-->

iklan banner

Peralatan Dan Pengelolaan Tambang

Pada ketika ini sebagian besar penambangan batubara, dilakukan dengan metode tambang terbuka, sesudah digunakannya alat-alat besar yang memiliki kapasitas muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan tanah epilog (over burden) batubara. Dengan demikian pekerjaan pembuangan lapisan tanah epilog batubara menjadi lebih murah dan menekan biaya ekstraksi batubara. Selain itu presentase batubara yang diambil jauh lebih besar dibanding dengan batubara yang sanggup diekstraksi dengan cara penambangan di bawah tanah.

Dalam lingkungan mekanik pertambangan, Peralatan dan Pengelolaan Tambang menempati posisi penting dalam proses penambangan dan kemampuan peralatan sering menjadi hambatan produksi yang memilih kinerja operasi dalam mengekstraksi mineral dan pengolahan. Studi mengatakan bahwa biaya pemeliharaan peralatan mencapai 30-60 persen dari total biaya operasional secara eksklusif dalam operasi mekanik dipertambangan. Sedangkan dalam pemeliharaan lingkungan dipertambangan konvensional sering dianggap sebagai acara pendukung suplemen termasuk, pemeliharaan dan administrasi peralatan terperinci menjadi kekerabatan penting dalam rantai nilai suatu pertambangan, dan harus menjadi kompetensi inti dari setiap organisasi pertambangan.

Penambangan batubara dengan metode tambang terbuka ketika ini memiliki keterbatasan yaitu:
  1. Dengan peralatan yang ada pada ketika kini ini keterbatasan kedalaman lapisan batubara yang sanggup ditambang.
  2. Pertimbangan hemat antara biaya pembuangan batuan epilog dengan biaya pengambilan batubara
  3. Pengaruh cuaca atau iklim yang jelek sanggup menghambat dan menghentikan penambangan

Jenis alat berat yang sering dipakai untuk tambang terbuka yaitu:
1. Dump-truck
Pemuatan – Pengangkutan – Penumpahan – Kembali
2. Bull-dozer
Penancapan blade – penggusuran – Pengangkatan Blade – Memutar
3. Excavator
Penggalian – Ayun bermuatan – Penumpahan – Ayun kosong
4. Dragline
Pelemparan bucket – Pengerukan – Pengangkatan bucket – Ayun bermuatan –
Penumpahan – Ayun kosong

BULLDOZER

1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- Kompas & GPS
- Tabel observasi

2. Data yang diamati
- Jarak gusur dan kondisi lapangan
- Jenis, sifat dan volume material yang digusur
- Waktu edar (CT)
- Dimensi blade
- Perpindahan transmisi

Pada ketika ini sebagian besar penambangan batubara Peralatan dan Pengelolaan Tambang

3. Prosedur Kerja
- Siapkan alat yang diharapkan dan pastikan alat- baik.
- Ukur dimensi blade dari bulldozer
- Amati jenis material yang digusur
- Pada ketika bulldozer bekerja amati waktu edar dalam tabel observasi.
- Sewaktu bulldozer selesai menggusur, ukur jarak berada dengan ujung tempat kerja bulldozer
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan layak / representatif
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat

4. Perhitungan Produksi
- Produksi per-siklus q = L x H 2 x a
dimana :
q : Produksi per siklus (m3)
L : Lebar blade (m)
H : Tinggi blade (m)
a : Faktor blade

5. Waktu Edar
CT = FT + GCTR + RT + GCTF
dimana :
CT : Waktu edar (menit)
FT : Waktu mendorong / maju (menit)
GCTR : Waktu mengganti gigi mundur (menit)
RT : Waktu mundur (menit)
GCTF : Waktu mengganti gigi maju (menit)

6. Produksi per-jam CT
Q = q x 60 x E
dimana :
Q : Produksi per-jam (m3/jam)
q : Produksi per siklus (m3)
CT : Waktu edar (menit) 60 : Konversi jam -> menit
E : Efisiensi kerja

SHOVEL-DOZER DAN WHEEL LOADER

1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- GPS
- Tabel Observasi

2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket
- Pergerakan alat

Pada ketika ini sebagian besar penambangan batubara Peralatan dan Pengelolaan Tambang

3. Prosedur Kerja
- Siapkan alat yang diharapkan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat bila tidak ada modifikasi
- Amati jenis material yang dikerjakan dan medan kerjanya
- Pada ketika wheel-loader bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan
- Pencatatan dilakukan ketika pemuatan, pengangkutan, penumpahan, kembali.
- Saat pemuatan material, perhatikan faktor pengisian bucket
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak.

4. Perhitungan Produksi
- Produksi per-siklus
q= q x K 1
dimana :
q : Produksi per siklus (m3)
q :1
Kapasitas munjung (lihat spek. alat) (m3)
K : Faktor pengisian bucket

5. Waktu Edar (lihat ilustrasi)
- Pada pemuatan melintang
Pada pemuatan bentuk V
- Pada muat-angkut
dimana :
CT : Waktu edar (menit)
D : Jarak angkut (m)
F : Kecepatan maju (m/menit)
R : Kecepatan mundur (m/menit)
Z : Waktu mengganti gigi persnelling (menit)

EXCAVATOR

1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band)
- Pengukur waktu (Stop-watch)
- GPS
- Tabel Observasi

2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket
- Pergerakan alat

Pada ketika ini sebagian besar penambangan batubara Peralatan dan Pengelolaan Tambang

3. Prosedur Kerja
- Siapkan alat yang diharapkan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Ukur dimensi bucket atau lihat spesifikasi alat (bila tidak ada modifikasi)
- Amati jenis material yang dikerjakan
- Pada ketika excavator bekerja amati waktu edar dan catat hasil pengamatan
- Pencatatan dilakukan ketika penggalian, ayun bermuatan, penumpahan, ayun kosong, dst.
- Pada ketika observasi waktu edar, perhatikan pula isi bucket (peres atau munjung)
- Buat asumsi volumenya relatif terhadap volume bucket).
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat

DUMP-TRUCK

1. Alat yang diperlukan
- Pengukur jarak (Met-band / speedo-meter)
- Pengukur waktu (stop-watch)
- Kompas dan GPS
- Alat komunikasi (HT)
- Tabel Observasi

2. Data yang diamati
- Jenis, sifat dan kondisi material
- Jarak perpindahan / pengangkutan material
- Waktu edar (CT)
- Dimensi bucket yang mengisi material dan jumlah pengisian per bak
- Pergerakan alat

Pada ketika ini sebagian besar penambangan batubara Peralatan dan Pengelolaan Tambang

3. Prosedur Kerja
- Siapkan alat yang diharapkan dan pastikan alat-alat tersebut bekerja dengan baik
- Pastikan anda telah mengetahui dimensi bucket yang bertugas mengisi material
- Amati jenis material yang dikerjakan
- Pada ketika excavator mengisi material ke dalam kolam dump-truck
- Amati jumlah pengisian bucket dan kondisi bucket (peres atau munjung).
- Amati pula usang waktu pengisian dan catat hasil pengamatan dalam tabel observasi.
- Pencatatan waktu dilakukan ketika pengisian (loading time), pengangkutan (hauling time), manuver untuk penumpahan (spotting dumping time), penumpahan (dumping time), perjalanan kembali (return time), manuver untuk pengisian (spotting loading time), dst.
- Lakukan beberapa kali pengamatan, sehingga dinyatakan hasil pengamatan layak
- Hitung produktifitas dan efisiensi alat
- Agar data observasi ini sanggup dipakai pula untuk mendapat sinkronisasi alat, usahakan awal pengamatan waktu edar dump-truck bersamaan dengan awal pengamatan waktu edar alat gali-muat.


A. Pengelolaan Sumber Daya Tambang

Pada ketika ini sebagian besar penambangan batubara Peralatan dan Pengelolaan TambangSumber daya alam yang ditambang termasuk dalam kelompok sumber daya alam yang tidak bisa diperbarui. Sehingga bila kelak sumber daya alam ini habis, maka kita tidak bisa memanfaatkannya lagi. Oleh lantaran itu, tindakan yang sempurna dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam tambang sangatlah penting.

Kegiatan pertambangan mencakup beberapa acara yakni observasi, eksplorasi dan eksploitasi di daerah litosfer maupun di permukaan bumi.
Observasi - merupakan acara pengamatan ke daerah yang diperkirakan secara teoritis memiliki sumber tambang.
Ekplorasi - merupakan acara penyelidikan wacana keadaan mineral tambang beserta kemungkinannya untuk dimanfaatkan secara ekonomis. Kegiatan eksplorasi terdiri dari 2 macam yakni: 1) penyelidikan wacana banyaknya mineral, persebarannya serta laba ekonomisnya bila dilakukan pengelolaan, 2) Menentukan syarat teknis bilamana akan dilakukan ekploitasi.
Eksploitasi - merupakan acara pengambilan barang tambang. Eksploitasi bisa kita sebut juga sebagai penambangan. Dalam melaksanakan eksploitasi harus memperhatikan betul-betul wacana teknis dan ketentuan lain yang berlaku.

B. Klasifikasi Barang Tambang

1. Berdasarkan Jenisnya
Berdasarkan jenisnya, barang tambang sanggup kita golongkan menjadi 3 macam, yakni:
a. Bahan Galian A (bahan galian strategis)
Untuk barang tambang jenis ini merupakan barang tambang yang sangat penting untuk pertahanan dan keamanan negara serta penting bagi stabilitas ekonomi nasional. Nah pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah atau bekerja sama dengan pihak swasta dalam maupun luar negeri. Misalnya pertambangan minyak bumi dan gas yang dilakukan oleh pertamina dengan bekerja sama dengan Caltex, Stanvac, dan Petronas.

b. Bahan Galian B (bahan galian vital)
Jenis barang tambang ini merupakan barang tambang yang bisa memenuhi hajat hidup orang banyak terutama warga sekitar. Pengelolaan jenis barang tambang ini dilakukan oleh masyarakat maupun pihak swasta yang diberi ijin oleh pemerintah.

c. Bahan Galian C (bahan galian untuk industri)
Bahan galian untuk industri antara lain pasir, belerang, kerikil kapur dll. Pengelolaan barang tambang jenis ini dilakukan oleh masyarakat.

2. Berdasarkan Sifat dan Lokasi Bahan Galian
Berdasarkan sifat dan lokasinya, barang tambang sanggup kita golongkan menjadi 3 macam, yakni:
a. Penambangan Terbuka
Penambangan terbuka dilakukan dengan cara membongkar lapisan tanah supaya sanggup mengambil barang tambang yang letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan tanah.

b. Penambangan Tertutup
Penambangan tertutup dilakukan dengan cara menciptakan sumur atau terowongan yang menembus lapisan batu-batuan lantaran lokasi barang tambang jauh kedalam dari permukaan bumi.

c. Penambangan Pengeboran
Penambangan pengeboran dilakukan apabila barang tambang tersebut berupa fluida atau cair/gas. Misalnya tambang gas di Sidoarjo.

1. Ekstraksi dan Pembuangan Limbah Batuan

Diperkirakan lebih dari 2/3 acara ekstaksi materi mineral didunia dilakukan dengan pertambangan terbuka. Teknik tambang terbuka biasanya dilakukan dengan open-pit mining, strip mining, dan quarrying, tergantung pada bentuk geometris tambang dan materi yang digali.

Ekstrasi materi mineral dengan tambang terbuka sering mengakibatkan terpotongnya puncak gunung dan mengakibatkan lubang yang besar. Salah satu teknik tambang terbuka ialah metode strip mining (tambang bidang). Dengan memakai alat pengeruk, penggalian dilakukan pada suatu bidang galian yang sempit untuk mengambil mineral. Setelah mineral diambil, dibentuk bidang galian gres di erat lokasi galian yang lama. Batuan limbah yang dihasilkan dipakai untuk menutup lubang yang dihasilkan oleh galian sebelumnya. Teknik tambang ibarat ini biasanya dipakai untuk menggali deposit batubara yang tipis dan datar yang terletak didekat permukaan tanah.

Teknik pertambangan quarrying bertujuan untuk mengambil batuan ornamen, materi bangunan ibarat pasir, kerikil, kerikil untuk urugan jalan, semen, beton dan batuan urugan jalan makadam. Untuk pengambilan batuan ornamen diharapkan teknik khusus supaya blok-blok batuan ornamen yang diambil memiliki ukuran, bentuk dan kualitas tertentu. Sedangkan untuk pengambilan materi bangunan tidak memerlukan teknik yang khusus. Teknik yang dipakai serupa dengan teknik tambang terbuka.

Tambang bawah tanah dipakai bila zona mineralisasi terletak jauh di dalam tanah sehingga bila dipakai teknik pertambangan terbuka jumlah batuan epilog yang harus dipindahkan sangat besar. Produktifitas tambang tertutup 5 hingga 50 kali lebih rendah dibanding tambang terbuka, lantaran ukuran alat yang dipakai lebih kecil dan susukan ke dalam lubang tambang lebih terbatas.

Kegiatan ekstraksi meng-hasilkan limbah dan produk samping dalam jumlah yang sangat banyak. Total limbah yang diproduksi sanggup bervariasi antara 10 % hingga sekitar 99,99 % dari total materi yang ditambang. Limbah utama yang dihasilkan ialah batuan epilog dan limbah batuan. Batuan epilog (overburden) dan limbah batuan ialah lapisan batuan yang tidak mengandung mineral, yang menutupi atau berada diantara zona mineralisasi atau batuan yang mengandung mineral dengan kadar rendah sehingga tidak hemat untuk diolah.

Batuan epilog umumnya terdiri dari tanah permukaan dan vegetasi sedangkan batuan limbah mencakup batuan yang dipindahkan pada ketika pembuatan terowongan, pembukaan dan eksploitasi singkapan bijih serta batuan yang berada bersamaan dengan singkapan bijih.

Hal-hal pokok yang perlu mendapat perhatian di dalam hal memilih besar dan pentingnya dampak lingkungan pada acara ekstraksi dan pembuangan limbah adalah:
1. Luas dan kedalaman zona mineralisasi
2. Jumlah batuan yang akan ditambang dan yang akan dibuang yang akan memilih lokasi dan desain penempatan limbah batuan.
3. Kemungkinan sifat racun limbah batuan
4. Potensi terjadinya air asam tambang
5. Dampak terhadap kesehatan dan keselamatan yang berkaitan dengan acara transportasi, penyimpanan dan penggunaan materi peledak dan materi kimia racun, materi radio aktif di daerah penambangan dan gangguan pernapasan akhir efek debu.
6. Sifat-sifat geoteknik batuan dan kemungkinan untuk penggunaannya untuk konstruksi sipil (seperti untuk landscaping, dam tailing, atau lapisan lempung untuk pelapis tempat pembuangan tailing).
7. Pengelolaan (penampungan, pengendalian dan pembuangan) lumpur (untuk pembuangan overburden yang berasal dari sistem penambangan dredging dan placer).
8. Kerusakan bentang lahan dan keruntuhan akhir penambangan bawah tanah.
9. Terlepasnya gas methan dari tambang batubara bawah tanah.
Dampak potensial yang timbul sebagai akhir acara ini akan besar lengan berkuasa terhadap komponen lingkungan ibarat kualitas air dan hidrologi, tanaman dan fauna, hilangnya habitat alamiah, pemindahan penduduk, hilangnya peninggalan budaya atau situs-situs keagamaan dan hilangnya lahan pertanian serta sumberdaya kehutanan.

2. Pengolahan Bijih dan Operasional Pabrik Pengolahan

Tergantung pada jenis tambang, pengolahan bijih pada umumnya terdiri dari proses benefication – dimana bijih yang ditambang diproses menjadi konsentrat bijih untuk diolah lebih lanjut atau dijual langsung, diikuti dengan pengolahan metalurgi dan refining. Proses benefication umumnya terdiri dari acara persiapan, penghancuran dan atau penggilingan, peningkatan konsentrasi dengan gravitasi atau pemisahan secara magnetis atau dengan memakai metode flotasi (pengapungan), yang diikuti dengan pengawaairan (dewatering) dan penyaringan. Hasil dari proses ini ialah konsentrat bijih dan limbah dalam bentuk tailing dan serta emisi debu. Tailing biasanya mengandung materi kimia sisa proses dan logam berat.

Pengolahan metalurgi bertujuan untuk mengisolasi logam dari konsentrat bijih dengan metode pyrometallurgi, hidrometalurgi atau elektrometalurgi baik dilaku-kan sebagai proses tunggal maupun kombinasi. Proses pyrometalurgi ibarat roasting (pembakaran) dan smelting mengakibatkan terjadinya gas buang ke atmosfir (sebagai contoh, sulfur dioksida, partikulat dan logam berat) dan slag.

Metode hidrometalurgi pada umumnya menghasilkan materi pencemar dalam bentuk cair yang akan terbuang ke kolam penampung tailing bila tidak dipakai kembali (recycle). Angin sanggup mengembangkan tailing kering yang mengakibatkan terja-dinya pencemaran udara. Bahan-bahan kimia yang dipakai di dalam proses pengolahan (seperti sianida, merkuri, dan asam kuat) bersifat berbahaya. Pengangkutan, penyimpanan, penggunaan, dan pembuangannya memerlukan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kesehatan dan keselamatan serta mencegah pencemaran ke lingkungan.

Proses pengolahan kerikil bara pada umumnya diawali oleh pemisahan limbah dan batuan secara mekanis diikuti dengan pembersihan kerikil bara untuk menghasilkan batubara berkualitas lebih tinggi. Dampak potensial akhir proses ini ialah pembuangan batuan limbah dan batubara tak terpakai, timbulnya debu dan pembuangan air pencuci.

3. Penampungan Tailing, Pengolahan dan Pembuangan

Pengelolaan tailing merupakan salah satu aspek acara pertambangan yang mengakibatkan dampak lingkungan sangat penting. Tailing biasanya berbentuk lumpur dengan komposisi 40-70% cairan. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya memerlukan pertimbangan yang teliti terutama untuk daerah yang rawan gempa. Kegagalan desain dari sistem penampungan tailing akan mengakibatkan dampak yang sangat besar, dan sanggup menjadi pusat perhatian media serta protes dari banyak sekali forum swadaya masyarakat (LSM).

Pengendalian polusi dari pembuangan tailing selama proses operasi harus memperhatikan pencegahan timbulnya rembesan, pengolahan fraksi cair tailing, pencegahan abrasi oleh angin, dan mencegah pengaruhnya terhadap hewan-hewan liar.

Isu-isu penting yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian alternatif pembuangan tailing mencakup :

1. Karakteristik geokimia area yang akan dipakai sebagai tempat penimbunan tailing dan potensi migrasi lindian dari tailing.
2. Daerah rawan gempa atau musibah lainnya yang mensugesti keamanan lokasi dan desain teknis .
3. Konflik penggunaan lahan terhadap santunan ekologi peninggalan budaya, pertanian serta kepentingan lain ibarat santunan terhadap ternak, binatang liar dan penduduk local.
4. Karakteristik kimia pasir, lumpur, genangan air dan kebutuhan untuk pengolahannya.
5. Reklamasi sesudah pasca tambang.
Studi AMDAL juga harus mengevaluasi resiko yang disebabkan oleh kegagalan penampungan tailing dan pemrakarsa harus menyiapkan rencana tanggap darurat yang memadai. Pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan tanggap darurat ini harus dinyatakan secara jelas.

4. Pembangunan infrastruktur jalan susukan dan pembangkit energi

Kegiatan pembangunan infrastruktur mencakup pembuatan susukan di dalam daerah tambang, pembangunan fasilitas penunjang pertambangan, fasilitas tenaga kerja, pembangkit energi baik untuk acara konstruksi maupun acara operasi dan pembangunan pelabuhan. Termasuk dalam acara ini ialah pembangunan sistem pengangkutan di daerah tambang (misalnya : crusher, ban berjalan, rel kereta, kabel gantung, sistem perpipaan untuk mengangkut tailing atau konsentrat bijih).
Dampak lingkungan, sosial dan kesehatan yang ditimbulkan oleh acara ini sanggup bersifat sangat penting dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Letak dan lokasi tambang terhadap susukan infrastruktur dan sumber energi.
2. Jumlah acara konstruksi dan tenaga kerja yang diharapkan serta tingkat migrasi pendatang.
3. Letak daerah konsensi terhadap daerah lindung dan habitat alamiah, sumber air higienis dan tubuh air, pemukiman penduduk setempat dan tanah yang dipakai oleh masyarakat adat.
4. Tingkat kerawanan kesehatan penduduk setempat dan pekerja terhadap penyakit menular ibarat malaria, AIDS, schistosomiasis.

5. Pembangunan Pemukiman Karyawan Dan Base Camp Pekerja

Kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk acara pertambangan seringkali tidak sanggup dipenuhi dari penduduk setempat. Tenaga kerja trampil perlu didatangkan dari luar, dengan demikian diharapkan pembangunan infrastruktur yang sangat besar.

Jika jumlah sumberdaya alam dan komponen-komponen lingkungan lainnya sangat terbatas sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan pendatang, sumberdaya alam akan mengalami degradasi secara cepat. Akibatnya akan terjadi konflik sosial lantaran persaingan pemanfaatan sumber daya alam. Sebagai contoh, acara pertambangan seringkali dikaitkan dengan kerusakan hutan, kontaminasi dan penurunan penyediaan air bersih, musnahnya binatang liar dan perdagangan binatang langka, serta penyebaran penyakit menular.

6. Decomisioning dan Penutupan Tambang

Setelah ditambang selama masa tertentu cadangan bijih tambang akan menurun dan tambang harus ditutup lantaran tidak hemat lagi. Karena tidak mempertimbangkan aspek lingkungan, banyak lokasi tambang yang ditelantarkan dan tidak ada perjuangan untuk rehabilitasi. Pada prinsipnya daerah atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh acara pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang kondusif dan produktif melalui rehabilitasi.

Kondisi selesai rehabilitasi sanggup diarahkan untuk mencapai kondisi ibarat sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati. Namun demikian, uraian di atas tidak menyarankan supaya acara rehabilitasi dilakukan sesudah tambang selesai. Reklamasi seharusnya merupakan acara yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur pertambangan.

Tujuan jangka pendek rehabilitasi ialah membentuk bentang alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk dipakai sebagai lahan produktif.

Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaiakan dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada banyak sekali faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan impian masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan supaya tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.

7. Metode Pengelolaaan Lingkungan

Mengingat besarnya dampak yang disebabkan oleh aktifitas tambang, diharapkan upaya-upaya pengelolaan yang terpola dan terukur. Pengelolaan lingkungan di sektor pertambangan biasanya menganut prinsip Best Management Practice. US EPA (1995) merekomendasikan beberapa upaya yang sanggup dipakai sebagai upaya pengendalian dampak acara tambang terhadap sumberdaya air, vegetasi dan binatang liar.

Beberapa upaya pengendalian tersebut ialah :
1. Menggunakan struktur penahan sedimen untuk meminimalkan jumlah sedimen yang keluar dari lokasi penambangan
2. Mengembangkan rencana sistim pengedalian tumpahan untuk meminimalkan masuknya materi B3 ke tubuh air
3. Hindari acara konstruksi selama dalam tahap kritis
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akhir sianida terhadap burung dan binatang liar dengan menetralisasi sianida di kolam pengendapan tailing atau dengan memasang pagar dan jaring untuk
5. Mencegah binatang liar masuk kedalam kolam pengendapan tailing
6. Minimalisasi penggunaan pagar atau pembatas lainnya yang menghalangi jalur migrasi binatang liar. Jika penggunaan pagar tidak sanggup dihindari gunakan terowongan, pintu-pintu, dan jembatan penyeberangan bagi binatang liar.
7. Batasi dampak yang disebabkan oleh frakmentasi habitat minimalisasi jumlah jalan susukan dan tutup serta rehabilitasi jalan-jalan yang tidak dipakai lagi.
8. Larangan berburu binatang liar di daerah tambang.
Sumber http://learnmine.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Peralatan Dan Pengelolaan Tambang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel