-->

iklan banner

Teori Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik merupakan salah satu teori yang banyak dipakai dalam penelitian sosiologi. Teori ini mempunyai akar keterkaitan dari aliran Max Weber yang menyampaikan bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh individu didorong oleh hasil pemaknaan sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Makna sosial diperoleh melalui proses interpretasi dan komunikasi terhadap simbol-simbol di sekitarnya.


Baca juga Interaksi Sosial: Pengertian dan Contohnya







Sebagai contoh, bayangkan wacana koleksi foto instagram teman kau yang mengenakan jaket bertuliskan Supri (brand fahion mahal) dengan background memperlihatkan ia sedang berada di luar negeri. Foto tersebut menandai sebuah status sosial tertentu. Brand fashion mahal mendeskripsikan kemampuan finansialnya untuk membelinya. Background foto luar negeri memperlihatkan bahwa dirinya mempunyai saluran dan kemampuan untuk traveling ke negeri orang yang tentunya tidak semua orang mampu.


Teori interaksionisme simbolik merupakan salah satu teori yang banyak dipakai dalam pene Teori Interaksionisme Simbolik


Tanda-tanda tersebut merupakan simbol yang dipakai untuk berkomunikasi dan memberikan pesan pada orang lain. Teori interaksionisme simbolik melihat membagi foto semacam itu di Instagram merupakan sebuah tindakan dengan penggunaan simbol dalam rangka mendeklarasikan identitas semacam ”inilah diriku”.







Sosiolog yang pertama kali memakai istilah interaksionisme simbolik yakni Herbert Blumer. Ketika berkolaborasi menulis dengan koleganya George Herbert Mead di Universitas Chicago, istilah interaksionisme simbolik dikembangkan. Mead kemudian menulis buku berjudul Mind, Self, and Society yang membuat teori interaksionisme simbolik dikenal luas dikalangan intelektual Amerika dan Eropa.


Teori interaksionisme simbolik menganalisis masyarakat berdasarkan makna subjektif yang diciptakan individu sebagai basis sikap dan tindakan sosialnya. Individu diasumsikan bertindak lebih berdasarkan apa yang diyakininya, bukan berdasar pada apa yang secara objektif benar. Apa yang diyakini benar merupakan produk konstruksi sosial yang telah diinterpretasikan dalam konteks atau situasi yang spesifik. Hasil interpretasi ini disebut sebagai definisi situasi.


Sebagai contoh, tindakan orang yang merokok. Fakta objektif yang ditunjukkan ilmu medis menyatakan bahwa merokok berakibat jelek bagi organ tubuh. Namun sekelompok anak muda menentukan untuk merokok bukan alasannya yakni mereka tidak tahu kebenaran objektif yang menjadi resiko merokok, tetapi alasannya yakni mereka meyakini bahwa merokok itu meningkatkan image positif wacana dirinya setidaknya dilingkungan pergaulannya.


Baca juga Sosiologi Komunikasi







Mead memberi donasi untuk menjelaskan operasionalisasi teori ini melalui pembedaan istilah ”I” (aku) dan ”me” (daku). ”Aku”, menurutnya yakni diri yang aktif berpikir, bernapas, dan berperilaku dalam masyarakat. Sedangkan ”daku” merupakan diri sebagai hasil interpretasi wacana apa yang dipikirkan orang lain wacana ”aku”. Ketika kita bertindak berdasarkan apa yang dipikirkan orang lain wacana kita, maka ”aku” telah berganti ”daku”, ibarat selfie di Instagram yang dicontohkan di awal dan anak muda yang merokok alasannya yakni image.


Blumer menuliskan tga prinsip utama teori interaksionisme simbolik. Pertama, kita bertindak dan berperilaku berdasarkan makna yang kita interpretasikan dari sikap atau tindakan kita. Sebagai contoh, kita makan di cafe. Ketika duduk kita menginterpretasikan bahwa diri kita yakni pelanggan sedangkan orang yang mendekati kita menawari hidangan yakni pelayan cafe. Maka saat ditanya mau makan apa, kita menjawab sebagaimana pelanggan ditanya pelayan.


Kedua, makna sosial merupakan hasil konstruksi sosial. Ketika kita berpikir sebagai pelanggan, maka kita berperilaku dan bertindak sesuai tugas kita sebagai pelanggan. Peran sebagai pelanggan dan juga pelayan restoran, pemilik restoran dan sebagainya secara konstan dikomunikasikan sehingga berlangsung dalam interaksi sosial. Proses interaksi sosial tersebut membuat makna yang ajeg wacana apa itu pelanggan, bagaimana harus bertindak, apa itu pelayan, bagaimana harus bertindak, dan sebagainya. Makna wacana bagaimana menjadi pelanggan atau pelayan yakni produk konstruksi sosial.







Ketiga, lanjutan dari sebelumnya, penciptaan makna sosial dan pemahaman makna sosial merupakan proses interaktif yang terus berlangsung. Makna sosial biasanya sudah eksis jauh sebelumnya. Proses interaksi bisa melanggengkannya, mengubahnya perlahan, atau menggantinya secara radikal. Misalnya, saat pelayan memperlihatkan makanan, kita murka alasannya yakni menunya nggak ada yang kita sukai. Lalu, pelayan tersebut resah kemudian menenangkan kita. Ketika bingung, pelayan tersebut sedang memaknai ulang bagaimana bertindak sebagai pelayan saat pelanggan tiba-tiba murka sehingga menenangkan kita.


Teori interaksionisme simbolik melihat realitas sebagai konstruksi sosial yang dibuat melalui proses interaksi yang terus berlangsung. Teori ini sering digolongkan sebagai teori mikro sosiologi alasannya yakni ranah analisisnya hingga pada aspek individu.


Baca juga Teori Panggung Sandiwara



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Teori Interaksionisme Simbolik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel