjadi “orang” itu. Sebaliknya, anak yang jahat dan merusak, pemalas dan perajuk, bukan saja memalukan keluarga dan kaum kerabatnya, tetapi menjadi malu dan malapetaka bagi orang kampong. Anak ini pun dijadikan contoh, tetapi pola buruk, yang harus dijauhi.
Orang Melayu meyakini bahwa setiap anak yang sudah menjadi “orang”, lantaran hakekatnya, setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Kuncinya sangat tergantung kepada bagaimana perilaku dan prilaku serta tanggung jawab orang tuannya. Sepanjang orang bau tanah berusaha menunjukkan “ tunjuk dan ajar” yang baik, akan sepakat anak itu. Tetapi apabila anak itu dibiarkan terlantar, pastilah anak itu tidak menjadi “orang”. Di dalam ungkapan disebut, “ Kalau anak hendak selamat, tunjuk asuh hendaklah ingat” dan sebaliknya, “kalau anak hendak tenggelam, tunjuk tak ada asuh pun haram” . perlakuan orang bau tanah yang menyia-yiakan anaknya, samalah artinya dengan menyuruh si anak “ berlayar dengan bahtera bocor, berjalan dirimba tidak berintis”. Anak ini tentulah akan karam dan tersesat dalam hidupnya. Maka berdasarkan moral dan tradisi Melayu, “musibah” ini hakekatnya bukan saja menjadi beban dan tanggung jawab orang tuanya, tetapi juga menjadi beban dan tanggung jawab seluruh keluarga dan masyarakatnya, ibarat dituangkan dalam ungkapan:
“Durhaka anak lantaran ibunya
Binasa anak lantaran bapaknya
Celaka anak lantaran kaumnya
Larat anak lantaran sekampungnya”
“ Kalau anak tidak dipinak
Hutang bertambah marwah tercampak
Kaum binasa bangsa pun rusak
Dunia darul abadi beban dibawak”
Besarnya tanggapan yang disebabkan oleh anak yang tersia-siakan itu, mengakibatkan orang Melayu sangat mengutamakan upaya semoga anaknya sanggup menjadi “orang”. Prinsip ini bukan saja dikokohkan oleh moral dan tradisinya, tetapi dilandasi pada keyakinan, bahwa setiap anak yang mereka miliki yaitu amanah dari Tuhan. Sedangkan anutan agama, moral dan tradisi, mewajibkan mereka untuk menjunjung tinggi, melaksanakan, serta menyempurnakan setiap amanah yang merekan terima dan warisi.
Didalam ungkapan disebutkan:
“Apa tanda orang bertuah
Hidup mati memegang amanah”
Acuan inilah yang mengakibatkan orang Melayu menempuh aneka macam cara untuk menimbulkan anaknya “orang” yang tepat lahiriah dan batiniahnya.
Terimakasih telah membacara artikel yang keren ini, bersama saya AJ mengucapka ribuan terimakasih dan kalau ada saran dan kritikan yang sangat membantu saya saya persilahkan J
Dan silahkan like dan share ke sobat yang lain kalau ini sangat membantu dan bermanfaat.ok
Sumber http://ajstyle13.blogspot.com
0 Response to "Pantun Anak Melayu"
Posting Komentar