Sebelum Muhammad Saw Menjadi Rasul
Sebelum Muhammad SAW menjadi Rasul, kondisi kehidupan bangsa Arab dikenal dengan sebutan zaman jahiliyah. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan bangsa Arab yang berperilaku jelek dan berakhlak tercela. Mereka suka mencuri, minum khamr, berzina, merampok, bertengkar, berperang dan bahkan terbiasa membunuh bayi-bayi wanita yang gres dilahirkan.
Allah SWT berfirman yang artinya: "Apabila bayi-bayi wanita xang dikubur hidup-hidup ditanya..."(QS. At-Takwir : 8)
Orang yang akan ditanya dalam ayat tersebut yakni mereka yang telah membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa itu, hanya lantaran Allah SWT telah menciptakannya sebagai perempuan. Mereka murka dan malau bila menerima kabar kelahiran anaknya yakni perempuan, padahal wanita itu telah mereka nisbahkan kepada Allah SWT.
Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang artinya: "Dan mereka memutuskan bagi Allah bawah umur perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu bawah umur laki-laki). Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padam) muka mereka dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya info yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka menetapkan itu."(QS. An-Nahl : 57-59)
Dalam kondisi masyarakat yang sedemikian rusak inilah, Allah SWT mengutus seorang Rasul kiamat (Muhammad SAW) untuk memperbaiki atau menyempurnakan budpekerti umat manusia. Tiada seorang pun yang sanggup ibarat dia dalam kesabaran menghadapi cobaan dan keteguhan dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran. Nabi Muhammad SAW menjadi terpandang di tengah kaumnya, lantaran baik akal pekertinya. Beliau yakni orang yang paling mulia sifat-sifatnya, paling baik akhlaknya, paling luhur kepribadiannya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut (jujur) perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling nrimo amalnya dan paling sanggup dipercaya di dalam kehidupan sehari-hari. Beliau yakni orang yang tidak pernah berbohong, hingga mereka (bangsa Arab) memberi dia gelar dengan sebutan "Al-Amin" yang artinya sanggup dipercaya. Gelar ini diberikan kepada Muhammad SAW, saat dia belum diangkat oleh Allah SWT untuk menjadi seorang Rasul-Nya.
Rasulullah SAW bersabda: "Orang mukmin yang paling tepat imannya ialah orang yang paling baik akal pekertinya."(HR. Ahmad)
Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan bekerjsama kau (Muhammad) yakni benar-benar berbudi pekerti yamg agung."(QS. Al-Qalam : 4)
Dan kiprah atau misi Rasulullah SAW untuk menyempurnakan budpekerti yang mulia, telah terdapat dalam sebuah Hadits yang artinya: "Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budpekerti yang baik."(HR. Bukhari)
Masalah budpekerti ini menerima perhatian yang utama dalam fatwa agama Islam. Sebab, peranan budpekerti dalam kehidupan insan yakni sangat penting. Dia (akhlak) memperlihatkan norma-norma yang tetap wacana apa yang baik dan apa yang buruk. Ukuran wacana apa yang baik dan apa yang buruk, tidak diserahkan semuanya kepada manusia. Namun, diserahkan kepada satu Dzat Yang Maha Benar yaitu Allah SWT. Menyadarkan insan untuk mengetahui bahwa ukuran budpekerti itu penentunya semata-mata menjadi hak dan wewenang Allah SWT sendiri yakni sangat penting. Atas dasar inilah, maka insan harus disadarkan kembali bahwa fatwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan wacana apa yang baik dan apa yang jelek bagi kehidupan manusia. Telah terbukti dalam perjalanan sejarah umat manusia, bahwa (ketentraman, ketenangan dan keserasian hidup) sanggup terwujud selagi umat insan berpegang teguh pada norma-norma kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Sebaliknya (kekacauan, kegelisahan dan keresahan hidup) akan melanda kehidupan manusia, sehabis mereka mengabaikan atau meninggalkan norma-norma kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Sumber http://senyumketiga.blogspot.com
Allah SWT berfirman yang artinya: "Apabila bayi-bayi wanita xang dikubur hidup-hidup ditanya..."(QS. At-Takwir : 8)
Orang yang akan ditanya dalam ayat tersebut yakni mereka yang telah membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa itu, hanya lantaran Allah SWT telah menciptakannya sebagai perempuan. Mereka murka dan malau bila menerima kabar kelahiran anaknya yakni perempuan, padahal wanita itu telah mereka nisbahkan kepada Allah SWT.
Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang artinya: "Dan mereka memutuskan bagi Allah bawah umur perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu bawah umur laki-laki). Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padam) muka mereka dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya info yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka menetapkan itu."(QS. An-Nahl : 57-59)
Dalam kondisi masyarakat yang sedemikian rusak inilah, Allah SWT mengutus seorang Rasul kiamat (Muhammad SAW) untuk memperbaiki atau menyempurnakan budpekerti umat manusia. Tiada seorang pun yang sanggup ibarat dia dalam kesabaran menghadapi cobaan dan keteguhan dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran. Nabi Muhammad SAW menjadi terpandang di tengah kaumnya, lantaran baik akal pekertinya. Beliau yakni orang yang paling mulia sifat-sifatnya, paling baik akhlaknya, paling luhur kepribadiannya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut (jujur) perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling nrimo amalnya dan paling sanggup dipercaya di dalam kehidupan sehari-hari. Beliau yakni orang yang tidak pernah berbohong, hingga mereka (bangsa Arab) memberi dia gelar dengan sebutan "Al-Amin" yang artinya sanggup dipercaya. Gelar ini diberikan kepada Muhammad SAW, saat dia belum diangkat oleh Allah SWT untuk menjadi seorang Rasul-Nya.
Rasulullah SAW bersabda: "Orang mukmin yang paling tepat imannya ialah orang yang paling baik akal pekertinya."(HR. Ahmad)
Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan bekerjsama kau (Muhammad) yakni benar-benar berbudi pekerti yamg agung."(QS. Al-Qalam : 4)
Dan kiprah atau misi Rasulullah SAW untuk menyempurnakan budpekerti yang mulia, telah terdapat dalam sebuah Hadits yang artinya: "Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budpekerti yang baik."(HR. Bukhari)
Masalah budpekerti ini menerima perhatian yang utama dalam fatwa agama Islam. Sebab, peranan budpekerti dalam kehidupan insan yakni sangat penting. Dia (akhlak) memperlihatkan norma-norma yang tetap wacana apa yang baik dan apa yang buruk. Ukuran wacana apa yang baik dan apa yang buruk, tidak diserahkan semuanya kepada manusia. Namun, diserahkan kepada satu Dzat Yang Maha Benar yaitu Allah SWT. Menyadarkan insan untuk mengetahui bahwa ukuran budpekerti itu penentunya semata-mata menjadi hak dan wewenang Allah SWT sendiri yakni sangat penting. Atas dasar inilah, maka insan harus disadarkan kembali bahwa fatwa Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan wacana apa yang baik dan apa yang jelek bagi kehidupan manusia. Telah terbukti dalam perjalanan sejarah umat manusia, bahwa (ketentraman, ketenangan dan keserasian hidup) sanggup terwujud selagi umat insan berpegang teguh pada norma-norma kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Sebaliknya (kekacauan, kegelisahan dan keresahan hidup) akan melanda kehidupan manusia, sehabis mereka mengabaikan atau meninggalkan norma-norma kehidupan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Sumber http://senyumketiga.blogspot.com
0 Response to "Sebelum Muhammad Saw Menjadi Rasul"
Posting Komentar