Dilema Keamanan Atau Security Dilemma Dalam Korelasi Internasional
Dilema Keamanan atau Security Dilemma Dalam Hubungan Internasional – Dalam perjalanan panjang studi Ilmu Hubungan Internasional, security dilemma dikenal sebagai salah satu konsep besar yang dipakai dalam menganalisa keadaan internasional di mana situasi keamanan dan kedamaian di dalamnya tidak sanggup sepenuhnya dijamin.
Dari dulu sampai remaja ini, keamanan merupakan kepentingan vital bagi setiap negara. Setiap negara harus bisa menjamin keamanannya sendiri. Kekuatan negara tanpa keamanan yang terjamin pastinya akan membuat kekuatan dan kekuasaan di negara tersebut runtuh dengan mudahnya.
Setiap negara akan terus berupaya dalam meningkatkan dan menjamin keamanannya sendiri dengan segala cara, termasuk dengan memperkuat kekuatan militernya. Teori Realisme dalam Hubungan Internasional selalu menekankan power sebagai hal penting yang harus dimiliki oleh sebuah negara dalam sistem internasional yang anarkis, bagaimana dengan konsep dilema keamanan ini sendiri?
Security Dilemma Dalam Hubungan Internasional: Sebuah Pengantar
Dilema Keamanan atau Security Dilemma dalam Hubungan Internasional, yang juga dikenal sebagai spiral mode (mode spiral) kerap digambarkan sebagai suatu keadaan atau situasi di mana tindakan yang diambil oleh negara yang memperkuat sistem pertahanan dan keamanannya, ibarat meningkatkan kekuatan militer atau pun membentuk aliansi dengan negara lain. Tindakan tersebut sanggup mengakibatkan negara-negara lain, terutama negara tetangga yang berada di sekitarnya, menanggapi tindakan tersebut dengan tindakan/langkah serupa. Hal tersebut kemudian akan bisa meningkatkan ketegangan sampai terciptanya konflik, terutama di suatu daerah internasional. 1
Asal-Usul Konsep Security Dilemma dan Pengertiannya
Istilah Dilema Keamanan sendiri diciptakan oleh akademisi kebangsaan Jerman, John H. Herz, lewat bukunya, Political Realism and Political Idealism, pada tahun 1951. Di waktu yang sama, sejarawan Inggris, Herbert Butterfield, menggambarkan situasi yang sama lewat bukunya History and Human Relations, namun mengistilahkannya sebagai “absolute predicament and irreducible dilemma” (keadaan mutlak dan dilema tak tereduksi-red). 2
Menurut John H. Herz sendiri, dilema keamanan atau security dilemma dalam Hubungan Internasional adalah “gagasan struktural di mana upaya-upaya yang diambil oleh sebuah negara untuk menjaga kebutuhan keamanannya sendiri, terlepas dari apapun niatnya, cenderung memicu ketidaknyamanan bagi negara-negara lainnya, terutama negara yang berada di sekitarnya, alasannya yaitu masing-masing negara (yang mengambil tindakan tersebut) menganggap bahwa tindakan yang diambilnya hanyalah bersifat defensif dan tindakan yang diambil negara lain bersifat mengancam”. 3
Merujuk pada sistem internasional yang bersifat anarki, masing-masing negara membutuhkan kekuatan/power dan juga keamanan. Setiap negara merasa wajib mempunyai sarana/instrumen kekuatan baik utama maupun pendukung, ibarat kekuatan militer dan persenjataan, sebagai bukti bahwa sebuah negara mempunyai kekuatan, dan juga sebagai alat pertahanan demi menjamin keamanan suatu negara dari bahaya kekuatan negara lain, terlebih dari serangan luar. Dengan kondisi yang anarki tersebut, negara kemudian menganggap bahwa keamanan merupakan first concern. 4
Efek Samping Peningkatan Keamanan Sebagai Respon Terhadap Dilema Keamanan
Dilema keamanan akan membuat persaingan antar-negara dalam upaya untuk meningkatkan keamanan masing-masing. Dalam hal ini, setiap negara tentu tidak mau disaingi oleh negara lain dalam peningkatan keamanannya sendiri. Untuk itu, negara akan membentuk anggaran militernya sebagai hasil dari upaya untuk menyisihkan devisa negara untuk kepentingan persenjataan.
Dana militer tidaklah sedikit. Dan kepentingan pertahanan serta keamanan ini akan terus menggerus anggaran pemerintahan untuk aneka macam kepentingan lainnya yang seharusnya ia penuhi. Hal ini juga cepat atau lambat akan mempengaruhi perekonomian suatu negara dengan hal yang terbilang negatif.
Dengan kondisi ekonomi yang semakin terpuruk sebagai hasil dari upaya peningkatan keamanan, sebuah negara cepat atau lambat justru akan runtuh dan permasalahan domestik akan timbul yang justru merusak negara itu sendiri dari sisi internal, yang kemudian membuat negara atau kekuatan lain gampang masuk untuk mengintervensi.
Dilema Keamanan dalam Kawasan Internasional
Dilema keamanan rentan terjadi di setiap kawasan, baik daerah yang rawan konflik ibarat Asia Timur dan Asia Selatan, terutama di Timur Tengah. Cina dan Jepang serta Korea Selatan dan Korea Utara merupakan pola faktual di mana ketegangan timbul sebagai hasil dari peningkatan keamanan. Dalam respon yang serupa, Cina juga sudah memodernisasi militernya.
Masing-masing negara justru merasa terancam oleh peningkatan kekuatan militer dari negara lain. Ancaman tersebut kemudian mendorong mereka untuk ikut mengambil upaya dalam meningkatkan pertahanan dan keamannya.
Begitu juga India dan Pakistan. Salah satu bentuk faktual yang paling sering terjadi sampai sekarang yaitu dilema keamanan di Timur Tengah. Contohnya, ketika Iran memproduksi nuklir dengan alasan untuk menggantikan minyak sebagai sumber tenaga utama, Israel dan aneka macam negara di daerah tersebut merasa terancam dan ikut mengambil langkah yang sama guna mengimbangi Iran.
Pembahasan Lainnya Mengenai Security Dilemma Dalam Hubungan Internasional
Perlombaan Senjata (Arms Race)
Karena dunia dan sistem internasional yang terdapat di dalamnya bersifat anarkis, negara kerap membangun dan meningkatkan kekuatan militer untuk tujuan pertahanan dan keamanannya. Namun, alasannya yaitu aneka macam negara tidak menyadari niat masing-masing, negara-negara lain bukannya menafsirkan tindakan tersebut sebagai tindakan defensif tapi justru akan merespon tindakan tersebut sebagai tindakan ofensif. Dan jikalau demikian, negara-negara lain mungkin akan mengambil tindakan garang sebagai respon, yang kemudian akan membuat situasi yang tidak stabil. Degan begitu akan ada kemungkinan terciptanya perlombaan senjata (arms race) antara negara-negara, terutama negara yang berada di suatu kawasan. 5
Contoh lainnya mengenai perlombaan senjata sebagai akhir dari munculnya dilema keamanan yaitu apa yang terjadi di Jerman dan Inggris sebelum meletusnya Perang Dunia I. Robert Jervis menyampaikan bahwa sebagian besar sikap dalam periode tersebut merupakan produk teknologi dan keyakinan yang memperbesar dilema keamanan. Dalam pola tersebut, para strategists yakin bahwa tindakan ofensif akan lebih menguntungkan ketimbang tindakan defensif, tetapi pada jadinya hal tersebut tidaklah seharusnya terjadi. 6
Dalam hal perlombaan senjata, apa yang terjadi antara AS dan Uni Soviet selama Perang Dingin, di mana keduanya berlomba dalam konstruksi senjata nuklir, menjadi pola faktual yang paling terkenal. 7
Pembentukan Aliansi
Dilema keamanan juga bisa memaksa negara untuk membentuk aliansi gres atau pun memperkuat aliansi yang sudah ada. Jika tindakan ofensif dianggap kurang menguntungkan, maka pembentukan aliansi bisa menjadi alternatif yang menguntungkan. 8
Di bawah dilema keamanan terdapat dua alasan mengapa aliansi terbentuk. Pertama, sebuah negara yang kurang puas dengan tingkat keamanannya akan cenderung mempunyai bermacam-macam bentuk aliansi untuk mendukung dan memperbesar tingkat keamanannya. Kedua, sebuah negara ragu dengan kekuatan aliansi yang ia miliki dikala ini bisa membantunya jikalau terjadi ancaman, oleh alasannya yaitu itu ia tetapkan untuk membentuk aliansi gres dengan negara lain. 9
Kesimpulan
Dilema Keamanan atau Security Dilemma dalam Hubungan Internasional akan terus hadir sebagai sebuah konsep demi menganalisa dan menjelaskan apa yang terjadi di antara negara yang tampaknya gigih dalam upayanya meningkatkan keamanan. Sebuah negara akan merasa terancam jikalau negara lain baginya terlihat ofensif dalam meningkatkan keamanannya, dan mengambil langkah yang serupa demi menjamin keamanannya pula.
Dalam konsep dilema keamanan, kita bisa melihat bahwa di antara negara yang saling berlomba untuk meningkatkan kekuatan militer demi keamanannya sendiri cenderung terlihat terjerumus dalam kesalahpahaman. Apa yang seharusnya bersifat defensif cenderung dilihat sebagai tindakan ofensif, sehingga memicu negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa demi meningkatkan keamanannya. Itulah yang yang terjadi di konsep Security Dilemma dalam Hubungan Internasional.
Referensi:
- Jervis, R. “Cooperation under the Security Dilemma,” World Politics vol. 30, no.2 (January 1978), hlm. 167–174; dan Jervis, R. Perception and Misperception in International Politics (Princeton, N.J.: Princeton University Press, 1978), hlm. 58–113. ↩
- Roe, Paul. The Intrastate Security Dilemma: Ethnic Conflict as a ‘Tragedy’? Journal of Peace Research vol. 36, no. 2 (Mar., 1999), hlm. 183–202. ↩
- Herz, J. “Idealist Internationalism and the Security Dilemma”, World Politics vol. 2, no. 2 (1950): 171–201, hlm. 157 (Published by Cambridge University Press). ↩
- Barry R. Posen, Security Dilemma and Ethnic Conflict, diambil dari http://www.sais-jhu.edu/cmtoolkit/pdfs/posen-1993.pdf ↩
- Jervis, R. “Cooperation Under the Security Dilemma”, World Politics vol. 30, no. 2 (1978): hlm.186–214 (Published by Cambridge University Press). ↩
- Ibid ↩
- Ibid ↩
- Ibid ↩
- Christensen, T.J. and Snyder, J. “Chain Gangs and Passed Bucks: Predicting Alliance Patterns in Multipolarity”, International Organization (Spring 1990) vol. 4, no. 2 (Published by the World Peace Foundation and MIT). ↩
Sumber https://www.seniberpikir.com
0 Response to "Dilema Keamanan Atau Security Dilemma Dalam Korelasi Internasional"
Posting Komentar