Laporan Praktikum Silvikultur Skarifikasi
LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR SKARIFIKASI
SKARIFIKASI
Tujuan
- Mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan persentase kecambah.
- Mengetahui banyak sekali macam cara skarifikasi (perawatan) baik fisik, chemis, maupun mekanis pada benih suatu jenis tumbuhan tertentu dan pengaruhnya terhadap perkecambahan yang dihasilkan.
Bahan dan Alat
- Benih yang akan ditabur
- Pasir / tanah
- Asam sulfat
- Kertas dan alat tulis
- Termometer
- Bak tabur/ kantong plastik
- Sprayer, gembor dan selang
- Amplas / gergaji besi
- Tang / tanggem
- Kompor, panci, dan botol kecil
Cara Kerja
- Benih dari jenis yang telah ditentukan dipilih, diseragamkan ukuran, kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya).
- Untuk skarifikasi fisis dilakukan perendaman benih pada:
- Air ledeng sebanyak 30 butir
- Air dengan suhu 50˚C sebanyak 30 butir
- Air dengan suhu 75˚C sebanyak 30 butir
- Air dengan suhu 100˚C sebanyak 30 butir
- Perbandingan benih : air yakni 1 : 10, setelah dituangi air, benih diaduk-aduk biar mendapat pemanasan yang merata. Lama perendaman minimal 12 jam.
- Untuk skarifikasi chemis/ kimia, benih direndam dalam larutan kimia H2SO4 dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 14% selama 5 menit, sehabis itu dibilas dengan air ledeng, masing-masing perlakuan 30 butir benih. Larutan yang dipakai tidak perlu banyak, cukup biar seluruh benih terendam.
- Untuk skarifikasi mekanis, dilakukan penggosokan benih pada:
- Bagian yang akan keluar akarnya
- Bagian keliling benih
- Seluruh permukaan benih
- Benih diretakkan dengan alat penjepit atau pemukul
- Untuk masing-masing perlakuan diharapkan 30 butir benih
- Sebagai kontrol benih dihitung sebanyak 50 butir, kemudian benih kontrol dan benih yang sudah diberi perlakuan ditabur dalam waktu yang bersamaan, dengan memakai media pasir dan dengan kedalaman 1 cm. Sebelum penaburan dilakukan, pasir harus dibasahi terlebih dahulu.
- Sesudah selesai melaksanakan penaburan label dipasang, yaitu label yang berisi perlakuan, tanggal penaburan, jenis benih, dan nama kelompok, serta menciptakan bagan daerah meletakkan hasil percobaan. Media disiram lagi hingga lembap, dan penyiraman selanjutnya dilakukan setiap pagi dan sore.
Tinjauan Pustaka
Benih merupakan komponen teknologi kimiawi biologis pada setiap isu terkini tanam untuk komoditas tumbuhan pangan. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang dipakai sebagai penerus generasi . Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut bekerjsama hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2002).Pemecahan dormansi dan penciptaan lingkungan yang cocok sangat perlu untuk memenuhi proses perkecambahan. Benih yang memiliki kulit biji tidak permeable sanggup dirangsang dengan mengubah kulit biji untuk menciptakan permeable terhadap gas–gas dan air. Perkecambahan benih dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam (faktor genetic) berupa tingkat pemasakan benih dan kulit benih dari luar (faktor lingkungan) yaitu imbas suhu, cahaya, air dan media tumbuh (Haryuni, 2007).
Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang akan menuntaskan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor selesai yanga menuntaskan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan pada beberapa jenis tumbuhan tergantung pada upaya pemecahan dormansinya. Vigor benih sanggup menjadi warta penting untuk mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal (Shankar, 2006).
Baca Juga : Laporan Praktikum Silvikultur Pengujian Viabilitas dan Kondisi Benih
Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik, fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk berkecambah. Index matematis terhadap perkecambahan sanggup gampang untuk menggambarkan kualitas benih yang sanggup diterima oleh seluruh konsumen (Al-Karaki, 2002).
Pada umumnya biji tidak segera tumbuh menjadi tumbuhan gres akan tetapi memerlukan waktu istirahat yang cukup lama. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi sanggup dipandang sebagai laba biologis dari benih dalam menghadapi siklus pertumbuhan tumbuhan terhadap keadaan lingkungannya, baik isu terkini maupun kemungkinan- kemungkinan variasi yang akan terjadi. Dormansi pada benih sanggup disebabkan oleh keadaan fisik dari biji/kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut (Purwanto, 1984).
Daftar Pustaka
Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake, germination and growth oflentil. Journal of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.Haryuni dan Harjanto. 2007. Pengaruh Skarifikasi Sistem Oven Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Awal Benih Tanaman Jati (Tectona grandis L.F). ISSN: 0854-2813 VOL. 7 NO. 1 JANUARI 2007.
Purwanto, 1984. Fisiologi Biji. Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Shankar, U. 2006. Seed size as a predictor of germination success and early seedling growth in Hollong (Dipterocarpus macrocarpus vesque). New Forests 31(2):305- 320.
Sutopo .2002.Teknologi Benih.Fakultas Pertanian UNBRAW.Rajawali Pers : Jakarta.
0 Response to "Laporan Praktikum Silvikultur Skarifikasi"
Posting Komentar