Dasar Geografi
Sejarah Geografi
Bangsa Yunani yakni bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus,Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan lantaran mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya yakni periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; pola pertamanya yakni Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di bahari memakai teknik periplus dengan mengenali garis pantai bahari Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab mirip al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada kurun ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator yakni pola terbesar.
Setelah kurun ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi kepingan dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini yakni Kosmos: skema deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua kurun kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat korelasi yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan yakni teori yang menyatakan bahwa karakteristik insan dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatikdeteriminisme lingkungan yakni Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya yakni "iklim yang panas mengakibatkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang lantaran tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan mengakibatkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam yakni penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif ihwal suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif yakni usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains sesudah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi yakni untuk menguji janji umum ihwal pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan memakai matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama yakni munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, mahir geografi insan (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada kiprah insan dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya yakni geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, mirip pada namanya, memakai ilham dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis yakni geografi pos-modernis, yang mengambil ilham teori pos-modernis dan pos-strukturalisuntuk menjelajahi konstruksi sosial dari korelasi keruangan.
B. Perkembangan Geografi
Geografi yakni ilmu ihwal lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan insan di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal yakni Geographia goresan pena Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi ihwal peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akhir yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Pada zaman Yunani kuno pengetahuan insan ihwal bumi masih sangat dipengaruhi oleh mitologi. Namun, semenjak kurun ke-6 SM dampak mitologi itu terus berkurang seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan ihwal bumi mulai didasarkan atas ilmu alam, ilmu pasti, dan logika. Salah satu bukti bahwa pengetahuan telah didasarkan pada budi yakni telah adanya usaha untuk menjelaskan ihwal suatu wilayah termasuk sikap penduduknya. Orang yang pertama kali menguraikan seluk-beluk keadaan suatu tempat, yang kemudian dinamakan topografi yakni Herodutus (485-428 SM).
Claudius Ptolomeus dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis (pertengahan kurun ke-2) menjelaskan bahwa geografi yakni suatu bentuk penyajian dengan peta terhadap sebagian permukaan bumi yang memperlihatkan kenampakan umum. Menurut Ptolomeus geografi lebih mengutamakan hal-hal atau fenomena yang bersifat kuantitatif. Pandangan dan pendapat Ptolomeus ini merupakan sumber bagi definisi geografi zaman modern.
Seorang mahir filsafat dari Arab Ibnu Khaldun (1332-1406), menulis buku kesejarahan yang sanggup dikatakan sebagai embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu Khaldun memperhatikan permasalahan irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan kegiatan perdagangan di daerah gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab munculnya kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan tersebut. Ibnu Khaldun termasuk mahir geografi yang telah memperlihatkan pola cara menguraikan dampak lingkungan alam terhadap masyarakat dalam suatu wilayah.
Pandangan Geografi Modern (abad ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant, geografi merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya yakni benda-benda atau gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi dalam ruang (space).
Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada kajian fisik dan biologi. Humboldt yakni spesialis geografi asal Jerman yang melaksanakan perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari perjalanannya itu yakni sebuah deskripsi ihwal korelasi antara ketinggian tempat dan vegetasi yang mendiaminya. Namun demikian, Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan manusia, antara lain perhatiannya ihwal kebudayaan penduduk Asia dan kebudayaan penduduk Amerika.
Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan dengan pemikiran Humboldt, yaitu menjelaskan kegiatan insan dalam suatu wilayah. Ritter menganggap permukaan bumi sebagai tempat tinggal insan dan menggolongkannya menjadi wilayah alamiah, terutama berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit wilayah tersebut bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19
Pada final kurun ke-19 pandangan geografi dipusatkan terhadap iklim, tumbuhan, dan binatang (biogeografi) terutama pada bentang alamnya. Perhatian utama geografi pada masa ini yakni gejala-gejala fisik sehingga gejala-gejala sosial (manusia) tidak mengalami kemajuan. Perhatian geografi terhadap insan pada final kurun ke-19 tetap becorak pada pandangan Ritter, yaitu mengkaji korelasi insan dengan lingkungannya.
Friedrich Ratzel (1844-1904) mempelajari dampak lingkungan fisik terhadap kehidupan manusia. Menurut Ratzel kegiatan insan merupakan faktor penting bagi kehidupan dalam suatu lingkungan. Ratzel juga beranggapan bahwa faktor insan dan faktor lingkungan mempunyai kedudukan dan dampak yang sama dalam membentuk lingkungan hidup.
Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah satu ciri pandangan geografi pada kurun ke-20 yakni kajiannya yang bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu merupakan reaksi atas dominasi geografi alam hingga final kurun ke-19.
Vidal de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian geografi harus menyatukan faktor insan dan faktor fisik lantaran tujuan geografi yakni untuk mengetahui adanya interaksi antara insan dan lingkungan fisiknya. Oleh lantaran itu, konsep geografi yang dikemukakan Vidal de la Blache yakni kewilayahan.
Pandangan Geografi Mutakhir
E. A. Wrigley (1965) mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa sanggup dipakai dalam kajian geografi selama analisa tersebut bisa menuntaskan permasalahan yang terjadi. Wrigley juga beropini bahwa geografi yakni disiplin ilmiah yang berorientasi pada duduk kasus (problem oriented) dalam mengkaji interaksi antara insan dan lingkungannya.
Pandangan geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi yang bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara insan dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah memakai metode statistik dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.
Geografi Ortodoks dan Geografi Terintegrasi
Perbedaan pandangan terhadap geografi menghasilkan definisi yang berbeda-beda sehingga tidak sanggup diterima oleh setiap orang. Akan tetapi, meskipun pandangan para mahir berbeda-beda terhadap geografi, mereka mengakui adanya elemen-elemen yang sama dalam geografi, yaitu sebagai berikut.
Para mahir geografi mengakui adanya persamaan dengan mahir ilmu pengetahuan bumi (earth science) yang lain lantaran wilayah kajiannya sama, yaitu permukaan bumi dan bukan ruang yang bersifat abstrak. Menurut para mahir geografi permukaan bumi merupakan lingkungan hidup bagi insan yang sanggup mensugesti kehidupannya dengan mengubah dan membangunnya.
Para mahir geografi mempunyai perhatian sama, yaitu persebaran insan dalam ruang dan korelasi insan dengan lingkungannya. Para mahir geografi mengkaji cara ihwal pengelolaan wilayah yang tepat untuk sanggup memanfaatkan ruang dan sumber daya. Para mahir geografi mengakui adanya unsur-unsur yang sama dalam geografi, antara lain jarak, interaksi, gerakan (mobilitas), dan persebaran.
Adanya persamaan-persamaan dalam kajian geografi besar lengan berkuasa terhadap perkembangan aneka macam topik yang berafiliasi dengan geografi. Oleh lantaran itu, pada dikala ini kajian geografi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu geografi ortodoks dan geografi terintegrasi.
Geografi ortodoks yakni geografi yang melaksanakan kajian terhadap suatu wilayah (geografi regional) dan analisis terhadap sifat-sifat sistematiknya (geografi sistematik). Geografi ortodoks dibagi lagi menjadi 5 kepingan sesuai dengan topik-topiknya, yaitu berikut ini.
Geografi fisik, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap fenomena-fenomena fisik geosfer dan lingkungannya. Geografi fisik antara lain meliputi geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan pedologi.
Geografi manusia, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap kegiatan manusia, antara lain meliputi geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi perdesaan, dan geografi perkotaan.
Geografi regional, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap perwilayahan dan kultural. Geografi perwilayahan antara lain terdiri dari geografi daerah tropika, geografi daerah arid, dan geografi daerah kutub. Geografi kultural antara lain terdiri dari geografi Asia Tenggara, Geografi Amerika Latin, dan geografi Eropa Barat.
Geografi teknik, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap bidang teknik dalam geografi, anatara lain terdiri atas kartografi dan pengindraan jauh.
Geografi filsafat, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap hakikat, sebab, asal, dan aturan yang berkenaan dengan bidang geografi, antara lain metodologi geografi dan geografi sejarah.
Geografi terintegrasi yakni kajian geografi dengan jalan memadukan antara elemen-elemen geografi sistematik dan geografi regional sehingga disebut juga geografi terpadu. Oleh lantaran itu, di dalam kajiannya geografi terintegrasi memakai tiga analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.
Sejarah Geografi
Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada awal perkembangan geografi yakni Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melaksanakan perjalanan menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang melaksanakan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal yakni dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan bahwa pad dasarnya bumi itu lingkaran dan Eratosthenes telah bisa menghitung keliling Bumi dengan hanya berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir bangsa Romawi.
Pada kurun pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam mengembangkan ilmu geografi mirip Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun.
Kemudian pada kurun ke-17 hingga kurun ke-19 Ilmu geografi semakin memperlihatkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh dengan menjadi kepingan kurikulum yang lengkap di aneka macam universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya yakni Bernard Varen (1622-1650) atau yang dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt(1769–1859) dikenal sebagai peletak dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918) asal Prancis merupakan pencetus posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geographyyang berisi konsep man-land relation.
Ilmu Geografi selama kurun ke-20 di Barat melewati empat fase utama :
Determinisme lingkunganTeori yang menyatakan bahwa karakteristik insan dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan yakni Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.
Geografi regional.Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif ihwal suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatifusaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan memakai matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
Geografi kritisMuncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi. Beberapa mahir yang beraliran ini diantaranyaYi-Fu Tuan, Karl Marx dengan pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.
Perkembangan Ilmu GeografiGeografi di zaman Yunani
Zaman ini merupakan zaman awal perkembangan ilmu geografi. Ilmu geografi ini timbul lantaran usaha untuk mengetahui dari mana atau asal seruan dari negeri serta penduduk yang hidup pada zaman tersebut. Ilmu sejarah yang mempunyai seorang tokoh berjulukan Herodotus sebagai bapak sejarah, mengungkapkan bagaimana seluk beluk keadaan suatu tempat atau topografi serta menerangkan alasannya yakni terjadinya. Itulah mengapa Herodotus juga disebut sebagai bapak geografi. Dalam hal ini Herodotus membahas ihwal lembah sungai Nil dengan tanahnya yang subur terutama pada daerah delta sungai Nil.
Eratosthenes (176-194 SM) memastikan bahwa bumi berbentuk mirip bola dengan ukuran-ukurannya secara detail. Setelah itu dibuat susunan garis lintang serta garis bujur bola bumi untuk menentukan letak suatu lautan, negeri, serta tempat lain meskipun masih dalam model yang sederhana sehingga lahirlah peta. Dengan adanya perubahan pola cuaca dan perbedaan iklim maka disusun sistem permusiman berdasarkan garis lintang serta garis bujur tersebut iklim digolongkan menjadi beberapa macam.
Geografi di zaman Romawi
Perkembangan ilmu geografi yang diwariskan dari zaman Yunani ini melahirkan geografi kuno yang dipelopori oleh Strabo (64 SM – 20M) yang menulis buku Geographia. Buku tersebut berisi ihwal uraian ihwal dunia beserta isinya.
Tokoh lain yang berperan pada zaman ini yakni Ptolomeus yang membahas ihwal aspek matematis dalam geografi dan kemudian menerapkannya pada peta dan lokasinya. Posidonius kemudian berusaha lebih teliti dari Eratothenes dalam menentukan keliling bumi yang kesannya diperoleh ukurannya hanya berselisih 7000 mil dari ukuran sekarang.
Geografi kurun pertengahan
Di belahan bumi Eropa pada masa ini mengalami masa gelap perkembangan ilmu geografi hal ini disebabkan lantaran gambaran dunia yang berasal dari masa Yunani yang secara umum dikuasai kafir tidak sejalan dengan apa yang ada dalam Al Kitab sebagai kitab suci agama Katolik yang banyak dianut oleh bangsa-bangsa di Eropa. Pandangan yang berkembang menganggap bahwa bumi tidaklah bulat, namun berbentuk datar mirip cakram sehingga peta dirubah dengan kota Yerusalem sebagai pusatnya.
Dilain pihak warisan terhadap pandangan geografi dari zaman Yunani kuno dikembangkan oleh aneka macam universitas Islam dari Persia hingga Spanyol. Peta bumi dilengkapi dengan hasil kunjungan para pelancong dan saudagar yang menjelajah.
Ahli geografi Arab yaitu Al Idrisi (1099 – 1166) menyempurnakan pembagian daerah iklim bumi konsep Yunani. Tokoh lain yang berperan yaitu Ibnu Batuta (1304 – 1348). Seorang filsuf Arab yaitu Ibnu Khaldun (1332 – 1406) dengan buku geografi kesejarahannya sanggup dipandang sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Pada zaman Renaisance buku Geographia karangan Ptolomeus mendorong bangsa Portugis dan Spanyol menjelajah lantaran buku tersebut telah diterjemahkan dalam bahsa Latin. Kemudian disempurnakan peta sebelumnya dengan penemuan benua Amerika oleh Colombus.
Pada Abad 17 dikenal tokoh Varenius yang membagi geografi menjadi 2 kepingan yaitu:
1. Geografi umum yang mencakup:
a. Terestrial yaitu pengetahuan ihwal bumi beserta keseluruhannya,
b. Falakiah berupa korelasi dengan bintang-bintang sehingga muncul kosmografi,
c. Komparatif menjelaskan secara detail ihwal bumi.
2. Geografi khusus meliputi:
a. Aspek langit, khususnya membahas iklim,
b. Aspek litosfer, meliputi segala yang ada di permukaan bumi,
c. Aspek insan yang membicarakan ihwal penduduk, perniagaan serta pemerintahan di aneka macam negeri.
Cluverius, tokoh dari Jermandalam karyanya menerangkan ihwal peralihan geografi zaman pertengahan hingga zaman modern yang merupakan pengantar dari geografi umum. Dalam bukunya dijelaskan ihwal deskripsi sebagian negara-negara didunia.
Geografi modern
Geografi mulai diberi dasar filsafat yang dilakukan oleh tokoh dari Jerman yaitu Imanuel Kant. Menurutnya ilmu pengetahuan digolongkan menjadi 3, antara lain:
1. Ilmu sistematis, dengan objek studinya yaitu sesuatu yang nyata ada, misal: botani mempelajari tumbuhan, geologi mempelajari kulit bumi, sosiologi mempelajari kemasyarakatan.
2. Ilmu historis, dengan onjek kajian berupa fakta-fakta yang ada kaitannya dengan waktu, misal: sejarah, pra sejarah.
3. Ilmu Geografis, dengan objek kajian benda-benda, hal-hal, serta gejala-gejala yang tersebar dalam konteks spasial atau keruangan, misal: geografi dan kosmografi
Imanuel Kant menguraikan aspek geografi menjadi 5:
1. Matematis, menelaah bentuk, ukuran sarta perputaran bumi dan posisi terhadap matahari.
2. Moral, menelaah aneka macam adat kebiasaan serta perwatakan insan yang berbeda di setiap negeri.
3. Politik, menelaah kekerabatan antar unit-unit politis latar belakang alam masing-masing
4. Perniagaan, menelaah adanya potensi niaga khusus pada suatu negeri hingga terlibat dalam perniagaan dunia.
5. Teologis, menelaah bagaimana latar belakang alam menimbulkan bentuk-bentuk ibadat lahiriah yang berlainan di aneka macam negeri.
Penjelajahan dunia juga dilakukan oleh Alexander Von Humboldt yang juga spesialis kosmografi. Humboldt menggolongkan ilmu menjadi 3 yaitu
1. fisiografi (ilmu alam dan sistematis)
2. natural (sejarah alam dalam waktu)
3. geografi (uraian bumi dengan persebaran spasial).
Carl Ritter memberikan deskripsi ihwal geografi regional yang membagi dunia atas wilayah-wilayah yang biasanya didasarkan atas morfologinya. Setiap wilayah akan mempunyai ciri dan huruf tersendiri yang membedakan dengan wilayah lain. Pandangannya memperlihatkan bahwa pada suatu unit wilayah yang berisi unsur-unsur, akan berinterelasi antar unsur secara kompleks.
Zaman pengagungan alam
Pada kurun ke-19 di Amerika Serikat timbul dorongan untuk mengenal lingkungan sekitar dengan tokohnya yaitu Mayor Powell serta Marsh. Pemikirannya lebih diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang baik serta pengawetannya. Mereka melanjutkan pemikiran dari Humboldt dan Ritter bagaimana kondisi alam luar mensugesti kemajuan serta kehidupan sosial manusia.
Setelah Humboldt dan Ritter meninggal pada tahun 1859, muncul buku dari Darwin “On The Origin of Species” yang mensugesti pandangan mahir kembali pada konsep usang geografi, maka timbul korelasi kegiatan ekonomi dan budaya dengan lingkungan alam. Friedrich Ratzel melalui buku Antrhropogeographie menjelaskan bahwa adanya dampak lingkungan fisis terhadap kehidupan insan yang sesuai dengan faham pembiasaan insan dan evolusi berdasarkan Darwin. Dalam bukunya diuraikan ihwal bagaiman kondisi penduduk beserta persebarannya dan hal yang mempengaruhi. Dijelaskan pula adanya tanda-tanda interelasi antara tanda-tanda di bumi.
Ritter dengan Ratzel menandang geografi sosial secara sistematis bukan secara regional serta bertolak pikir terhadap paham Darwin. Namun antar keduanya mempunyai perbedaan , kalau Ritter berkesimpulan bahwa korelasi timbal serta balik insan dengan alam yakni sejalan sesuai dengan kehendak Pencipta, namun Ratzel memandang keberadaan insan yakni sebagai hasil bentukan lingkungan yang berasal dari aneka macam kekuatan alam yang ada dengan adaptasinya yang tepat.
Paham determinisme yang diajarkan oleh Ratzel terbawa dan diteruskan di Amerika Serikat oleh anak didik Ratzel, E.C. Semple. Pengaruhnya tampak pada muculnya Davis, Ellsworth Huntington, dan Griffith Taylor pada awal kurun ke-20. dampak determinisme alam tampak terperinci tertuang dalam buku-buku geografi sebagai buku ajar. Dalam kurun waktu 1903 – 1930 geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi insan yang mengindikasikan adanya korelasi insan dengan alam bahwa insan dan perilakunya merupakan produk dari pengaruh-pengaruh lingkungan alam dan mengesampingkan faktor serta dampak lain.
Lain dongeng di Jerman, tahun 1883 paham natur-determinisme ditinggalkan lantaran geografiharusnya menjadi ilmu yang khorologis sebagai uraian dari suatu lokasi yang berperan memberi pengertian interelasi antara alam dan insan yang bisa memperlihatkan huruf suatu lokasi. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Von Richthofen yang kemudian dilanjutkan usahanya oleh muridnya Hettner yang mengarahkan studinya terhadap seluk beluk wilayah.menurut Hettner, geografi bukanlah ilmu yang umumtentang bumi , melainkan ilmu yang khorologis menyangkut ihwal permukaan bumi terutama membahas tanda-tanda alam dengan insan selain menilai korelasi keruangan. Tujuan utama geografi yakni menelaah wilayah untuk diterangkan secara analisis dan sintesis.
Tata kerja Hettner ini kemudian banyak dicontoh oleh para mahir geografi modern ihwal deskripsi dan penjelasannya. Hal yang kurang berupa perencanaan telaah geografis.
Geografi pada kurun ke-20
Dari dahulu geografi selalu berpusat pada manusia. Perkembangan ilmu geografi pada kurun ke-20 pendekatannya lebih pada corak sosial dan budaya. Sebutan antropogeografi pada kurun ke-19 yakni sebagai penguat bahwa geografi bukan hanya pada lingkungan alamnya saja. Kini pandangan tersebut berubah dengan bahasan topik pada geografi contohnya iklim atau relief akan berafiliasi dengan kehidupan insan sehingga tepat kalau bumi dikatakan sebagai tempat tinggal manusia.
Ahli geografi Perancis Vidal De La Blache mengoreksi determinisme lingkungan dari Ratzel yang sedang berkembang. Menurutnya, bumi tidak menentukan sikap manusia, bumi hanya menyediakan aneka macam kemungkinannya, sikap insan ditentukan dari pilhan insan itu sendiri. Ia memperlihatkan dengan terperinci bahwa insan mempunyai keterbatasan. Pilihan insan dalam memanfaatkan lingkungan masih tergantung dari sistem nilai masyarakatnya maupun budayanya. Dengan kata lain pemanfaatan terhadap ketersediaan alam berlainan antar tempat satu dengan lainnya.
Di Rusia Melezin mendefinisikan geografi kependudukan sebagai suatu telaah atas sebaran penduduk dan kekerabatan produktif yang terdapat di dalam aneka macam kelompok penduduk, jaringan pemukiman dan fungsinya, keuntungannya sertaketepatgunaannya bagi tujuan-tujuan yang produktif dari masyarakat. Kemudian Pokshishevskii menjelaskan definisi dari Melezin dengan 4 pernyataannya yaitu:
1. Tipe ekonomi menentukan tabiat dan bentuk suatu pemukiman.
2. Sebaran dan organisasi teritorial dari produk menentukan segala pernyataan dari kondisi alam dan pengaruhnya atas bentuk-bentuk permukiman.
3. Adaptabilitas para migran terhadap suatu lingkungan geografis yang baru, dipengaruhi oleh kebiasaan tata kerja dan keterampilan yang telah mereka miliki sebelumnya.
4. Situasi ekonomi geografis dari kota-kota mensugesti tipe, fungsi-fungsi serta pemusatannya.
Geografi budaya meliputi topik-topik mirip bentuk pemukiman, tipe rumah, sebaran agama, bahasa, teknologi, ternak, tanaman, serta budaya lain. Carl Sauer tokoh dari Amerika Serikat merupakan pencetus serta peletak dasar bagi geografi budaya.
Geografi budaya pada dasarnya mempelajari ihwal aspek material dari budaya itu sendiri yang memberikan corak khas terhadap suatu region atau wilayah tertentu, terutama pada kenampakan alam atau landscape. Namun kenampakan alam ini bukan hanya memberi corak khas terhadapfaktor budaya saja, namun terdapat pula kekhasan dalam beberapa faktor mirip sosial ekonomi.
Geografi agama dikembangkan oleh beberapa tokoh antara lain Jongeneel, P. Deffontaines, dan D.E. Sopher. Geografi agama bukan hanya menelaah dampak ruang atas agama dan tanda-tanda keagamaan namun juga sebaliknya yakni dampak agama dan tanda-tanda keagamaan atas keruangan. Relasi antara agama dan tata ruang gotong royong sudah diketahui semenjak zaman kuno, salah satu tokohnya yaitu Hippocrates namun gres mulai terkenal di zaman filsuf pencerahan salah satunya oleh Montesquieu di Prancis. Montesquieu mengungkapkan bahwa agama monotheisme seprti Yahudi, Kristen, dan Islam lahir di tepi-tepi gurun pasir dengan bentang alam yang monoton diungkapkanpula bahwa hampir semua agama besar muncul di wilayah permukaan bumi yang diapit 25 dan 35 derajat Lintang Utara.
Deffontaines membicarakan geografi agama dalam 5 pokok:
1. Agama dan geografi sebagai tempat kediaman baik bagi orang yang masih hidup maupun bagi yang sudah mati serta bagi dewa-dewa.
2. Agama dan penduduk; dampak agama atas daerah dan sejarah penduduk; agama dan macam-macam penduduk; agama dan kota-kota; agama dan demografi.
3. Agama dan eksploitasi; agama dan pertanian; agama dan peternakan; agama dan industri; agama dan potensi geografis daerah.
4. Agama dan kemudian lintas; pengungsian para penganut agama;kegiatan ziarah; perdagangan dan pertukaran barang atas latar belakang agama; jalan sebagai alat transportasi.
5. Agama dan jenis kehidupan; kalender agama; tata kerja pemimpin agama; pekerjaan sehri-hari; kebiasaan.
Dalam geografi ekonomi tokoh yang berperan antara lai H. Robinson dengan bukunya Economic Geography (1979) membahas geografi ekonomi dengan pokok cakupannya yaitu bentuk usaha untuk hidup insan dalam memenuhi kebutuhan materiilnya dengan aneka macam masalahnya yang terjadi di dalam kerangka interaksi keruangan. Geografi ekonomi membicarakan ihwal ekplorasi sumberdaya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi, transportasi, distribusi, dan konsumsi. Sehingga Robinson telah mengaitkannya dengan geografi modern dengan tepat. Definisi dari geografi modern itu sendiri berupa pengetahuan eksak dan sistematis ihwal persebaran serta penataan tanda-tanda di permukaan bumi. Geografi modern sangat dibutuhkan bagi perkembangan ekonomi yang efektif serta pengertiannya terhadap korelasi internasional.
Geografi Mutakhir
Roger Minshull akhir-akhir ini membahas perubahan geografi dan mencatat 3 gejala:
1. Jenis bidang khusus yang dipelajari bertambah.
2. Penyelesaian duduk kasus ditekankan pada kausalitas dan hubungan.
3. Penelaahan fenomena diutamakan dimana fenomena tersebut terdapat.
Minshull mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari tentang:
1. bentang alam
2. tempat
3. ruang
4. dampak alam atas manusia
5. kovariasi pola wilayah
6. lokasi, sebaran ,ketergantungan
7. kombinasi tanda-tanda dipermukaan bumi
8. sistem alam-manusia
9. sistem manusia-alam
10. kekerabatan dan reprositas
11. ekologi manusia
12. perbedaan wilayah dan antar korelasi gejala
Ditemukan pula tujuan studi geografi, yaitu:
1. penguraian wilayah yang berlainan
2. pemahaman atas dampak lingkungan alam atas manusia
3. perencanaan sosial ekonomi
4. pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya
5. pemahaman atas persebaran dalam ruang
6. pembuatan aturan ihwal sikap dalam ruang
7. penyusunan model yang melukiskan susunan dalam ruang
Perbedaan geografi usang dengan yang gres yakni geografi usang merupakan ilmu yang bersifat retrospektif yang berorientasi pada masa lampau dari tata kerja serba ideografis. Sedangkan geografi yang kita kenal yakni ilmu yang bersifat prospektif, nomotetis yang bisa menemukan hukum-hukum dari fenomena-fenomena yang dikaji. Dengan demikian geografi bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA:
Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Alumni:Bandung
www.geografiana.com
www.wikipedia.org
Pengertian, Prinsip, Pendekatan, Konsep , dan Aspek Geografi
Manusia semenjak lahir hingga final hayatnya tidak sanggup melepaskan diri dari dampak alam lingkungannya. Mulai dari materi masakan hingga tempat berlindung dari dampak cuaca, semuanya diperoleh dari alam. Kondisi alam yang penuh rintangan semakin mendorong insan untuk mengenal alam secara mendalam. Sebagian hanya menyesuaikan diri dengan alam, sebagian yang lain berusaha mengatasinya dengan mempelajari alam dengan baik dan memakai teknologi yang dibuat manusia. Inilah awal lahirnya studi geografi
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, pengenalan insan terhadap alam tidak terbatas pada kondisi alam yang ada di daerahnya sendiri, tetapi juga hingga ketempat yang lebih jauh sesuai dengan kemampuannya. Dalam setiap perjalanannya mereka memperoleh pengetahuan ihwal kehidupan insan diberbagai kondisi alam dan lingkungannya. Kegiatan insan banyak berafiliasi dengan lingkungan alam. Hubungan ini terjadi lantaran adanya cita-cita insan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan insan tidak selalu sanggup dipenuhi di daerahnya sendiri, sehingga harus berinteraksi dengan daerah lain. Hasil dari perjalanan insan dituangkan dalam dongeng yang berbentuk goresan pena dan gambar. Sajian dongeng perjalanan tersebut merupakan awal dari adanya dongeng yang bersifat geografi.
Pengetahuan ihwal geografi sudah usang dikenal insan sejalan dengan peradaban manusia. Peradaban insan berkembang lantaran insan bakir memanfaatkan potensi lingkungan alam yang ada. Meskipun kadang alam membatasi insan dalam berusaha. Interaksi insan dengan lingkungan alam merupakan kepingan penting yang dikaji dalam geografi.
Pengertian Geo
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani, GEO yang berarti bumi dan GRAPHEIN yang berarti tulisan. Makara secara harfiah GEOGRAFI berari goresan pena atau gambaran ihwal bumi. GEOGRAFI sering disebut juga ilmu bumi.
Ternyata hal-hal yang dipelajari oleh geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga aneka macam hal yang ada di dalam bumi, diluar bumi dan bahkan benda-benda luar angkasapun turut menjadi obyek kajian geografi. Dengan demikian definisi yang sangat singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga meliputi semua hal yang dikaji dalam studi geografi.
Para mahir mencoba untuk mendevinisikan geografi, diantaranya :
1. Eratosthenes(276-194 SM)
Eratosthenes yakni seorang ilmuwan Yunani yang memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya yang berjudul”Geographica”. Dalam bukunya ia menulis ihwal gambaran permukaan bumi, sejarah, dan konsep utama geografi. Ia beropini bahwa bumi bebentuk bulat. Dan juga telah melaksanakan perhitungan keliling bumi yang hanya selisih kurang dari 1% keliling sebenarnya. Keliling bumi gotong royong yakni 24.875 mil, sedangkan hasil perhitungan Eratosthenes yakni 24.650 mil.
2. Bernand Varen (1622-1650)
Bernand Varen atau lebih dikenal dengan Varenius yakni seorang geograf asal Jerman. beliau seorang lulusan Ilmu kedokteran Universitas Leiden., Belanda. Dalam bukunya,”Geographia Generalis”, ia menyampaikan bahwa geografi yakni adonan dari matematika yang membahas kondisi bumi beserta bagian- bagiannya juga ihwal benda-benda langit lainnya.
Dalam buku itu Varenius membagi geografi menjadi dua yaitu:
1. Geografi Umum
Bagian ini membahas karateristik bumi secara umum, tidak tergantung oleh keadaan suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum meliputi 3 bagian, yaitu:
a. Terestrial, merupakan pengetahuan ihwal bumi secara keseluruhan, bentuk dan ukuranya.
b. Astronomis, membicarakan korelasi bumi dengan bintang-bintang yang merupakan cikal bakal ilmu kosmografi.
c. Komparatif, menyajikan deskripsi lengkap mengenai bumi, letak, dan tempat-tempat di permukaan bumi.
2. Geografi khusus
Bagian ini mendeskripsikan ihwal wilayah tertentu menyangkut wilayah luas maupun wilayah sempit. Bagian ini terdiri atas 3 aspek, yaitu:
a. Atmosferis yang secara khusus membicarakan ihwal iklim.
b. Litosfer yang secara khusus menelaah permukaan bumi meliputi relief, vegetasi., dan fauna dari aneka macam negeri.
c. Manusia yang membicarakan ihwal penduduk, perniagaan, dan pemerintah dari aneka macam negeri.
3. Immanuel Kant (1724-1821)
Selain seorang geograf, Kant juga seorang filsuf. Kant tertarik pada geografi lantaran menurutnya ilmu itu akrab dengan filsafat. Semua gagasan Kant ihwal hahikat geografi sanggup ditemukan dalam buku Physische Geographie yang ditulisnya. Menurutnya, geografi yakni ilmu yang objek studinya yakni benda-benda, hal-hal, atau gejala-gejala yang tersebar diwilayah-wilayah permukaan bumi.
4. Alexander von Humboldt (1769-1859)
Pada mulanya Humboldt yakni spesialis botani. Ia tertarik geografi ketika ia mulai mempelajari ihwal batuan. Ia diakui sebagai peletak dasar geografi fisik modern. Ia menyatakan geografi identik atau serupa dengan geografi fisik. Ia menjelaskan begaimana kaitan bumi dengan matahari dan tingkah laris bumi dalam ruang angkasa, tanda-tanda cuaca iklim di dunia, tipe-tipe permukaan bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan hidrosfer dan biosfer.
5. Karl Ritter ( 1779-1859)
Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai peletak dasar geografi modern. Professor geografi Universitas Berlin ini menyampaikan bahwa geografi merupakan suatu telaah ihwal bumi sebagai tempat hidup manusia. Hal-hal yang menjadi obyek studi geografi yakni semua fenomena dipermukaan bumi, baik organik maupun an organik yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
6. Friederich Ratzel (1844-1904)
Ratzel yakni guru besar geografi di Leipzig. Ia mengemukakan konsep geografi dalam bukunya yang berjudul Politische Geographi. Konsep itu diberi nama Lebensraum yang artinya wilayah geografis sebagai sarana bagi organisme untuk berkembang. Ia melihat suatu negara cenderung meluaskan Libensraumnya sesuai kekuatan yang ia miliki.
7. Elsworth Huntington (1876-1947)
Huntington yakni geograf asal Amerika Serikat. Melalui bukunya yang berjudul The Pulse of the Earth, ia memaparkan bahwa kelangsungan hidup dan peradaban insan sangat dipengaruhi oleh iklim. Atas dasar teorinya itu, Huntington kemudian terkenal sebagai determinis iklim (memandang iklim sebagai penentu kehidupan). Ia mengatakan, geografi sebagai studi ihwal fenomena permukaan bumi beserta penduduk yang menghuninya. Ia menjelaskan adanya korelasi timbal balik antara tanda-tanda dan sifat-sifat permukaan bumi dengan pendududknya.
8. Paul Vidal de La Blache(1845-1918)
Vidal yakni seorang geograf asal Perancis. Ia yakni pencetus posibilisme dalam geografi. Posibilisme (teori kemungkinan) muncul sesudah Vidal melaksanakan penelitian untuk mengambarkan interaksi yang sangat erat antara insan dan lingkungan pada masyarakat agraris pra modern. Ia menegaskan bahwa lingkungan memberikan sejumlah kemungkinan (possibilities) kepada insan untuk hidup dan berkembang .Atas dasar itu, vidal mengemukakan konsepnya yang disebut genre de vie atau mode of live (cara hidup). Dalam konsep ini, geografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaiman proses produksi dilakukan insan terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.
9. Rhaod Murphy
Dalam bukunya The Scope of Geography Rhaod Murphy menulis ihwal ruang lingkup kajian geografi, yang terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
1. Persebaran dan keterkaitan (relasi) insan di bumi serta aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia.
2. Hubungan timbal balik antara insan dengan lingkungan fisik alam yang merupakan kepingan dari kajian keanekaragaman wilayah.
3. Kajian terhadap region atau wilayah. Kajian terhadap region atau wilayah ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu antara unsur-unsur wilayah. Oleh lantaran itu kajian regional merupakan obyek formal geografi.
10. Bintarto
Bintarto yakni guru besar geografi di fakultas geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia menyampaikan bahwa geografi pada dasarnya yakni ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas ihwal kehidupan dari unsur-unsur bumi.
11. Daldjoeni
Nama Daldjoeni dikenal lantaran buku-bukunya yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan geografi. Menurutnya, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mengajarkan insan meliputi 3 hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan region (wilayah). Dalam hal spasial, geografi mempelajari persebaran tanda-tanda baik yang alami maupun manusiawi di muka bumi. Kemudian dalam hal ekologi, geografi mempelajari bagaimana insan harus bisa mengikuti keadaan dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari wilayah sebagai tempat tinggal insan berdasarkan kesatuan fisiografisnya.
12. I Made Sandy
Merupakan sal;ah satu tokoh geografi di Indonesia, menyatakan bahwa geografi yakni ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi
13. Berdasarkan hasil seminar dan lokakarya para pakar geografi di Semarang, pengertian dan batasan geografi sebagai berikut. Geografi yakni pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan tanda-tanda alam dan kehidupan di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi antara insan dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
Ilmu Bantu dan Sarana Bantu Geografi
Dua aspek pokok geografi, yaitu aspek fisik dan aspek sosial dipelajari oleh ilmu-ilmu yang menjadi ilmu penunjang geografi. Ilmu penunjang geografi sangat dibutuhkan mengingat luasnya bahasan dalam geografi. Ilmu penunjang geografi tersebut antara lain sebagai berikut.
Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan batuan penyusun bumi.
Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dan proses terbentuknya.
Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal lapisan tanah, antara lain ihwal proses pembentukan dan jenis-jenisnya.
Meteorologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan atmosfer, antar lain ihwal ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan, suhu udara, angin, dan per-awanan.
Klimatologi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal iklim.
Antropogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal persebaran insan di permukaan bumi dalam hubungannya dengan lingkungan geografi.
Demografi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal kependudukan, antara lain hubungannya dengan jumlah dan pertum-buhan, komposisi, srta migrasi penduduk.
Hidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal lapisan air di permukaan bumi, di bawah tanah, dan di atmosfer.
Oseanografi, yaitu ilmu yang mempelajari lautan, antara lain ihwal sifat air bahari dan gerakan air laut.
Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal persebaran binatang dan flora di permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi, dan menentukan pola persebarannya.
Untuk mempermudah dalam mempelajari geografi dibutuhkan sarana bantu, antara lain tabel, diagram, grafik, dan peta. Sarana bantu tersebut dipakai untuk melihat secara tidak eksklusif atas tanda-tanda fisik dan sosial, persebaran, hubungan, serta susunan keruangannya.
Tabel- Tabel menjadi sarana bantu geografi lantaran memuat data, baik berupa kata, kalimat, ataupun angka ihwal fenomena di permukaan bumi. Data tersebut disusun secara bersistem (sistematis), yaitu urut ke bawah atau ke samping dalam lajur dan deret tertentu dan diberi garis pembatas sehingga gampang untuk disimak.
Informasi yang disusun dalam tabel diubahsuaikan dengan tema atau topik yang disampaikan, contohnya berikut ini.
Tabel Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Kelembapan Udara Rata-Rata Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Produksi Jagung Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Diagram- Diagram termasuk sarana bantu geografi yang dipakai untuk menjelaskan fenomena geosfer dengan melukiskan bagian-bagiannya dan cara kerjanya secara berurutan, biasa disebut dengan diagram arus.
Grafik- Grafik termasuk sarana bantu geografi yang memperlihatkan naik dan turun atau pasang surut suatu tanda-tanda atau fenomena tertentu antarwaktu dengan memakai garis. Sebagai pola yakni grafik ihwal pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 hingga dengan tahun 2000.
Peta- Peta termasuk sarana bantu geografi lantaran memuat majemuk data dari permukaan bumi yang sanggup diinformasikan. Untuk memudahkan penyampaian informasi, peta dibuat dengan ukuran, tema, dan topik tertentu, antara lain sebagai berikut.
Peta Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Peta Transportasi Laut di Indonesia
Peta Jenis Tanah di Indonesia
Peta Geologi di Indonesia
Peta Objek Wisata di Indonesia
Ilmu Penunjang Geografi
Mengingat bahwa di dalam objek materialnya begitu luas, maka seorang geografer harus memahami pula ilmu-ilmu lain yang berfungsi sebagai penunjang geografi yaitu antara lain:
a. Geologi, yakni ilmu yang mempelajari perubahan bentuk permukaan bumi akhir tenaga dari dalam bumi (endogen: vulkanisme, tektonisme, gempa bumi), termasuk struktur, komposisi dan sejarahnya. Dalam kehidupan sehari-hari Geologi bermanfaat dalam bidang pertambangan. Untuk mencari materi tambang dibutuhkan pengetahuan deretan dan umur dari batu-batuan.
b. Geomorfologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal bentuk-bentuk muka bumi serta perubahannya akhir tenaga dari luar (Exogen: pelapukan, erosi, sedimentasi). Bahan-bahan galian yang berasal dari endapan sanggup diketahui berdasarkan sejarah geomorfologinya atau sebaliknya. Contoh materi endapan: pasir, tanah liat, dsb.
c. Meteorologi, yakni ilmu yang mempelajari atmosfer, yaitu ihwal udara, cuaca, suhu, angin, awan, curah hujan, radiasi matahari, dan sebagainya. Meteorologi sangat penting bagi informasi cuaca terutama untuk penerbangan, pelayaran, pertanian dan industri.
d. Hidrologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal air di permukaan bumi/tanah, di bawah tanah; termasuk sungai, danau, mata air, air tanah dan rawa-rawa. Dalam kehidupan sehari-hari penting untuk mengetahui lapisan yang mengandung cadangan air yang cukup contohnya untuk industri dan peternakan.
e. Klimatologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal iklim dan kondisi rata-rata cuaca. Untuk pertanian dan industri atau keperluan yang lain, mengetahui sifat iklim dan cuaca setempat sangat penting. Contoh untuk mendirikan pabrik kerupuk tentu bukan di daerah yang curah hujannya tinggi.
f. Antropologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal insan khususnya mengenai ciri, warna kulit, bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Adatistiadat penduduk perlu diketahui untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari, barang yang diperlukan, materi masakan yang dikonsumsi, dsb.
g. Ekonomi, yakni ilmu yang mempelajari usaha insan dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk melestarikan usaha perlu diketahui antara lain bagaimana memperoleh untung, menjual barang, menentukan “nilai” barang, menentukan tempat berjualan, dsb.
h. Demografi, yakni ilmu yang mempelajari dan menguraikan ihwal penduduk. Komposisi penduduk, jumlah penduduk dan sebagainya perlu diketahui untuk menentukan pola konsumsi penduduk terhadap barang tertentu.
Ilmu-ilmu Pendukung Geografi
Untuk sanggup menemukan kegiatan studi, geografi didukukung oleh sejumlah ilmu.Dalam lingkup kajian fisik, geografi didukung oleh beberapa displin ilmu sebagai berikut:
1. Geologi, yaitu ilmu yang mendukung studi geografi dalam menjelaskan bagaimana bumi terbentuk dan bagaimana bumi terbentuk dari waktu kewaktu. Geologi berkaitan dengan komposisi, sejarah pembentukan, struktur bumi, termasuk pembentukan-pembentukan masa kemudian yang pernah muncul di planet bumi.
2. Geomorfologi, yaitu ilmu yang secara khusus mengkaji bentuk lahan (landform) yang membentuk konfigurasi permukaan bumi dan menekankan cara terjadi dan perkembangan serta konteks kelingkunganya.
3. Oseanografi, yaitu ilmu pengetahuan dan studi eksplorasi mengenai lautan serta semua aspek yang terdapat di dalamnya. Studi tersebut antara lain mengenai sedimen dan batuan yang membentuk dasar bahari ,interaksi antara bahari dan atmosfera, pergerakan air laut, serta tenaga yang mengakibatkan adanya gerakan tersebut, baik tenaga yang berasal dari dalam maupun berasal dari luar.
4. Hidrologi, yaitu ilmu yang berafiliasi dengan air di bumi, terjadinya, sirkulasinya dan sebarannya, sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi terhadap lingkungan, termasuk kaitanya dengan makhluk hidup.
5. Meteorologi dan Klimatologi yaitu ilmu pengetahuan yang menyidik dan mebicarakan aneka macam insiden dalam udara. Meteorologi mengkaji keadaan cuaca, yaitu keadaan atmosfer dalam suatu tempat dalam waktu terbatas. Adapun klimatologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala cuaca yang bersifat umum, dan jangka waktu yang relatif usang dan daerah yang dikaji relatif luas.
6. Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari persebaran organisme dalam ruang dan waktu, serta factor-faktor yang mempengaruhi, membatasi, atau menentukan pola persebaran jenis. Biogeografi menguraikan keadaan lingkungan fisik, biologi, evolusi, dan jenis makhluk hidup, yang satu sama lain saling berinteraksi, dan menyebar mirip kini ini.
7. Ilmu tanah. Secara umum ilmu tanah merupakan ilmu yang mempelajari hal atau sifat-sifat tanah. Ilmu ini sanggup dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu Pedologi dan Edaphologi. Pedologi ialah ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu kepingan dari dalam dan berada di kulit bumi, yang menekankan korelasi antara tanah itu sendiri dan faktor-faktor pembentuknya. Edaphologi yakni ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai alat produksi pertanian, yang menekankan korelasi antara tanah dan tanaman. Ilmu ini erat hubunganya dengan cabang-cabang ilmu agronomi mirip fisiologi, biokimia, dan pertanian.
8. Astronomi. Mengkaji benda-benda langit di luar atmosfer bumi, mirip matahari, bulan, bintang, planet, dll
9. Geokemistri. Mengkaji komposisi kimiawi kulit bumi dan perubahan-perubahan yang berlangsung di dalamnya.
Dalam lingkup kajian Manusia, geografi didukung oleh beberapa ilmu antara lain:
1. Demografi (Geografi Penduduk). yang mempelajari /mengkaji ihwal penduduk, mirip kelahiran, kematian, migrasi.
2. Ekonomi (Geografi ekonomi). Mengkaji ihwal usaha-usaha insan untuk mencapai kemakmuran serta gejala-gejalanya dan korelasi timbal balik dari usaha tersebut. Geografi ekonomi membahas bagaimana insan mengeksploitasi sumber daya alam, menghasilkan barang-barang konsumsi, persebaran kegiatan produksi, dan interaksi wilayah.
3. Sosiologi(Geografi Sosial). Mengkaji sruktur proses-proses sosial. termasuk perubahan sosial . Geografi sosial membahas lingkungan insan yang di dalamnya termasuk proses, struktur, dan perubahan sosial sehingga mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan wilayah lain dalam konteks keruangan.
4. Antropologi( Antropogeografi dan Geografi Budaya). Mengkaji ihwal manusia, baik fisik maupun kebudayaannya. Geografi Budaya mengkaji proses-proses kebudayaan sehuhubungan dengan konteks spasial, lantaran kebudayaan yang terdapat di bumi merupakan karakteristik dari suatu wilayah.
5. Geografi Desa dan Geografi Kota. Mengkaji ihwal ciri, pola, struktur, lingkungan, dan interaksi keruangan dari penduduk desa dan penduduk kota.
6. Geografi politik. Mengkaji kondisi-kondisi geografis ditinjau dari sudut pandang politik atau kepentingan negara.
7. Paleontologi. Mengkaji ihwal fosil-fosil serta bentuk-bentuk kehidupan dimasa purba.
8. Geografi regional. Mengkaji suatu daerah tertentu secara khusus, contohnya Asia Tenggara, Eropa Barat, Timur Tengah
Selain kajian fisik dan kajian insan ,sekarang ini telah berkembang cabang geografi teknik dan ilmu pendukungnya antara lain:
1. Kartografi yakni ilmu dan seni yang menggambarkan permukaan bumi pada bidang datar dengan menyajikan data hasil pengukuran dan pengumpulan data tanda-tanda permukaan bumi yang telah dilakukan oleh surveyor, geograf, dan kartograf sehingga informasi pada peta gampang dibaca, dimengerti, dan ditafsirkan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
2. Penginderaan Jauh( Remote Sensing) yakni ilmu dan seni untuk memperoleh informasi mengenai obyek, daerah, atau tanda-tanda dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan memakai alat tanpa kontak eksklusif terhadp obyek, daerah, atau tanda-tanda yang dikaji.
3. Sistem Informasi Geografi ( SIG) yakni teknik geografi untuk menyajikan overlay sejumlah peta tematik sehingga menghasilkan informasi gres dalam setiap produk analisisnya
4. Geofisika. Mengkaji sifat-sifat bumi kepingan dalam dengan metode teknik fisika, mirip mengukur gempa bumi, gravitasi, dan medan magnet.
Manfaat GeografiKarena kajian geografi yakni interaksi antara insan dan lingkungan, maka geografi memberikan manfaat bagi manusia, baik individu maupun kelompok. Di dalam kegiatan pendidikan, geografi memberikan 2 sumbangan yang penting, yaitu sumbangan bersifat pendidikan (pedagogis) dan sumbangan bersifat pembentukan kepribadian.
Sumbangan Pedagogis
a. Wawasan dalam Ruang
Geografi melatih insan untuk melaksanakan orientasi di bumi sebagai tempat tinggalnya dan memproyeksikan dirinya dalam ruang. Orientasi dan proyeksi tersebut meliputi semua unsur ruang, yaitu arah, jarak, luas, dan bentuk.
b. Persepsi Relasi Antargejala
Geografi sanggup melatih kegiatan pengamatan dan pemahaman korelasi antargejala yang terdapat dalam suatu bentang alam. Oleh lantaran itu, perlu adanya kegiatan yang bersifat pengamatan lapangan atau kegiatan luar ruang (outdoor). Melalui kegiatan luar ruang tersebut kita sanggup mengetahui setiap proses dan pola dari fenomena geosfer.
c. Pendidikan Keindahan
Buku-buku geografi yang dilengkapi dengan gambar-gambar ihwal fenomena geosfer sanggup menumbuhkan rasa kecintaan terhadap keindahan alam. Namun, pengamatan eksklusif terhadap fenomena alam yang umum terdapat di lingkungan sekitar sanggup lebih meningkatkan kecintaan tersebut.
d. Kecintaan Terhadap Tanah Air
Geografi mengajak kita untuk menyadari ihwal kekayaan dan kemiskinan sumber daya di tempat tinggal kita. Geografi berusaha menjelaskan potensi sumber daya yang ada di setiap wilayah sehingga sanggup dimanfaatkan secara bijaksana. Potensi sumber daya tersebut tentu saja diupayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik masa kini ataupun masa yang akan datang.
e. Pemahaman Global
Geografi memberikan wawasan ihwal wilayah-wilayah yang lebih luas selain wilayah tempat tinggal kita. Kita dikenalkan pada sifat dan huruf tempat lain sehingga kita sanggup menilainya sesuai dengan sifat dan karakternya. Pemahaman terhadap wilayah global ini sanggup memupuk sifat salingmenghargai dan menghormati antarbangsa.
Pembentukan Kepribadian
Kita sanggup mengerti permasalahan sosial yang sangat kompleks sebagai akhir adanya perbedaan dalam lingkungan.
Kita sanggup menghargai adanya fakta tanda-tanda geografi sehingga akan lebih memperhatikan aneka macam masalah, baik lokal ataupun global.
Kita sanggup mengetahui ketersediaan sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan.
Kita sanggup menghargai kondisi perekonomian dan kultural yang saling bergantung antardaerah.
Kita sanggup membentuk pribadi melalui refleksi atas lingkungannya dengan lingkungan orang lain.
Di dalam kehidupan sehari-hari geografi mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, meskipun manfaat tersebut tidak secara eksklusif dirasakan manusia. Contoh manfaat ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.
1. Bidang Pertanian
Kebiasaan petani dalam memulai bercocok tanam, meskipun secara tradisional, gotong royong sudah memperlihatkan bahwa petani tersebut memakai ilmu geografi. Perhitungan terhadap musim, jenis tanah, dan sistem pengairan merupakan pola bahwa geografi mempunyai kiprah yang sangat penting dalam bidang pertanian.
2. Bidang Industri
Pemilihan lokasi industri umumnya mempertimbangkan faktor biaya, baik biaya untuk materi baku, proses produksi, maupun distribusi. Di dalam pemilihan lokasi industri tersebut faktor jarak menjadi pertimbangan yang sangat penting, baik jarak untuk memperoleh materi baku maupun untuk pemasarannya.
Saat ini lokasi industri telah dikelola sedemikian rupa sehingga berdiri pemusatan lokasi perindustrian berupa kawasan-kawasan industri. Faktor jarak merupakan pola bahwa geografi sangat penting dalam bidang industri.
PERANAN IGEGAMA PERLU DITINGKATKAN
Perlu adanya pendidikan kewirausahaan di Fakultas Geografi UGM dan sertifikasi bagi sarjana gres lulusan Geografi dari Badan sertifikasi Nasional serta sudah selayaknya orientasi lulusan geografi ditujukan untuk membuat mahir sintesis geografi biar lulusan Geografi siap bekerja / membuat lapangan kerja di swasta, demikian hal-hal yang dikemukakan oleh Prof. DR Aris Poniman Deputi Bidang Sumber Daya Alam Bakosurtanal sebagai panelis pada �Curah Pendapat� Ikatan Geografiwan Gadjah Mada (IGEGAMA) 12 April 2008 di Kantor Meneg LH Jakarta.
Acara �Curah Pendapat� yang sekaligus juga dilakukan agenda pengukuhan pengurus IGEGAMA 2007-2010 oleh Sekretaris Umum KAGAMA Bapak Ir. Hamid, dihadiri oleh kurang lebih seratus orang alumni Geografi Gadjah Mada dari angkatan paling renta tahun 1966 hingga yang termuda tahun 2002.
Panelis kedua Kol. Drs. Rusdi Ridwan, Dipl. Cart yang merupakan alumni Geografi angkatan 1972 dan bekerja di Dinas HidroOceanografi AL, menyoroti bahwa selama ini dalam membahas RUU Batas Wilayah Negara selalu dilakukan oleh para mahir Hukum sedangkan mahir Geografi tidak pernah terlibat, padahal peranan mahir Geografi sangat penting. Kelemahan inilah yang merupakan salah satu penyebab kita kehilangan pulau-pulau terluar, mirip P. Sipadan & P. Ligitan. Untuk memperbaiki kelemahan ini, Pemerintah (Depdagri & Deplu) perlu diberi masukan oleh IGEGAMA / Fakultas Geografi. Disini peranan mahir Geografi harus menonjol sesuai dengan proporsinya dan masukan tersebut harus terkonsep dengan baik sehingga sanggup meyakinkan pemerintah.
Sementara panelis ketiga Drs. Bambang Wisnu yang juga alumni Geografi Gadjah Mada angkatan 1971 sekaligus Peneliti dari LAPAN menambahkan bahwa mahir Geografi perlu mempunyai kompetensi dan pengukuhan yang jelas, oleh alasannya yakni itu sertifikasi sangat dibutuhkan bagi Geografiwan.
Dalam diskusi �Curah Pendapat� yang dimoderatori oleh Drs. Sudariyono (alumni Geografi angkatan 1973), Deputi Komunikasi dan Administrasi Lingkungan Hidup, Kementrian Negara Lingkungan Hidup mengambil tema �Peran IGEGAMA dalam Pembangunan Nasional Berkelanjutan�, terdapat aneka macam �curahan pendapat� dari para alumni yang hadir, yang pada dasarnya bahwa mahir Geografi perlu meningkatkan kiprahnya dalam mengisi aneka macam aspek kegiatan pembangunan nasional contohnya memberikan sumbang saran terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kompetensi Geografi.
DR Boedi Tjahjono alumni Geografi UGM angkatan 1980 yang dikala ini bekerja sebagai pengajar di IPB memberikan bahwa biar Ahli Geografi dikenal dan diakui kompetensinya di mata masyarakat dan ilmu yang lain, maka para Geografiwan perlu banyak menulis di media atau menulis buku (meskipun dalam goresan pena yang bersifat populer); perlu menerbitkan buku-buku Serial Geografi dengan aneka macam topik, terutama buku pengayaan (bersifat ringkas, padat, dan gampang dimengerti oleh umum); ada penerbit yang siap menerbitkan buku Serial Geografi dan ini IGEGAMA harus bisa mempelopori.
Drs. Lukman Mokoginta alumni angkatan 1970, menyatakan dibutuhkan taktik merketing untuk mengenalkan ke masyarakat ihwal peranan Geografi; Ahli Geografi perlu muncul biar bisa dikenal dan diakui oleh masyarakat contohnya perlu membentuk komisi tragedi : mirip contohnya Solo River Commision.
Drs. Al. Susanto alumni angkatan 1966 mantan Sekretaris Utama Bakosurtanal memberikan arahannya bahwa Peranan IGEGAMA perlu dimulai dengan mencoba membantu memberikan masukan kepada pengambil kebijakan (Menteri) pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi Geografi (keruangan, lokasi, lingkungan, peta); Setiap 3 bulan sekali perlu mengadakan suatu pertemuan (sarasehan) untuk sanggup merumuskan suatu konsep yang sanggup dipakai dalam memberikan masukan kepada pemerintah; Seyogyanya Fakultas Geografi mengarahkan pada pemikiran yang menyatukan antara Physical Geography dan Human Geography sehingga Unifying Geography sebagai kekuatan ilmu Geografi bisa menonjol (yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu yang lain); Seminar2 yang diadakan oleh IGEGAMA seyogyanya tidak hanya dari sudut pandang Geografi saja melainkan mengundang dari aneka macam pandangan disiplin ilmu lain, selain itu mahir Geografi sudah harus mulai sering muncul di media masa.
Dra. Tuty Handayani, M.Si alumni angkatan 1975 Dosen Geografi di Univ. Indonesia, memberikan usulan perlu adanya training penulisan jurnalistik untuk Geografiwan yang diselenggarakan oleh IGEGAMA, yang diharapkan akan sanggup menghilangkan kecenderungan perasaan minder sebagai Geografiwan yang kini masih ada; perlu dibuat masukan untuk kebijakan pemerintah antara lain melalui agenda prioritas untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat di pulau2 terujung biar tidak gampang untuk bergabung dengan negara-negara tetangga.
Drs. Sodiq Suhardiyanto alumni angkatan 1980 yang bekerja di bidang Swasta, memberikan bahwa tidak perlu minder menjadi Geografiwan, lantaran terbukti Geografiwan banyak diakui kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan di bidang swasta, misal dalam menangani CDM (Clean Development Mecanism) atau yang lainnya, sebagai pola faktual yakni adanya seorang Geografiwan Amerika (Mr. Bill) yang menjadi leader di tingkat internasional dalam mengembangkan CDM di dunia.
Drs. Suprajaka alumni Geografi angkatan 1983 yang bekerja di Bakosurtanal memberikan bahwa Geografiwan kita sangat elok dalam membuat peta, namun kurang dalam melaksanakan analisis peta (diagnosis-prognosis).
Sementara berdasarkan Drs. Ramartua Silalahi alumni Geografi angkatan 1977 yang bekerja di Swasta yakni suatu kenyataan bahwa ada perasaan minder sebagai Geografiwan pada waktu dulu lantaran tidak tahu kompetensi Geografi, namun kita tetap gembira sebagai alumnus UGM; dari pengalaman yang sudah puluhan tahun di Konsultan, terbukti bahwa aplikasi ilmu Geografi sangat banyak dan ilmu Geografi berperan sangat penting untuk pembangunan nasional; Makara Geografiwan seharusnya sebagai team leader, namun kenyataannya sangat jarang Geografiwan yang dijadikan sebagai team leader; sehingga perlu diperjuangkan keberadaan Geografi dan harus mendapat proporsi profesi yang seharusnya di tataran nasional.
Kol. Heru Sri Widyanto angkatan 1976 yang bekerja di Direktorat Topografi AD memberikan bahwa publikasi ihwal Geografi sangat minim sehingga masyarakat banyak yang tidak tahu, maka menghimbau perlunya publikasi goresan pena ihwal Geografi yang dilakukan oleh para Geografiwan.
DR Muh. Dimyati sebagai Ketua Umum IGEGAMA periode 2007 - 2010, alumni Geografi angkatan 1977 yang dikala ini bekerja di Menpera, mengucapkan terimakasih kepada Sekretaris Umum KAGAMA Ir. Hamid yang sekaligus juga sebagai Redaktur Jurnal Indonesia atas tawarannya dan kesediaannya untuk mengadakan training / training menulis (kajian ilmiah populer) bagi para Geografiwan, sehingga diharapkan akan banyak kajian-kajian Geografi yang sanggup dipublikasikan kepada masyarakat. Lebih lanjut Ketua Umum IGEGAMA juga mengucapkan terimakasih kepada para alumni baik yang D1 hingga dengan yang Doktor bahkan yang Profesor, dari Eselon 1 hingga dengan staf dan kepada seluruh akseptor yang hadir termasuk rekan-rekan wartawan atas partisipasinya pada agenda �Curah Pendapat�.
Ucapan yang sama juga disampaikan kepada Mas Sudariyono n teman2 di Meneg LH yang telah memfasilitasi agenda tersebut sehingga agenda ini cukup sukses lantaran bisa dihadiri oleh 95 orang alumni (dari daftar absen) dan menghasilkan �bersama kita berhasil�.
Lebih lanjut Dimyati memberikan bahwa ungkapan pertama yakni �Inalilahiwainailahi roji�un� lantaran begitu banyaknya kita punya keinginan, dan ini merupakan kiprah dan tanggungjawab pengurus dalam mengemban amanah yang cukup berat, sehingga rasanya tanpa didukung oleh teman2 Geografiwan yang hadir maka kepengurusan IGEGAMA 2007-2010 mustahil bisa berjalan. Dukungan utama dan yang paling konkrit yakni yang terkait dengan recehan, lantaran tanpa ini organisasi tidak bisa berjalan demikian lanjut Dimyati. Dukungan donasi dari seluruh alumni akan dipublikasikan melalui website Geografiwan dengan alamat : www.gwan.or.id, dan Insya Allah dalam waktu akrab kita juga akan mencoba mengadakan kegiatan yang sejenis, kemungkinan sekitar lebaran yang mudah-mudahan sanggup difasilitasi oleh teman-teman dari Depdagri.
Sementara itu Dekan Fakultas Geografi UGM DR. Hartono, DESS sebagai GONG PENUTUP memberikan bahwa, usaha Fakultas Geografi untuk memperjuangkan keberadaan dan pentingnya ilmu Geografi telah dilakukan antara lain : (i) Telah berhasilnya menyakinkan Diknas untuk menimbulkan mata pelajaran geografi menjadi salah satu mata pelajaran wajib untuk Ujian Nasional di tingkat SMA, (ii) Mengadakan Olimpiade Geografi untuk Sekolah Menengan Atas (hingga kini sudah dilakukan 3 periode). Pemenang pertama mendapat kemudahan untuk diterima di Fakultas Geografi dan beasiswa selama 4 tahun/hingga lulus, (iii) Aktif di bidang kebencanaan : misal UGM Peduli Aceh yang dimotori oleh Prof. Sutikno (hingga sekarang), (iv) Masuk dalam TTN (Tim Teknis Nasional) Banjir, yang banyak menangani duduk kasus banjir, contohnya di daerah Cepu, Blora, Ngawi, Bojonegoro, dsb, (v) Mempelopori Museum/Laboratorium Alam Pantai (Parangtritis); Museum Gempabumi, Pusat Informasi Karst, dll, (vi) Fakultas Geografi dimasukkan ke dalam tim perumus RUU Bencana Alam, (vii) Beberapa dosen telah menjadi kolumnis di koran KR (Pak Sudibyakto, Pak Sukamdi). Sedangkan jurusan yang ada di Fakultas Geografi UGM dikala ini dibagi menjadi dua yaitu Geografi & Ilmu Lingkungan dan Sains Informasi Geografi & Pengembangan Wilayah. Demikan curahan pendapat dari para Geografiwan pada agenda �Curah Pendapat� 2008. (Bd.Tj./Sar)
Paradigma dalam Geografi
Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.
Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian yaitu:
Paradigma Metafisika atau metaparadigm yang menggambarkan pandangan secara global keseluruhan sebuah ilmu, dimana mempunyai fungsi dasar yaitu, menetapkan apa saja yang gotong royong (dan yang bukan ) menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, memberi petunjuk kepada ilmuwan kearah mana melihat (dan arah mana yang tidak usah dilihat) biar menemukan apa-apa yang gotong royong menjadi urusannya, serta memberi petunjuk kepada ilmuwan apa yang sanggup diharapkan untuk ditemukan kalau ia mendapat dan menyidik apa-apa yang gotong royong menjadi urusan dalam bidang ilmunya.Paradigma ini meliputi wilayah konsensus paling luas dalam suatu disiplin dan menetapkan bagian-bagian wilayah penelitian.
Paradigma Sosiologis, pengertiannya hanya terbatas pada keberhasilan ilmiah yang konkret yang mendapat pengukuhan secara universal.
Paradigma Artefak atau Construct paradigm mengandung artian paling sempit, yang sanggup berarti apa-apa yang secara khas (spesifik) termuat dalam suatu buku, instrumen ataupun hasil karya pengetahuan klasik. Secara konseptual paradigma Artefak ada dalam lingkup cakupan paradigma Sosiologis, dan paradigma Sosiologis ada dalam lingkup cakupan Metaparadigm.
Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami aneka macam periode perkembangannya. Masing-masing periode memperlihatkan kesamaan huruf persepsi terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.
Contoh paradigma dalam geografi sosial antara lain yaitu :
Paradigma Determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Ratzel
Paradigma atau faham Posibilitis sekaligus sebagai salah satu pengembang paradigma regional yang dikembangkan oleh Vidal
Paradigma Bentang alam budaya yang juga menerapkan pendekatan kesejahteraan yang dikembangkan oleh Saver
Paradigma Regional di Amerika yang dikembangkan oleh Hatshorne
Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut positivisme ilmu
Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan berjalan melalui kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan yang telah berkembang sebelumnya, sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.
10. Periode Perkembangan Paradigma-paradigma Tradisional
Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara garis besarnya dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:
Paradigma Eksplorasi
Paradigma Environmentalisme
Paradigma Regionalisme
Masing-masing paradigma ini memperlihatkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang merupakan pencerminan perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan perkembangan teknologi penelitian serta analisis yang ada.
a. Paradigma eksplorasi
Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada “geographical thought” yang pernah dikenal arsipnya. Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan, penggambaran-penggambaran tempat-tempat gres yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta gres yang belum banyak diketahui dan pengumpulan tempat-tempat gres yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta dasar yang berafiliasi dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan atau gambaran-gambaran, peta-peta daerah gres yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang kuat bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik berupa goresan pena maupun peta-petanya.
Penemuan-penemuan daerah gres yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat barat mulai bermunculan pada dikala itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa deskriptif dan pembagian terstruktur mengenai daerah gres beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang mencolok yakni sangat terbatasnya latar belakang teoritis yang mendasari penelitian-penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang menganggap bahwa untuk menyebut perkembangan “geographical thought”atau pikiran/ gagasan secara geografi sebagai suatu deskripsi sederhana ihwal apa yang diketahui dan dihasilkan dari pengaturan (ordering) dan pembagian terstruktur mengenai (classification) data yang masih sangat sederhana.
b. Paradigma Environmentalisme
Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya sajian yang lebih akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk melaksanakan pengukuran-pengukuran lebih mendalam lagi mengenai elemen-elemen lingkungan fisik dimana kehidupan insan berlangsung. Paradigma ini terlihat mencuat pada final kurun sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari “lingkungan fisik” terhadap pola-pola kegiatan insan di permukaan bumi bergaung begitu lantang (geographical determinism). Bahkan, hingga pertengahan kurun dua puluh saja, ide-ide ini masih terasa gemanya.
Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan. Dalam beberapa hal “morphometric analysis” pada taraf mula ini berakar pada “cognitive description”dimana pengembangan sistem geometris, keruangan dan koordinat yang dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan pembagian terstruktur mengenai data yang lebih lengkap, akurat dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.
Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya, merupakan salah satu contohnya dan kemudian hingga batas-batas tertentu sanggup dipakai untuk membuat prediksi (model-model prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter Christaller (1993) merupakan pola yang baik. Upaya untuk menjelaskan terkondisinya fenomena-fenomena tertentu, khususnya “human phenomena” oleh elemen-elemen lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang analisis korelasi antara insan dan lingkungan alam bermulai disini.
Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis korelasi antara insan dengan lingkungan alam telah memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan insan pada ekosistem. Manusia tidak lagi sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi insan mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam menentukan bentuk-bentuk kegiatannya di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).
c. Paradigma Regionalisme
Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional yakni paradigma Regionalisme. Disini nampak unsur “fact finding tradition of exploration” di satu sisi dan upaya memunculkan sistesis korelasi insan dan lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar pengenalan ruang yang lebih detail.
Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi hirarkinya (the 1st order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari segi kategorinya (single topic, duoble topic, combine topic, multiple topic, total, regions) yakni beberapa pola konsep-konsep yang muncul sejalan dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu “temporal analysis” sebagai salah satu bentuk “causal analysis” berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960; Harvey, 1969).
12. Periode Perkembangan Paradigma-Paradigma Kontemporer
Pada masa ini mulai terjadi perkembangan gres di bidang metode analisis kuantitatif dan “model building”. Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai periode paradigma analisis keruangan (the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan ihwal ciri-ciri paradigma geografi kontemporer antara lain yaitu adanya sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer yakni adanya kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian terpisah atau salah satu sama lain sehingga korelasi intelektualnya pudar.
Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi biar ancaman yang disinyalir oleh para pakar mengenai pudarnya fitrah geografi yakni dengan pendekatan sistem, khususnya spatial system approach. Untuk hingga ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa geografi. Pada masa ini functional analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik pula sejalan dengan penemuan daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).
Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar. Hal ini memang masuk akal sekali dikarenakan telah disinyalir munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri khas geografi itu sendiri. Selama perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ilham sintesis ini. Gerakan pertama kali dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu “regional synthesis”. Semua fenomena dianggap berafiliasi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan harus mempelajari sintesis daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang mengungkapkan apa yang disebut sebagai “wholeness”. Ide pendekatan sistem memang tidak sanggup dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.
Konsep sintesis gres dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang berjudul “Geography : A Modern Synthesis”. Sintesis gres ini berusaha merangkum beberapa pendekatan terdahulu hingga dikala ini dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.
13. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis tanda-tanda dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka dibutuhkan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang dipakai untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan yakni penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan duduk kasus mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek insan dalam suatu ruang.
Kewilayahan, yang dikaji yaitu ihwal penyebaran fenomena, gaya dan duduk kasus dalam ruangan, interaksi antar/variabel insan dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mensugesti satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya yakni perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Makara fenomena, tanda-tanda dan duduk kasus ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara aneka macam unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap tanda-tanda dan permasalahan sanggup menghasilkan aneka macam alternatif-alternatif pemecahan masalah.
14. Tantangan Geografi Ke Depan
a. Dampak Teknologi Komunikasi dan Internet
Sekiar tahun 1990 beredar buku megatrend 2000. Dalam buku itu Naibit dan Arburdense (1990) mensinyalair ada sepuluh kecenderungan (trend) yang akan terjadi pada tahun 2000-an, yaitu:
masyarakat informasi menjadi masyarakat industri
teknologi pasca menjadi high tech
ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia
jangka pendek menjadi jangka panjang
sentralisasi menjadi desentralisasi
pemberian institusional menjadi pemberian diri
demokrasi representatif menjadi demokrasi partisipatif
hirarki menjadi jaringan
utara menjadi selatan
salah satu menjadi pilihan ganda
Bedasarkan ramalan itu tampak bahwa remaja ini terjadi perubahan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Informasi telah menjadi kepingan penting bagi individu, masyarakat dan negara. Informasi merupakan kepingan dari kehidupan mereka sehari-hari untuk pengambilan keputusan.
Keberadaan masyarakat informasi remaja ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi komuniasi dan internet. Integrasi kedua teknologi itu telah melipatkan gandakan informasi dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cepat. Intergrasi teknologi komputer dengan teknologi komunikasi itu telah mewujudkan suatu jaringan besar antar warga negara tanpa harus diikat dengan batas-batas negara yang bersangkutan (bordeless).
Teknologi itu telah bisa mengambarkan sebagai wahana untuk mengolah (procesess) data menjadi informasi dengan cepat. Selain itu teknologi itu juga telah bisa dipakai sebagai infrastruktur untuk pengiriman data atau informasi secara cepat, murah dan praktis.
Disiplin geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang memerlukan infrastruktur untuk mengolah data geografis menjadi informsi geografi secara cepat. Informsi geografi hasil prosesing itu dibutuhkan oleh aneka macam bidang untuk pengembangan wilayah, konsrvasi sumburdaya, penataan ruang, dan sebagainya.
Dalam mempelajari obyeknya, disiplin geografi memakai pendekatan keruangan. Dalam pendekatan itu struktur, pola dan proses keruangan harus sanggup dipelajari dengan baik dan cepat.
Untuk mempelajari aspek keruangan mirip itu teknologi komputer telah menyediakan program-program analisis keruangan yang makin simpel dan gampang dioperasikan. Dengan kemudahan itu informasi geografi sanggup lebih cepat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
Dengan teknolgi internet informasi sanggup dengan gampang dan cepat dikirim keseluruh penjuru dunia. Hal itu tidak hanya bermakna untuk penyebaran informasi, tetapi juga untuk memberikan paradigma gres dalam pengelolaan lingkungan menuju keberlanjutan. Sebagaimana permasalahan lingkungan remaja ini yang paling serius yakni mewujudkan keberlanjutannya.
Dengan kehadiran komputer sebagai komponen teknologi informasi proses analisis dan integrasi yang rumit kalau dikerjakan secara manual akan menjadi mudah, cepat dan akurat (Sutanto, 2000). Oleh lantaran itu dalam 2 (dua) dekade belakangan ini kiprah teknologi informasi dalam aplikasi ilmu geografi berkembang dengan cepat dan mejadi kebutuhan yang penting bagi setiap warganegara untuk mengelola wilayah dan sumberdayanya. Pemanafaatan teknologi informasi dlam aplikasi ilmu geografi dikenana dengan Sistem Informasi geografi (SIG). SIG remaja ini telah berkembang dengan pesat lantaran didukung dengan teknologi pengindraan jauh (inderaja) dan Global Posistion System (GPS).
Bangsa Yunani yakni bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus,Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan lantaran mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya yakni periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; pola pertamanya yakni Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di bahari memakai teknik periplus dengan mengenali garis pantai bahari Merah dan Teluk Persi.
Setelah kurun ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi kepingan dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini yakni Kosmos: skema deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua kurun kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat korelasi yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan yakni teori yang menyatakan bahwa karakteristik insan dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatikdeteriminisme lingkungan yakni Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya yakni "iklim yang panas mengakibatkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang lantaran tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan mengakibatkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam yakni penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif ihwal suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif yakni usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains sesudah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi yakni untuk menguji janji umum ihwal pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan memakai matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama yakni munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, mahir geografi insan (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada kiprah insan dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya yakni geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, mirip pada namanya, memakai ilham dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis yakni geografi pos-modernis, yang mengambil ilham teori pos-modernis dan pos-strukturalisuntuk menjelajahi konstruksi sosial dari korelasi keruangan.
B. Perkembangan Geografi
Geografi yakni ilmu ihwal lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan insan di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal yakni Geographia goresan pena Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi ihwal peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akhir yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Pada zaman Yunani kuno pengetahuan insan ihwal bumi masih sangat dipengaruhi oleh mitologi. Namun, semenjak kurun ke-6 SM dampak mitologi itu terus berkurang seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan ihwal bumi mulai didasarkan atas ilmu alam, ilmu pasti, dan logika. Salah satu bukti bahwa pengetahuan telah didasarkan pada budi yakni telah adanya usaha untuk menjelaskan ihwal suatu wilayah termasuk sikap penduduknya. Orang yang pertama kali menguraikan seluk-beluk keadaan suatu tempat, yang kemudian dinamakan topografi yakni Herodutus (485-428 SM).
Claudius Ptolomeus dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis (pertengahan kurun ke-2) menjelaskan bahwa geografi yakni suatu bentuk penyajian dengan peta terhadap sebagian permukaan bumi yang memperlihatkan kenampakan umum. Menurut Ptolomeus geografi lebih mengutamakan hal-hal atau fenomena yang bersifat kuantitatif. Pandangan dan pendapat Ptolomeus ini merupakan sumber bagi definisi geografi zaman modern.
Seorang mahir filsafat dari Arab Ibnu Khaldun (1332-1406), menulis buku kesejarahan yang sanggup dikatakan sebagai embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu Khaldun memperhatikan permasalahan irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan kegiatan perdagangan di daerah gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab munculnya kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan tersebut. Ibnu Khaldun termasuk mahir geografi yang telah memperlihatkan pola cara menguraikan dampak lingkungan alam terhadap masyarakat dalam suatu wilayah.
Pandangan Geografi Modern (abad ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant, geografi merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya yakni benda-benda atau gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi dalam ruang (space).
Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada kajian fisik dan biologi. Humboldt yakni spesialis geografi asal Jerman yang melaksanakan perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari perjalanannya itu yakni sebuah deskripsi ihwal korelasi antara ketinggian tempat dan vegetasi yang mendiaminya. Namun demikian, Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan manusia, antara lain perhatiannya ihwal kebudayaan penduduk Asia dan kebudayaan penduduk Amerika.
Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan dengan pemikiran Humboldt, yaitu menjelaskan kegiatan insan dalam suatu wilayah. Ritter menganggap permukaan bumi sebagai tempat tinggal insan dan menggolongkannya menjadi wilayah alamiah, terutama berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit wilayah tersebut bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19
Pada final kurun ke-19 pandangan geografi dipusatkan terhadap iklim, tumbuhan, dan binatang (biogeografi) terutama pada bentang alamnya. Perhatian utama geografi pada masa ini yakni gejala-gejala fisik sehingga gejala-gejala sosial (manusia) tidak mengalami kemajuan. Perhatian geografi terhadap insan pada final kurun ke-19 tetap becorak pada pandangan Ritter, yaitu mengkaji korelasi insan dengan lingkungannya.
Friedrich Ratzel (1844-1904) mempelajari dampak lingkungan fisik terhadap kehidupan manusia. Menurut Ratzel kegiatan insan merupakan faktor penting bagi kehidupan dalam suatu lingkungan. Ratzel juga beranggapan bahwa faktor insan dan faktor lingkungan mempunyai kedudukan dan dampak yang sama dalam membentuk lingkungan hidup.
Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah satu ciri pandangan geografi pada kurun ke-20 yakni kajiannya yang bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu merupakan reaksi atas dominasi geografi alam hingga final kurun ke-19.
Vidal de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian geografi harus menyatukan faktor insan dan faktor fisik lantaran tujuan geografi yakni untuk mengetahui adanya interaksi antara insan dan lingkungan fisiknya. Oleh lantaran itu, konsep geografi yang dikemukakan Vidal de la Blache yakni kewilayahan.
Pandangan Geografi Mutakhir
E. A. Wrigley (1965) mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa sanggup dipakai dalam kajian geografi selama analisa tersebut bisa menuntaskan permasalahan yang terjadi. Wrigley juga beropini bahwa geografi yakni disiplin ilmiah yang berorientasi pada duduk kasus (problem oriented) dalam mengkaji interaksi antara insan dan lingkungannya.
Pandangan geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi yang bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara insan dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah memakai metode statistik dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.
Geografi Ortodoks dan Geografi Terintegrasi
Perbedaan pandangan terhadap geografi menghasilkan definisi yang berbeda-beda sehingga tidak sanggup diterima oleh setiap orang. Akan tetapi, meskipun pandangan para mahir berbeda-beda terhadap geografi, mereka mengakui adanya elemen-elemen yang sama dalam geografi, yaitu sebagai berikut.
Para mahir geografi mengakui adanya persamaan dengan mahir ilmu pengetahuan bumi (earth science) yang lain lantaran wilayah kajiannya sama, yaitu permukaan bumi dan bukan ruang yang bersifat abstrak. Menurut para mahir geografi permukaan bumi merupakan lingkungan hidup bagi insan yang sanggup mensugesti kehidupannya dengan mengubah dan membangunnya.
Para mahir geografi mempunyai perhatian sama, yaitu persebaran insan dalam ruang dan korelasi insan dengan lingkungannya. Para mahir geografi mengkaji cara ihwal pengelolaan wilayah yang tepat untuk sanggup memanfaatkan ruang dan sumber daya. Para mahir geografi mengakui adanya unsur-unsur yang sama dalam geografi, antara lain jarak, interaksi, gerakan (mobilitas), dan persebaran.
Adanya persamaan-persamaan dalam kajian geografi besar lengan berkuasa terhadap perkembangan aneka macam topik yang berafiliasi dengan geografi. Oleh lantaran itu, pada dikala ini kajian geografi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu geografi ortodoks dan geografi terintegrasi.
Geografi ortodoks yakni geografi yang melaksanakan kajian terhadap suatu wilayah (geografi regional) dan analisis terhadap sifat-sifat sistematiknya (geografi sistematik). Geografi ortodoks dibagi lagi menjadi 5 kepingan sesuai dengan topik-topiknya, yaitu berikut ini.
Geografi fisik, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap fenomena-fenomena fisik geosfer dan lingkungannya. Geografi fisik antara lain meliputi geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan pedologi.
Geografi manusia, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap kegiatan manusia, antara lain meliputi geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi perdesaan, dan geografi perkotaan.
Geografi regional, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap perwilayahan dan kultural. Geografi perwilayahan antara lain terdiri dari geografi daerah tropika, geografi daerah arid, dan geografi daerah kutub. Geografi kultural antara lain terdiri dari geografi Asia Tenggara, Geografi Amerika Latin, dan geografi Eropa Barat.
Geografi teknik, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap bidang teknik dalam geografi, anatara lain terdiri atas kartografi dan pengindraan jauh.
Geografi filsafat, yaitu geografi yang melaksanakan kajian terhadap hakikat, sebab, asal, dan aturan yang berkenaan dengan bidang geografi, antara lain metodologi geografi dan geografi sejarah.
Geografi terintegrasi yakni kajian geografi dengan jalan memadukan antara elemen-elemen geografi sistematik dan geografi regional sehingga disebut juga geografi terpadu. Oleh lantaran itu, di dalam kajiannya geografi terintegrasi memakai tiga analisis, yaitu analisis keruangan, ekologi, dan wilayah.
Sejarah Geografi
Perkembangan Ilmu Geografi diawali oleh Bangsa Yunani yang secara aktif meneliti juga mendokumentasikan informasi dan data kegeografian sebagai sebuah ilmu dan filosofi. Pemikir utama pada awal perkembangan geografi yakni Thales (640– 546 SM) dari Miletus yang banyak melaksanakan perjalanan menggali informasi geografi, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Herodotus (485–425 SM) dari Messana yang membuat laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah, kemudian Phytheas yang melaksanakan pengukuran jarak Matahari terhadap Bumi. Perkembangan awal geografi paling fenomenal yakni dengan publikasi dari Eratosthenes (276–194 SM) dalam bukunya Geographica yang menjelaskan bahwa pad dasarnya bumi itu lingkaran dan Eratosthenes telah bisa menghitung keliling Bumi dengan hanya berselisih kurang dari 1% keliling sebenarnya, yang kemudian diikuti oleh beberapa pemikir - pemikir bangsa Romawi.
Pada kurun pertengahan, bangsa Arab banyak memberikan sumbangsih pemikir - pemikirnya dalam mengembangkan ilmu geografi mirip Al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun.
Kemudian pada kurun ke-17 hingga kurun ke-19 Ilmu geografi semakin memperlihatkan sebagai sebuah disiplin ilmu yang utuh dengan menjadi kepingan kurikulum yang lengkap di aneka macam universitas yang terdapat di Eropa. Pada masa ini para pemikir (ilmuan) yang mengemukakan pendapatnya yakni Bernard Varen (1622-1650) atau yang dikenal dengan Varenius dari Jerman melalui bukunya Geographia Generalis, Immanuel Kant (1724–1821) melalui buku Physische Geographie, Alexander von Humboldt(1769–1859) dikenal sebagai peletak dasar geografi fisik modern, Karl Ritter (1779–1859) dari Universitas Berlin, Friederich Ratzel (1844–1904) dari Leipzig dalam bukunya yang berjudul Politische Geographie mengemukakan konsep Lebensraum, Elsworth Huntington (1876–1947) asal Amerika Serikat mengemukakan konsepnya dalam bukunya The Pulse of The Earth dikenal sebagai determinis iklim, Paul Vidal de la Blache (1845–1918) asal Prancis merupakan pencetus posibilisme dalam geografi dengan konsepnya genre de vie, Halford Mackinder (1861–1947) dari Universitas Oxford mengemukakan makalahnya yang berjudul The Scope and Methods of Geographyyang berisi konsep man-land relation.
Ilmu Geografi selama kurun ke-20 di Barat melewati empat fase utama :
Determinisme lingkunganTeori yang menyatakan bahwa karakteristik insan dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan yakni Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.
Geografi regional.Memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif ihwal suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region yang diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatifusaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan memakai matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
Geografi kritisMuncul sebagai kritik atas positifisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi. Beberapa mahir yang beraliran ini diantaranyaYi-Fu Tuan, Karl Marx dengan pengikutnya David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis.
Perkembangan Ilmu GeografiGeografi di zaman Yunani
Zaman ini merupakan zaman awal perkembangan ilmu geografi. Ilmu geografi ini timbul lantaran usaha untuk mengetahui dari mana atau asal seruan dari negeri serta penduduk yang hidup pada zaman tersebut. Ilmu sejarah yang mempunyai seorang tokoh berjulukan Herodotus sebagai bapak sejarah, mengungkapkan bagaimana seluk beluk keadaan suatu tempat atau topografi serta menerangkan alasannya yakni terjadinya. Itulah mengapa Herodotus juga disebut sebagai bapak geografi. Dalam hal ini Herodotus membahas ihwal lembah sungai Nil dengan tanahnya yang subur terutama pada daerah delta sungai Nil.
Eratosthenes (176-194 SM) memastikan bahwa bumi berbentuk mirip bola dengan ukuran-ukurannya secara detail. Setelah itu dibuat susunan garis lintang serta garis bujur bola bumi untuk menentukan letak suatu lautan, negeri, serta tempat lain meskipun masih dalam model yang sederhana sehingga lahirlah peta. Dengan adanya perubahan pola cuaca dan perbedaan iklim maka disusun sistem permusiman berdasarkan garis lintang serta garis bujur tersebut iklim digolongkan menjadi beberapa macam.
Geografi di zaman Romawi
Perkembangan ilmu geografi yang diwariskan dari zaman Yunani ini melahirkan geografi kuno yang dipelopori oleh Strabo (64 SM – 20M) yang menulis buku Geographia. Buku tersebut berisi ihwal uraian ihwal dunia beserta isinya.
Tokoh lain yang berperan pada zaman ini yakni Ptolomeus yang membahas ihwal aspek matematis dalam geografi dan kemudian menerapkannya pada peta dan lokasinya. Posidonius kemudian berusaha lebih teliti dari Eratothenes dalam menentukan keliling bumi yang kesannya diperoleh ukurannya hanya berselisih 7000 mil dari ukuran sekarang.
Geografi kurun pertengahan
Di belahan bumi Eropa pada masa ini mengalami masa gelap perkembangan ilmu geografi hal ini disebabkan lantaran gambaran dunia yang berasal dari masa Yunani yang secara umum dikuasai kafir tidak sejalan dengan apa yang ada dalam Al Kitab sebagai kitab suci agama Katolik yang banyak dianut oleh bangsa-bangsa di Eropa. Pandangan yang berkembang menganggap bahwa bumi tidaklah bulat, namun berbentuk datar mirip cakram sehingga peta dirubah dengan kota Yerusalem sebagai pusatnya.
Dilain pihak warisan terhadap pandangan geografi dari zaman Yunani kuno dikembangkan oleh aneka macam universitas Islam dari Persia hingga Spanyol. Peta bumi dilengkapi dengan hasil kunjungan para pelancong dan saudagar yang menjelajah.
Ahli geografi Arab yaitu Al Idrisi (1099 – 1166) menyempurnakan pembagian daerah iklim bumi konsep Yunani. Tokoh lain yang berperan yaitu Ibnu Batuta (1304 – 1348). Seorang filsuf Arab yaitu Ibnu Khaldun (1332 – 1406) dengan buku geografi kesejarahannya sanggup dipandang sebagai cikal bakal ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Pada zaman Renaisance buku Geographia karangan Ptolomeus mendorong bangsa Portugis dan Spanyol menjelajah lantaran buku tersebut telah diterjemahkan dalam bahsa Latin. Kemudian disempurnakan peta sebelumnya dengan penemuan benua Amerika oleh Colombus.
Pada Abad 17 dikenal tokoh Varenius yang membagi geografi menjadi 2 kepingan yaitu:
1. Geografi umum yang mencakup:
a. Terestrial yaitu pengetahuan ihwal bumi beserta keseluruhannya,
b. Falakiah berupa korelasi dengan bintang-bintang sehingga muncul kosmografi,
c. Komparatif menjelaskan secara detail ihwal bumi.
2. Geografi khusus meliputi:
a. Aspek langit, khususnya membahas iklim,
b. Aspek litosfer, meliputi segala yang ada di permukaan bumi,
c. Aspek insan yang membicarakan ihwal penduduk, perniagaan serta pemerintahan di aneka macam negeri.
Cluverius, tokoh dari Jermandalam karyanya menerangkan ihwal peralihan geografi zaman pertengahan hingga zaman modern yang merupakan pengantar dari geografi umum. Dalam bukunya dijelaskan ihwal deskripsi sebagian negara-negara didunia.
Geografi modern
Geografi mulai diberi dasar filsafat yang dilakukan oleh tokoh dari Jerman yaitu Imanuel Kant. Menurutnya ilmu pengetahuan digolongkan menjadi 3, antara lain:
1. Ilmu sistematis, dengan objek studinya yaitu sesuatu yang nyata ada, misal: botani mempelajari tumbuhan, geologi mempelajari kulit bumi, sosiologi mempelajari kemasyarakatan.
2. Ilmu historis, dengan onjek kajian berupa fakta-fakta yang ada kaitannya dengan waktu, misal: sejarah, pra sejarah.
3. Ilmu Geografis, dengan objek kajian benda-benda, hal-hal, serta gejala-gejala yang tersebar dalam konteks spasial atau keruangan, misal: geografi dan kosmografi
Imanuel Kant menguraikan aspek geografi menjadi 5:
1. Matematis, menelaah bentuk, ukuran sarta perputaran bumi dan posisi terhadap matahari.
2. Moral, menelaah aneka macam adat kebiasaan serta perwatakan insan yang berbeda di setiap negeri.
3. Politik, menelaah kekerabatan antar unit-unit politis latar belakang alam masing-masing
4. Perniagaan, menelaah adanya potensi niaga khusus pada suatu negeri hingga terlibat dalam perniagaan dunia.
5. Teologis, menelaah bagaimana latar belakang alam menimbulkan bentuk-bentuk ibadat lahiriah yang berlainan di aneka macam negeri.
Penjelajahan dunia juga dilakukan oleh Alexander Von Humboldt yang juga spesialis kosmografi. Humboldt menggolongkan ilmu menjadi 3 yaitu
1. fisiografi (ilmu alam dan sistematis)
2. natural (sejarah alam dalam waktu)
3. geografi (uraian bumi dengan persebaran spasial).
Carl Ritter memberikan deskripsi ihwal geografi regional yang membagi dunia atas wilayah-wilayah yang biasanya didasarkan atas morfologinya. Setiap wilayah akan mempunyai ciri dan huruf tersendiri yang membedakan dengan wilayah lain. Pandangannya memperlihatkan bahwa pada suatu unit wilayah yang berisi unsur-unsur, akan berinterelasi antar unsur secara kompleks.
Zaman pengagungan alam
Pada kurun ke-19 di Amerika Serikat timbul dorongan untuk mengenal lingkungan sekitar dengan tokohnya yaitu Mayor Powell serta Marsh. Pemikirannya lebih diarahkan kepada pemanfaatan sumber daya yang baik serta pengawetannya. Mereka melanjutkan pemikiran dari Humboldt dan Ritter bagaimana kondisi alam luar mensugesti kemajuan serta kehidupan sosial manusia.
Setelah Humboldt dan Ritter meninggal pada tahun 1859, muncul buku dari Darwin “On The Origin of Species” yang mensugesti pandangan mahir kembali pada konsep usang geografi, maka timbul korelasi kegiatan ekonomi dan budaya dengan lingkungan alam. Friedrich Ratzel melalui buku Antrhropogeographie menjelaskan bahwa adanya dampak lingkungan fisis terhadap kehidupan insan yang sesuai dengan faham pembiasaan insan dan evolusi berdasarkan Darwin. Dalam bukunya diuraikan ihwal bagaiman kondisi penduduk beserta persebarannya dan hal yang mempengaruhi. Dijelaskan pula adanya tanda-tanda interelasi antara tanda-tanda di bumi.
Ritter dengan Ratzel menandang geografi sosial secara sistematis bukan secara regional serta bertolak pikir terhadap paham Darwin. Namun antar keduanya mempunyai perbedaan , kalau Ritter berkesimpulan bahwa korelasi timbal serta balik insan dengan alam yakni sejalan sesuai dengan kehendak Pencipta, namun Ratzel memandang keberadaan insan yakni sebagai hasil bentukan lingkungan yang berasal dari aneka macam kekuatan alam yang ada dengan adaptasinya yang tepat.
Paham determinisme yang diajarkan oleh Ratzel terbawa dan diteruskan di Amerika Serikat oleh anak didik Ratzel, E.C. Semple. Pengaruhnya tampak pada muculnya Davis, Ellsworth Huntington, dan Griffith Taylor pada awal kurun ke-20. dampak determinisme alam tampak terperinci tertuang dalam buku-buku geografi sebagai buku ajar. Dalam kurun waktu 1903 – 1930 geografi terbagi menjadi geografi fisis dan geografi insan yang mengindikasikan adanya korelasi insan dengan alam bahwa insan dan perilakunya merupakan produk dari pengaruh-pengaruh lingkungan alam dan mengesampingkan faktor serta dampak lain.
Lain dongeng di Jerman, tahun 1883 paham natur-determinisme ditinggalkan lantaran geografiharusnya menjadi ilmu yang khorologis sebagai uraian dari suatu lokasi yang berperan memberi pengertian interelasi antara alam dan insan yang bisa memperlihatkan huruf suatu lokasi. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Von Richthofen yang kemudian dilanjutkan usahanya oleh muridnya Hettner yang mengarahkan studinya terhadap seluk beluk wilayah.menurut Hettner, geografi bukanlah ilmu yang umumtentang bumi , melainkan ilmu yang khorologis menyangkut ihwal permukaan bumi terutama membahas tanda-tanda alam dengan insan selain menilai korelasi keruangan. Tujuan utama geografi yakni menelaah wilayah untuk diterangkan secara analisis dan sintesis.
Tata kerja Hettner ini kemudian banyak dicontoh oleh para mahir geografi modern ihwal deskripsi dan penjelasannya. Hal yang kurang berupa perencanaan telaah geografis.
Geografi pada kurun ke-20
Dari dahulu geografi selalu berpusat pada manusia. Perkembangan ilmu geografi pada kurun ke-20 pendekatannya lebih pada corak sosial dan budaya. Sebutan antropogeografi pada kurun ke-19 yakni sebagai penguat bahwa geografi bukan hanya pada lingkungan alamnya saja. Kini pandangan tersebut berubah dengan bahasan topik pada geografi contohnya iklim atau relief akan berafiliasi dengan kehidupan insan sehingga tepat kalau bumi dikatakan sebagai tempat tinggal manusia.
Ahli geografi Perancis Vidal De La Blache mengoreksi determinisme lingkungan dari Ratzel yang sedang berkembang. Menurutnya, bumi tidak menentukan sikap manusia, bumi hanya menyediakan aneka macam kemungkinannya, sikap insan ditentukan dari pilhan insan itu sendiri. Ia memperlihatkan dengan terperinci bahwa insan mempunyai keterbatasan. Pilihan insan dalam memanfaatkan lingkungan masih tergantung dari sistem nilai masyarakatnya maupun budayanya. Dengan kata lain pemanfaatan terhadap ketersediaan alam berlainan antar tempat satu dengan lainnya.
Di Rusia Melezin mendefinisikan geografi kependudukan sebagai suatu telaah atas sebaran penduduk dan kekerabatan produktif yang terdapat di dalam aneka macam kelompok penduduk, jaringan pemukiman dan fungsinya, keuntungannya sertaketepatgunaannya bagi tujuan-tujuan yang produktif dari masyarakat. Kemudian Pokshishevskii menjelaskan definisi dari Melezin dengan 4 pernyataannya yaitu:
1. Tipe ekonomi menentukan tabiat dan bentuk suatu pemukiman.
2. Sebaran dan organisasi teritorial dari produk menentukan segala pernyataan dari kondisi alam dan pengaruhnya atas bentuk-bentuk permukiman.
3. Adaptabilitas para migran terhadap suatu lingkungan geografis yang baru, dipengaruhi oleh kebiasaan tata kerja dan keterampilan yang telah mereka miliki sebelumnya.
4. Situasi ekonomi geografis dari kota-kota mensugesti tipe, fungsi-fungsi serta pemusatannya.
Geografi budaya meliputi topik-topik mirip bentuk pemukiman, tipe rumah, sebaran agama, bahasa, teknologi, ternak, tanaman, serta budaya lain. Carl Sauer tokoh dari Amerika Serikat merupakan pencetus serta peletak dasar bagi geografi budaya.
Geografi budaya pada dasarnya mempelajari ihwal aspek material dari budaya itu sendiri yang memberikan corak khas terhadap suatu region atau wilayah tertentu, terutama pada kenampakan alam atau landscape. Namun kenampakan alam ini bukan hanya memberi corak khas terhadapfaktor budaya saja, namun terdapat pula kekhasan dalam beberapa faktor mirip sosial ekonomi.
Geografi agama dikembangkan oleh beberapa tokoh antara lain Jongeneel, P. Deffontaines, dan D.E. Sopher. Geografi agama bukan hanya menelaah dampak ruang atas agama dan tanda-tanda keagamaan namun juga sebaliknya yakni dampak agama dan tanda-tanda keagamaan atas keruangan. Relasi antara agama dan tata ruang gotong royong sudah diketahui semenjak zaman kuno, salah satu tokohnya yaitu Hippocrates namun gres mulai terkenal di zaman filsuf pencerahan salah satunya oleh Montesquieu di Prancis. Montesquieu mengungkapkan bahwa agama monotheisme seprti Yahudi, Kristen, dan Islam lahir di tepi-tepi gurun pasir dengan bentang alam yang monoton diungkapkanpula bahwa hampir semua agama besar muncul di wilayah permukaan bumi yang diapit 25 dan 35 derajat Lintang Utara.
Deffontaines membicarakan geografi agama dalam 5 pokok:
1. Agama dan geografi sebagai tempat kediaman baik bagi orang yang masih hidup maupun bagi yang sudah mati serta bagi dewa-dewa.
2. Agama dan penduduk; dampak agama atas daerah dan sejarah penduduk; agama dan macam-macam penduduk; agama dan kota-kota; agama dan demografi.
3. Agama dan eksploitasi; agama dan pertanian; agama dan peternakan; agama dan industri; agama dan potensi geografis daerah.
4. Agama dan kemudian lintas; pengungsian para penganut agama;kegiatan ziarah; perdagangan dan pertukaran barang atas latar belakang agama; jalan sebagai alat transportasi.
5. Agama dan jenis kehidupan; kalender agama; tata kerja pemimpin agama; pekerjaan sehri-hari; kebiasaan.
Dalam geografi ekonomi tokoh yang berperan antara lai H. Robinson dengan bukunya Economic Geography (1979) membahas geografi ekonomi dengan pokok cakupannya yaitu bentuk usaha untuk hidup insan dalam memenuhi kebutuhan materiilnya dengan aneka macam masalahnya yang terjadi di dalam kerangka interaksi keruangan. Geografi ekonomi membicarakan ihwal ekplorasi sumberdaya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi, transportasi, distribusi, dan konsumsi. Sehingga Robinson telah mengaitkannya dengan geografi modern dengan tepat. Definisi dari geografi modern itu sendiri berupa pengetahuan eksak dan sistematis ihwal persebaran serta penataan tanda-tanda di permukaan bumi. Geografi modern sangat dibutuhkan bagi perkembangan ekonomi yang efektif serta pengertiannya terhadap korelasi internasional.
Geografi Mutakhir
Roger Minshull akhir-akhir ini membahas perubahan geografi dan mencatat 3 gejala:
1. Jenis bidang khusus yang dipelajari bertambah.
2. Penyelesaian duduk kasus ditekankan pada kausalitas dan hubungan.
3. Penelaahan fenomena diutamakan dimana fenomena tersebut terdapat.
Minshull mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang mempelajari tentang:
1. bentang alam
2. tempat
3. ruang
4. dampak alam atas manusia
5. kovariasi pola wilayah
6. lokasi, sebaran ,ketergantungan
7. kombinasi tanda-tanda dipermukaan bumi
8. sistem alam-manusia
9. sistem manusia-alam
10. kekerabatan dan reprositas
11. ekologi manusia
12. perbedaan wilayah dan antar korelasi gejala
Ditemukan pula tujuan studi geografi, yaitu:
1. penguraian wilayah yang berlainan
2. pemahaman atas dampak lingkungan alam atas manusia
3. perencanaan sosial ekonomi
4. pemahaman atas gejala-gejala kombinasinya
5. pemahaman atas persebaran dalam ruang
6. pembuatan aturan ihwal sikap dalam ruang
7. penyusunan model yang melukiskan susunan dalam ruang
Perbedaan geografi usang dengan yang gres yakni geografi usang merupakan ilmu yang bersifat retrospektif yang berorientasi pada masa lampau dari tata kerja serba ideografis. Sedangkan geografi yang kita kenal yakni ilmu yang bersifat prospektif, nomotetis yang bisa menemukan hukum-hukum dari fenomena-fenomena yang dikaji. Dengan demikian geografi bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA:
Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Alumni:Bandung
www.geografiana.com
www.wikipedia.org
Pengertian, Prinsip, Pendekatan, Konsep , dan Aspek Geografi
Manusia semenjak lahir hingga final hayatnya tidak sanggup melepaskan diri dari dampak alam lingkungannya. Mulai dari materi masakan hingga tempat berlindung dari dampak cuaca, semuanya diperoleh dari alam. Kondisi alam yang penuh rintangan semakin mendorong insan untuk mengenal alam secara mendalam. Sebagian hanya menyesuaikan diri dengan alam, sebagian yang lain berusaha mengatasinya dengan mempelajari alam dengan baik dan memakai teknologi yang dibuat manusia. Inilah awal lahirnya studi geografi
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, pengenalan insan terhadap alam tidak terbatas pada kondisi alam yang ada di daerahnya sendiri, tetapi juga hingga ketempat yang lebih jauh sesuai dengan kemampuannya. Dalam setiap perjalanannya mereka memperoleh pengetahuan ihwal kehidupan insan diberbagai kondisi alam dan lingkungannya. Kegiatan insan banyak berafiliasi dengan lingkungan alam. Hubungan ini terjadi lantaran adanya cita-cita insan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan insan tidak selalu sanggup dipenuhi di daerahnya sendiri, sehingga harus berinteraksi dengan daerah lain. Hasil dari perjalanan insan dituangkan dalam dongeng yang berbentuk goresan pena dan gambar. Sajian dongeng perjalanan tersebut merupakan awal dari adanya dongeng yang bersifat geografi.
Pengetahuan ihwal geografi sudah usang dikenal insan sejalan dengan peradaban manusia. Peradaban insan berkembang lantaran insan bakir memanfaatkan potensi lingkungan alam yang ada. Meskipun kadang alam membatasi insan dalam berusaha. Interaksi insan dengan lingkungan alam merupakan kepingan penting yang dikaji dalam geografi.
Pengertian Geo
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani, GEO yang berarti bumi dan GRAPHEIN yang berarti tulisan. Makara secara harfiah GEOGRAFI berari goresan pena atau gambaran ihwal bumi. GEOGRAFI sering disebut juga ilmu bumi.
Ternyata hal-hal yang dipelajari oleh geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga aneka macam hal yang ada di dalam bumi, diluar bumi dan bahkan benda-benda luar angkasapun turut menjadi obyek kajian geografi. Dengan demikian definisi yang sangat singkat di atas perlu diperluas dan dilengkapi sehingga meliputi semua hal yang dikaji dalam studi geografi.
Para mahir mencoba untuk mendevinisikan geografi, diantaranya :
1. Eratosthenes(276-194 SM)
Eratosthenes yakni seorang ilmuwan Yunani yang memperkenalkan pengertian geografi dalam bukunya yang berjudul”Geographica”. Dalam bukunya ia menulis ihwal gambaran permukaan bumi, sejarah, dan konsep utama geografi. Ia beropini bahwa bumi bebentuk bulat. Dan juga telah melaksanakan perhitungan keliling bumi yang hanya selisih kurang dari 1% keliling sebenarnya. Keliling bumi gotong royong yakni 24.875 mil, sedangkan hasil perhitungan Eratosthenes yakni 24.650 mil.
2. Bernand Varen (1622-1650)
Bernand Varen atau lebih dikenal dengan Varenius yakni seorang geograf asal Jerman. beliau seorang lulusan Ilmu kedokteran Universitas Leiden., Belanda. Dalam bukunya,”Geographia Generalis”, ia menyampaikan bahwa geografi yakni adonan dari matematika yang membahas kondisi bumi beserta bagian- bagiannya juga ihwal benda-benda langit lainnya.
Dalam buku itu Varenius membagi geografi menjadi dua yaitu:
1. Geografi Umum
Bagian ini membahas karateristik bumi secara umum, tidak tergantung oleh keadaan suatu wilayah. Menurut gagasan Varenius, geografi umum meliputi 3 bagian, yaitu:
a. Terestrial, merupakan pengetahuan ihwal bumi secara keseluruhan, bentuk dan ukuranya.
b. Astronomis, membicarakan korelasi bumi dengan bintang-bintang yang merupakan cikal bakal ilmu kosmografi.
c. Komparatif, menyajikan deskripsi lengkap mengenai bumi, letak, dan tempat-tempat di permukaan bumi.
2. Geografi khusus
Bagian ini mendeskripsikan ihwal wilayah tertentu menyangkut wilayah luas maupun wilayah sempit. Bagian ini terdiri atas 3 aspek, yaitu:
a. Atmosferis yang secara khusus membicarakan ihwal iklim.
b. Litosfer yang secara khusus menelaah permukaan bumi meliputi relief, vegetasi., dan fauna dari aneka macam negeri.
c. Manusia yang membicarakan ihwal penduduk, perniagaan, dan pemerintah dari aneka macam negeri.
3. Immanuel Kant (1724-1821)
Selain seorang geograf, Kant juga seorang filsuf. Kant tertarik pada geografi lantaran menurutnya ilmu itu akrab dengan filsafat. Semua gagasan Kant ihwal hahikat geografi sanggup ditemukan dalam buku Physische Geographie yang ditulisnya. Menurutnya, geografi yakni ilmu yang objek studinya yakni benda-benda, hal-hal, atau gejala-gejala yang tersebar diwilayah-wilayah permukaan bumi.
4. Alexander von Humboldt (1769-1859)
Pada mulanya Humboldt yakni spesialis botani. Ia tertarik geografi ketika ia mulai mempelajari ihwal batuan. Ia diakui sebagai peletak dasar geografi fisik modern. Ia menyatakan geografi identik atau serupa dengan geografi fisik. Ia menjelaskan begaimana kaitan bumi dengan matahari dan tingkah laris bumi dalam ruang angkasa, tanda-tanda cuaca iklim di dunia, tipe-tipe permukaan bumi dan proses terjadinya, serta hal-hal yang berkaitan dengan hidrosfer dan biosfer.
5. Karl Ritter ( 1779-1859)
Seperti halnya Humboldt, Ritter juga dianggap sebagai peletak dasar geografi modern. Professor geografi Universitas Berlin ini menyampaikan bahwa geografi merupakan suatu telaah ihwal bumi sebagai tempat hidup manusia. Hal-hal yang menjadi obyek studi geografi yakni semua fenomena dipermukaan bumi, baik organik maupun an organik yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
6. Friederich Ratzel (1844-1904)
Ratzel yakni guru besar geografi di Leipzig. Ia mengemukakan konsep geografi dalam bukunya yang berjudul Politische Geographi. Konsep itu diberi nama Lebensraum yang artinya wilayah geografis sebagai sarana bagi organisme untuk berkembang. Ia melihat suatu negara cenderung meluaskan Libensraumnya sesuai kekuatan yang ia miliki.
7. Elsworth Huntington (1876-1947)
Huntington yakni geograf asal Amerika Serikat. Melalui bukunya yang berjudul The Pulse of the Earth, ia memaparkan bahwa kelangsungan hidup dan peradaban insan sangat dipengaruhi oleh iklim. Atas dasar teorinya itu, Huntington kemudian terkenal sebagai determinis iklim (memandang iklim sebagai penentu kehidupan). Ia mengatakan, geografi sebagai studi ihwal fenomena permukaan bumi beserta penduduk yang menghuninya. Ia menjelaskan adanya korelasi timbal balik antara tanda-tanda dan sifat-sifat permukaan bumi dengan pendududknya.
8. Paul Vidal de La Blache(1845-1918)
Vidal yakni seorang geograf asal Perancis. Ia yakni pencetus posibilisme dalam geografi. Posibilisme (teori kemungkinan) muncul sesudah Vidal melaksanakan penelitian untuk mengambarkan interaksi yang sangat erat antara insan dan lingkungan pada masyarakat agraris pra modern. Ia menegaskan bahwa lingkungan memberikan sejumlah kemungkinan (possibilities) kepada insan untuk hidup dan berkembang .Atas dasar itu, vidal mengemukakan konsepnya yang disebut genre de vie atau mode of live (cara hidup). Dalam konsep ini, geografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaiman proses produksi dilakukan insan terhadap kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.
9. Rhaod Murphy
Dalam bukunya The Scope of Geography Rhaod Murphy menulis ihwal ruang lingkup kajian geografi, yang terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
1. Persebaran dan keterkaitan (relasi) insan di bumi serta aspek keruangan dan pemanfaatannya bagi kehidupan manusia.
2. Hubungan timbal balik antara insan dengan lingkungan fisik alam yang merupakan kepingan dari kajian keanekaragaman wilayah.
3. Kajian terhadap region atau wilayah. Kajian terhadap region atau wilayah ini merupakan telaahan yang paling komprehensip dan terpadu antara unsur-unsur wilayah. Oleh lantaran itu kajian regional merupakan obyek formal geografi.
10. Bintarto
Bintarto yakni guru besar geografi di fakultas geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia menyampaikan bahwa geografi pada dasarnya yakni ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas ihwal kehidupan dari unsur-unsur bumi.
11. Daldjoeni
Nama Daldjoeni dikenal lantaran buku-bukunya yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan geografi. Menurutnya, geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mengajarkan insan meliputi 3 hal pokok, yaitu spasial (ruang), ekologi, dan region (wilayah). Dalam hal spasial, geografi mempelajari persebaran tanda-tanda baik yang alami maupun manusiawi di muka bumi. Kemudian dalam hal ekologi, geografi mempelajari bagaimana insan harus bisa mengikuti keadaan dengan lingkungannya. Adapun dalam hal region, geografi mempelajari wilayah sebagai tempat tinggal insan berdasarkan kesatuan fisiografisnya.
12. I Made Sandy
Merupakan sal;ah satu tokoh geografi di Indonesia, menyatakan bahwa geografi yakni ilmu pengetahuan yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi
13. Berdasarkan hasil seminar dan lokakarya para pakar geografi di Semarang, pengertian dan batasan geografi sebagai berikut. Geografi yakni pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan tanda-tanda alam dan kehidupan di muka bumi (gejala geosfer) serta interaksi antara insan dengan lingkungannya dalam konteks keruangan dan kewilayahan.
Ilmu Bantu dan Sarana Bantu Geografi
Dua aspek pokok geografi, yaitu aspek fisik dan aspek sosial dipelajari oleh ilmu-ilmu yang menjadi ilmu penunjang geografi. Ilmu penunjang geografi sangat dibutuhkan mengingat luasnya bahasan dalam geografi. Ilmu penunjang geografi tersebut antara lain sebagai berikut.
Geologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan batuan penyusun bumi.
Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dan proses terbentuknya.
Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal lapisan tanah, antara lain ihwal proses pembentukan dan jenis-jenisnya.
Meteorologi, yaitu ilmu yang mempelajari lapisan atmosfer, antar lain ihwal ciri-ciri fisik dan kimianya, tekanan, suhu udara, angin, dan per-awanan.
Klimatologi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal iklim.
Antropogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal persebaran insan di permukaan bumi dalam hubungannya dengan lingkungan geografi.
Demografi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal kependudukan, antara lain hubungannya dengan jumlah dan pertum-buhan, komposisi, srta migrasi penduduk.
Hidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal lapisan air di permukaan bumi, di bawah tanah, dan di atmosfer.
Oseanografi, yaitu ilmu yang mempelajari lautan, antara lain ihwal sifat air bahari dan gerakan air laut.
Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari ihwal persebaran binatang dan flora di permukaan bumi serta faktor-faktor yang mempengaruhi, membatasi, dan menentukan pola persebarannya.
Untuk mempermudah dalam mempelajari geografi dibutuhkan sarana bantu, antara lain tabel, diagram, grafik, dan peta. Sarana bantu tersebut dipakai untuk melihat secara tidak eksklusif atas tanda-tanda fisik dan sosial, persebaran, hubungan, serta susunan keruangannya.
Tabel- Tabel menjadi sarana bantu geografi lantaran memuat data, baik berupa kata, kalimat, ataupun angka ihwal fenomena di permukaan bumi. Data tersebut disusun secara bersistem (sistematis), yaitu urut ke bawah atau ke samping dalam lajur dan deret tertentu dan diberi garis pembatas sehingga gampang untuk disimak.
Informasi yang disusun dalam tabel diubahsuaikan dengan tema atau topik yang disampaikan, contohnya berikut ini.
Tabel Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Kelembapan Udara Rata-Rata Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Tabel Produksi Jagung Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Diagram- Diagram termasuk sarana bantu geografi yang dipakai untuk menjelaskan fenomena geosfer dengan melukiskan bagian-bagiannya dan cara kerjanya secara berurutan, biasa disebut dengan diagram arus.
Grafik- Grafik termasuk sarana bantu geografi yang memperlihatkan naik dan turun atau pasang surut suatu tanda-tanda atau fenomena tertentu antarwaktu dengan memakai garis. Sebagai pola yakni grafik ihwal pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 hingga dengan tahun 2000.
Peta- Peta termasuk sarana bantu geografi lantaran memuat majemuk data dari permukaan bumi yang sanggup diinformasikan. Untuk memudahkan penyampaian informasi, peta dibuat dengan ukuran, tema, dan topik tertentu, antara lain sebagai berikut.
Peta Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2000
Peta Transportasi Laut di Indonesia
Peta Jenis Tanah di Indonesia
Peta Geologi di Indonesia
Peta Objek Wisata di Indonesia
Ilmu Penunjang Geografi
Mengingat bahwa di dalam objek materialnya begitu luas, maka seorang geografer harus memahami pula ilmu-ilmu lain yang berfungsi sebagai penunjang geografi yaitu antara lain:
a. Geologi, yakni ilmu yang mempelajari perubahan bentuk permukaan bumi akhir tenaga dari dalam bumi (endogen: vulkanisme, tektonisme, gempa bumi), termasuk struktur, komposisi dan sejarahnya. Dalam kehidupan sehari-hari Geologi bermanfaat dalam bidang pertambangan. Untuk mencari materi tambang dibutuhkan pengetahuan deretan dan umur dari batu-batuan.
b. Geomorfologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal bentuk-bentuk muka bumi serta perubahannya akhir tenaga dari luar (Exogen: pelapukan, erosi, sedimentasi). Bahan-bahan galian yang berasal dari endapan sanggup diketahui berdasarkan sejarah geomorfologinya atau sebaliknya. Contoh materi endapan: pasir, tanah liat, dsb.
c. Meteorologi, yakni ilmu yang mempelajari atmosfer, yaitu ihwal udara, cuaca, suhu, angin, awan, curah hujan, radiasi matahari, dan sebagainya. Meteorologi sangat penting bagi informasi cuaca terutama untuk penerbangan, pelayaran, pertanian dan industri.
d. Hidrologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal air di permukaan bumi/tanah, di bawah tanah; termasuk sungai, danau, mata air, air tanah dan rawa-rawa. Dalam kehidupan sehari-hari penting untuk mengetahui lapisan yang mengandung cadangan air yang cukup contohnya untuk industri dan peternakan.
e. Klimatologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal iklim dan kondisi rata-rata cuaca. Untuk pertanian dan industri atau keperluan yang lain, mengetahui sifat iklim dan cuaca setempat sangat penting. Contoh untuk mendirikan pabrik kerupuk tentu bukan di daerah yang curah hujannya tinggi.
f. Antropologi, yakni ilmu yang mempelajari ihwal insan khususnya mengenai ciri, warna kulit, bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaannya. Adatistiadat penduduk perlu diketahui untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari, barang yang diperlukan, materi masakan yang dikonsumsi, dsb.
g. Ekonomi, yakni ilmu yang mempelajari usaha insan dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk melestarikan usaha perlu diketahui antara lain bagaimana memperoleh untung, menjual barang, menentukan “nilai” barang, menentukan tempat berjualan, dsb.
h. Demografi, yakni ilmu yang mempelajari dan menguraikan ihwal penduduk. Komposisi penduduk, jumlah penduduk dan sebagainya perlu diketahui untuk menentukan pola konsumsi penduduk terhadap barang tertentu.
Ilmu-ilmu Pendukung Geografi
Untuk sanggup menemukan kegiatan studi, geografi didukukung oleh sejumlah ilmu.Dalam lingkup kajian fisik, geografi didukung oleh beberapa displin ilmu sebagai berikut:
1. Geologi, yaitu ilmu yang mendukung studi geografi dalam menjelaskan bagaimana bumi terbentuk dan bagaimana bumi terbentuk dari waktu kewaktu. Geologi berkaitan dengan komposisi, sejarah pembentukan, struktur bumi, termasuk pembentukan-pembentukan masa kemudian yang pernah muncul di planet bumi.
2. Geomorfologi, yaitu ilmu yang secara khusus mengkaji bentuk lahan (landform) yang membentuk konfigurasi permukaan bumi dan menekankan cara terjadi dan perkembangan serta konteks kelingkunganya.
3. Oseanografi, yaitu ilmu pengetahuan dan studi eksplorasi mengenai lautan serta semua aspek yang terdapat di dalamnya. Studi tersebut antara lain mengenai sedimen dan batuan yang membentuk dasar bahari ,interaksi antara bahari dan atmosfera, pergerakan air laut, serta tenaga yang mengakibatkan adanya gerakan tersebut, baik tenaga yang berasal dari dalam maupun berasal dari luar.
4. Hidrologi, yaitu ilmu yang berafiliasi dengan air di bumi, terjadinya, sirkulasinya dan sebarannya, sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi terhadap lingkungan, termasuk kaitanya dengan makhluk hidup.
5. Meteorologi dan Klimatologi yaitu ilmu pengetahuan yang menyidik dan mebicarakan aneka macam insiden dalam udara. Meteorologi mengkaji keadaan cuaca, yaitu keadaan atmosfer dalam suatu tempat dalam waktu terbatas. Adapun klimatologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala cuaca yang bersifat umum, dan jangka waktu yang relatif usang dan daerah yang dikaji relatif luas.
6. Biogeografi, yaitu ilmu yang mempelajari persebaran organisme dalam ruang dan waktu, serta factor-faktor yang mempengaruhi, membatasi, atau menentukan pola persebaran jenis. Biogeografi menguraikan keadaan lingkungan fisik, biologi, evolusi, dan jenis makhluk hidup, yang satu sama lain saling berinteraksi, dan menyebar mirip kini ini.
7. Ilmu tanah. Secara umum ilmu tanah merupakan ilmu yang mempelajari hal atau sifat-sifat tanah. Ilmu ini sanggup dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu Pedologi dan Edaphologi. Pedologi ialah ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai suatu kepingan dari dalam dan berada di kulit bumi, yang menekankan korelasi antara tanah itu sendiri dan faktor-faktor pembentuknya. Edaphologi yakni ilmu tanah yang mempelajari tanah sebagai alat produksi pertanian, yang menekankan korelasi antara tanah dan tanaman. Ilmu ini erat hubunganya dengan cabang-cabang ilmu agronomi mirip fisiologi, biokimia, dan pertanian.
8. Astronomi. Mengkaji benda-benda langit di luar atmosfer bumi, mirip matahari, bulan, bintang, planet, dll
9. Geokemistri. Mengkaji komposisi kimiawi kulit bumi dan perubahan-perubahan yang berlangsung di dalamnya.
Dalam lingkup kajian Manusia, geografi didukung oleh beberapa ilmu antara lain:
1. Demografi (Geografi Penduduk). yang mempelajari /mengkaji ihwal penduduk, mirip kelahiran, kematian, migrasi.
2. Ekonomi (Geografi ekonomi). Mengkaji ihwal usaha-usaha insan untuk mencapai kemakmuran serta gejala-gejalanya dan korelasi timbal balik dari usaha tersebut. Geografi ekonomi membahas bagaimana insan mengeksploitasi sumber daya alam, menghasilkan barang-barang konsumsi, persebaran kegiatan produksi, dan interaksi wilayah.
3. Sosiologi(Geografi Sosial). Mengkaji sruktur proses-proses sosial. termasuk perubahan sosial . Geografi sosial membahas lingkungan insan yang di dalamnya termasuk proses, struktur, dan perubahan sosial sehingga mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan wilayah lain dalam konteks keruangan.
4. Antropologi( Antropogeografi dan Geografi Budaya). Mengkaji ihwal manusia, baik fisik maupun kebudayaannya. Geografi Budaya mengkaji proses-proses kebudayaan sehuhubungan dengan konteks spasial, lantaran kebudayaan yang terdapat di bumi merupakan karakteristik dari suatu wilayah.
5. Geografi Desa dan Geografi Kota. Mengkaji ihwal ciri, pola, struktur, lingkungan, dan interaksi keruangan dari penduduk desa dan penduduk kota.
6. Geografi politik. Mengkaji kondisi-kondisi geografis ditinjau dari sudut pandang politik atau kepentingan negara.
7. Paleontologi. Mengkaji ihwal fosil-fosil serta bentuk-bentuk kehidupan dimasa purba.
8. Geografi regional. Mengkaji suatu daerah tertentu secara khusus, contohnya Asia Tenggara, Eropa Barat, Timur Tengah
Selain kajian fisik dan kajian insan ,sekarang ini telah berkembang cabang geografi teknik dan ilmu pendukungnya antara lain:
1. Kartografi yakni ilmu dan seni yang menggambarkan permukaan bumi pada bidang datar dengan menyajikan data hasil pengukuran dan pengumpulan data tanda-tanda permukaan bumi yang telah dilakukan oleh surveyor, geograf, dan kartograf sehingga informasi pada peta gampang dibaca, dimengerti, dan ditafsirkan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
2. Penginderaan Jauh( Remote Sensing) yakni ilmu dan seni untuk memperoleh informasi mengenai obyek, daerah, atau tanda-tanda dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan memakai alat tanpa kontak eksklusif terhadp obyek, daerah, atau tanda-tanda yang dikaji.
3. Sistem Informasi Geografi ( SIG) yakni teknik geografi untuk menyajikan overlay sejumlah peta tematik sehingga menghasilkan informasi gres dalam setiap produk analisisnya
4. Geofisika. Mengkaji sifat-sifat bumi kepingan dalam dengan metode teknik fisika, mirip mengukur gempa bumi, gravitasi, dan medan magnet.
Manfaat GeografiKarena kajian geografi yakni interaksi antara insan dan lingkungan, maka geografi memberikan manfaat bagi manusia, baik individu maupun kelompok. Di dalam kegiatan pendidikan, geografi memberikan 2 sumbangan yang penting, yaitu sumbangan bersifat pendidikan (pedagogis) dan sumbangan bersifat pembentukan kepribadian.
Sumbangan Pedagogis
a. Wawasan dalam Ruang
Geografi melatih insan untuk melaksanakan orientasi di bumi sebagai tempat tinggalnya dan memproyeksikan dirinya dalam ruang. Orientasi dan proyeksi tersebut meliputi semua unsur ruang, yaitu arah, jarak, luas, dan bentuk.
b. Persepsi Relasi Antargejala
Geografi sanggup melatih kegiatan pengamatan dan pemahaman korelasi antargejala yang terdapat dalam suatu bentang alam. Oleh lantaran itu, perlu adanya kegiatan yang bersifat pengamatan lapangan atau kegiatan luar ruang (outdoor). Melalui kegiatan luar ruang tersebut kita sanggup mengetahui setiap proses dan pola dari fenomena geosfer.
c. Pendidikan Keindahan
Buku-buku geografi yang dilengkapi dengan gambar-gambar ihwal fenomena geosfer sanggup menumbuhkan rasa kecintaan terhadap keindahan alam. Namun, pengamatan eksklusif terhadap fenomena alam yang umum terdapat di lingkungan sekitar sanggup lebih meningkatkan kecintaan tersebut.
d. Kecintaan Terhadap Tanah Air
Geografi mengajak kita untuk menyadari ihwal kekayaan dan kemiskinan sumber daya di tempat tinggal kita. Geografi berusaha menjelaskan potensi sumber daya yang ada di setiap wilayah sehingga sanggup dimanfaatkan secara bijaksana. Potensi sumber daya tersebut tentu saja diupayakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik masa kini ataupun masa yang akan datang.
e. Pemahaman Global
Geografi memberikan wawasan ihwal wilayah-wilayah yang lebih luas selain wilayah tempat tinggal kita. Kita dikenalkan pada sifat dan huruf tempat lain sehingga kita sanggup menilainya sesuai dengan sifat dan karakternya. Pemahaman terhadap wilayah global ini sanggup memupuk sifat salingmenghargai dan menghormati antarbangsa.
Pembentukan Kepribadian
Kita sanggup mengerti permasalahan sosial yang sangat kompleks sebagai akhir adanya perbedaan dalam lingkungan.
Kita sanggup menghargai adanya fakta tanda-tanda geografi sehingga akan lebih memperhatikan aneka macam masalah, baik lokal ataupun global.
Kita sanggup mengetahui ketersediaan sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan.
Kita sanggup menghargai kondisi perekonomian dan kultural yang saling bergantung antardaerah.
Kita sanggup membentuk pribadi melalui refleksi atas lingkungannya dengan lingkungan orang lain.
Di dalam kehidupan sehari-hari geografi mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, meskipun manfaat tersebut tidak secara eksklusif dirasakan manusia. Contoh manfaat ilmu geografi dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.
1. Bidang Pertanian
Kebiasaan petani dalam memulai bercocok tanam, meskipun secara tradisional, gotong royong sudah memperlihatkan bahwa petani tersebut memakai ilmu geografi. Perhitungan terhadap musim, jenis tanah, dan sistem pengairan merupakan pola bahwa geografi mempunyai kiprah yang sangat penting dalam bidang pertanian.
2. Bidang Industri
Pemilihan lokasi industri umumnya mempertimbangkan faktor biaya, baik biaya untuk materi baku, proses produksi, maupun distribusi. Di dalam pemilihan lokasi industri tersebut faktor jarak menjadi pertimbangan yang sangat penting, baik jarak untuk memperoleh materi baku maupun untuk pemasarannya.
Saat ini lokasi industri telah dikelola sedemikian rupa sehingga berdiri pemusatan lokasi perindustrian berupa kawasan-kawasan industri. Faktor jarak merupakan pola bahwa geografi sangat penting dalam bidang industri.
PERANAN IGEGAMA PERLU DITINGKATKAN
Perlu adanya pendidikan kewirausahaan di Fakultas Geografi UGM dan sertifikasi bagi sarjana gres lulusan Geografi dari Badan sertifikasi Nasional serta sudah selayaknya orientasi lulusan geografi ditujukan untuk membuat mahir sintesis geografi biar lulusan Geografi siap bekerja / membuat lapangan kerja di swasta, demikian hal-hal yang dikemukakan oleh Prof. DR Aris Poniman Deputi Bidang Sumber Daya Alam Bakosurtanal sebagai panelis pada �Curah Pendapat� Ikatan Geografiwan Gadjah Mada (IGEGAMA) 12 April 2008 di Kantor Meneg LH Jakarta.
Acara �Curah Pendapat� yang sekaligus juga dilakukan agenda pengukuhan pengurus IGEGAMA 2007-2010 oleh Sekretaris Umum KAGAMA Bapak Ir. Hamid, dihadiri oleh kurang lebih seratus orang alumni Geografi Gadjah Mada dari angkatan paling renta tahun 1966 hingga yang termuda tahun 2002.
Panelis kedua Kol. Drs. Rusdi Ridwan, Dipl. Cart yang merupakan alumni Geografi angkatan 1972 dan bekerja di Dinas HidroOceanografi AL, menyoroti bahwa selama ini dalam membahas RUU Batas Wilayah Negara selalu dilakukan oleh para mahir Hukum sedangkan mahir Geografi tidak pernah terlibat, padahal peranan mahir Geografi sangat penting. Kelemahan inilah yang merupakan salah satu penyebab kita kehilangan pulau-pulau terluar, mirip P. Sipadan & P. Ligitan. Untuk memperbaiki kelemahan ini, Pemerintah (Depdagri & Deplu) perlu diberi masukan oleh IGEGAMA / Fakultas Geografi. Disini peranan mahir Geografi harus menonjol sesuai dengan proporsinya dan masukan tersebut harus terkonsep dengan baik sehingga sanggup meyakinkan pemerintah.
Sementara panelis ketiga Drs. Bambang Wisnu yang juga alumni Geografi Gadjah Mada angkatan 1971 sekaligus Peneliti dari LAPAN menambahkan bahwa mahir Geografi perlu mempunyai kompetensi dan pengukuhan yang jelas, oleh alasannya yakni itu sertifikasi sangat dibutuhkan bagi Geografiwan.
Dalam diskusi �Curah Pendapat� yang dimoderatori oleh Drs. Sudariyono (alumni Geografi angkatan 1973), Deputi Komunikasi dan Administrasi Lingkungan Hidup, Kementrian Negara Lingkungan Hidup mengambil tema �Peran IGEGAMA dalam Pembangunan Nasional Berkelanjutan�, terdapat aneka macam �curahan pendapat� dari para alumni yang hadir, yang pada dasarnya bahwa mahir Geografi perlu meningkatkan kiprahnya dalam mengisi aneka macam aspek kegiatan pembangunan nasional contohnya memberikan sumbang saran terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kompetensi Geografi.
DR Boedi Tjahjono alumni Geografi UGM angkatan 1980 yang dikala ini bekerja sebagai pengajar di IPB memberikan bahwa biar Ahli Geografi dikenal dan diakui kompetensinya di mata masyarakat dan ilmu yang lain, maka para Geografiwan perlu banyak menulis di media atau menulis buku (meskipun dalam goresan pena yang bersifat populer); perlu menerbitkan buku-buku Serial Geografi dengan aneka macam topik, terutama buku pengayaan (bersifat ringkas, padat, dan gampang dimengerti oleh umum); ada penerbit yang siap menerbitkan buku Serial Geografi dan ini IGEGAMA harus bisa mempelopori.
Drs. Lukman Mokoginta alumni angkatan 1970, menyatakan dibutuhkan taktik merketing untuk mengenalkan ke masyarakat ihwal peranan Geografi; Ahli Geografi perlu muncul biar bisa dikenal dan diakui oleh masyarakat contohnya perlu membentuk komisi tragedi : mirip contohnya Solo River Commision.
Drs. Al. Susanto alumni angkatan 1966 mantan Sekretaris Utama Bakosurtanal memberikan arahannya bahwa Peranan IGEGAMA perlu dimulai dengan mencoba membantu memberikan masukan kepada pengambil kebijakan (Menteri) pada bidang-bidang yang sesuai dengan kompetensi Geografi (keruangan, lokasi, lingkungan, peta); Setiap 3 bulan sekali perlu mengadakan suatu pertemuan (sarasehan) untuk sanggup merumuskan suatu konsep yang sanggup dipakai dalam memberikan masukan kepada pemerintah; Seyogyanya Fakultas Geografi mengarahkan pada pemikiran yang menyatukan antara Physical Geography dan Human Geography sehingga Unifying Geography sebagai kekuatan ilmu Geografi bisa menonjol (yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu yang lain); Seminar2 yang diadakan oleh IGEGAMA seyogyanya tidak hanya dari sudut pandang Geografi saja melainkan mengundang dari aneka macam pandangan disiplin ilmu lain, selain itu mahir Geografi sudah harus mulai sering muncul di media masa.
Dra. Tuty Handayani, M.Si alumni angkatan 1975 Dosen Geografi di Univ. Indonesia, memberikan usulan perlu adanya training penulisan jurnalistik untuk Geografiwan yang diselenggarakan oleh IGEGAMA, yang diharapkan akan sanggup menghilangkan kecenderungan perasaan minder sebagai Geografiwan yang kini masih ada; perlu dibuat masukan untuk kebijakan pemerintah antara lain melalui agenda prioritas untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat di pulau2 terujung biar tidak gampang untuk bergabung dengan negara-negara tetangga.
Drs. Sodiq Suhardiyanto alumni angkatan 1980 yang bekerja di bidang Swasta, memberikan bahwa tidak perlu minder menjadi Geografiwan, lantaran terbukti Geografiwan banyak diakui kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan di bidang swasta, misal dalam menangani CDM (Clean Development Mecanism) atau yang lainnya, sebagai pola faktual yakni adanya seorang Geografiwan Amerika (Mr. Bill) yang menjadi leader di tingkat internasional dalam mengembangkan CDM di dunia.
Drs. Suprajaka alumni Geografi angkatan 1983 yang bekerja di Bakosurtanal memberikan bahwa Geografiwan kita sangat elok dalam membuat peta, namun kurang dalam melaksanakan analisis peta (diagnosis-prognosis).
Sementara berdasarkan Drs. Ramartua Silalahi alumni Geografi angkatan 1977 yang bekerja di Swasta yakni suatu kenyataan bahwa ada perasaan minder sebagai Geografiwan pada waktu dulu lantaran tidak tahu kompetensi Geografi, namun kita tetap gembira sebagai alumnus UGM; dari pengalaman yang sudah puluhan tahun di Konsultan, terbukti bahwa aplikasi ilmu Geografi sangat banyak dan ilmu Geografi berperan sangat penting untuk pembangunan nasional; Makara Geografiwan seharusnya sebagai team leader, namun kenyataannya sangat jarang Geografiwan yang dijadikan sebagai team leader; sehingga perlu diperjuangkan keberadaan Geografi dan harus mendapat proporsi profesi yang seharusnya di tataran nasional.
Kol. Heru Sri Widyanto angkatan 1976 yang bekerja di Direktorat Topografi AD memberikan bahwa publikasi ihwal Geografi sangat minim sehingga masyarakat banyak yang tidak tahu, maka menghimbau perlunya publikasi goresan pena ihwal Geografi yang dilakukan oleh para Geografiwan.
DR Muh. Dimyati sebagai Ketua Umum IGEGAMA periode 2007 - 2010, alumni Geografi angkatan 1977 yang dikala ini bekerja di Menpera, mengucapkan terimakasih kepada Sekretaris Umum KAGAMA Ir. Hamid yang sekaligus juga sebagai Redaktur Jurnal Indonesia atas tawarannya dan kesediaannya untuk mengadakan training / training menulis (kajian ilmiah populer) bagi para Geografiwan, sehingga diharapkan akan banyak kajian-kajian Geografi yang sanggup dipublikasikan kepada masyarakat. Lebih lanjut Ketua Umum IGEGAMA juga mengucapkan terimakasih kepada para alumni baik yang D1 hingga dengan yang Doktor bahkan yang Profesor, dari Eselon 1 hingga dengan staf dan kepada seluruh akseptor yang hadir termasuk rekan-rekan wartawan atas partisipasinya pada agenda �Curah Pendapat�.
Ucapan yang sama juga disampaikan kepada Mas Sudariyono n teman2 di Meneg LH yang telah memfasilitasi agenda tersebut sehingga agenda ini cukup sukses lantaran bisa dihadiri oleh 95 orang alumni (dari daftar absen) dan menghasilkan �bersama kita berhasil�.
Lebih lanjut Dimyati memberikan bahwa ungkapan pertama yakni �Inalilahiwainailahi roji�un� lantaran begitu banyaknya kita punya keinginan, dan ini merupakan kiprah dan tanggungjawab pengurus dalam mengemban amanah yang cukup berat, sehingga rasanya tanpa didukung oleh teman2 Geografiwan yang hadir maka kepengurusan IGEGAMA 2007-2010 mustahil bisa berjalan. Dukungan utama dan yang paling konkrit yakni yang terkait dengan recehan, lantaran tanpa ini organisasi tidak bisa berjalan demikian lanjut Dimyati. Dukungan donasi dari seluruh alumni akan dipublikasikan melalui website Geografiwan dengan alamat : www.gwan.or.id, dan Insya Allah dalam waktu akrab kita juga akan mencoba mengadakan kegiatan yang sejenis, kemungkinan sekitar lebaran yang mudah-mudahan sanggup difasilitasi oleh teman-teman dari Depdagri.
Sementara itu Dekan Fakultas Geografi UGM DR. Hartono, DESS sebagai GONG PENUTUP memberikan bahwa, usaha Fakultas Geografi untuk memperjuangkan keberadaan dan pentingnya ilmu Geografi telah dilakukan antara lain : (i) Telah berhasilnya menyakinkan Diknas untuk menimbulkan mata pelajaran geografi menjadi salah satu mata pelajaran wajib untuk Ujian Nasional di tingkat SMA, (ii) Mengadakan Olimpiade Geografi untuk Sekolah Menengan Atas (hingga kini sudah dilakukan 3 periode). Pemenang pertama mendapat kemudahan untuk diterima di Fakultas Geografi dan beasiswa selama 4 tahun/hingga lulus, (iii) Aktif di bidang kebencanaan : misal UGM Peduli Aceh yang dimotori oleh Prof. Sutikno (hingga sekarang), (iv) Masuk dalam TTN (Tim Teknis Nasional) Banjir, yang banyak menangani duduk kasus banjir, contohnya di daerah Cepu, Blora, Ngawi, Bojonegoro, dsb, (v) Mempelopori Museum/Laboratorium Alam Pantai (Parangtritis); Museum Gempabumi, Pusat Informasi Karst, dll, (vi) Fakultas Geografi dimasukkan ke dalam tim perumus RUU Bencana Alam, (vii) Beberapa dosen telah menjadi kolumnis di koran KR (Pak Sudibyakto, Pak Sukamdi). Sedangkan jurusan yang ada di Fakultas Geografi UGM dikala ini dibagi menjadi dua yaitu Geografi & Ilmu Lingkungan dan Sains Informasi Geografi & Pengembangan Wilayah. Demikan curahan pendapat dari para Geografiwan pada agenda �Curah Pendapat� 2008. (Bd.Tj./Sar)
Paradigma dalam Geografi
Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.
Menurut Harvey dan Holly pengertian paradigma dibedakan atas tiga macam pengertian yaitu:
Paradigma Metafisika atau metaparadigm yang menggambarkan pandangan secara global keseluruhan sebuah ilmu, dimana mempunyai fungsi dasar yaitu, menetapkan apa saja yang gotong royong (dan yang bukan ) menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, memberi petunjuk kepada ilmuwan kearah mana melihat (dan arah mana yang tidak usah dilihat) biar menemukan apa-apa yang gotong royong menjadi urusannya, serta memberi petunjuk kepada ilmuwan apa yang sanggup diharapkan untuk ditemukan kalau ia mendapat dan menyidik apa-apa yang gotong royong menjadi urusan dalam bidang ilmunya.Paradigma ini meliputi wilayah konsensus paling luas dalam suatu disiplin dan menetapkan bagian-bagian wilayah penelitian.
Paradigma Sosiologis, pengertiannya hanya terbatas pada keberhasilan ilmiah yang konkret yang mendapat pengukuhan secara universal.
Paradigma Artefak atau Construct paradigm mengandung artian paling sempit, yang sanggup berarti apa-apa yang secara khas (spesifik) termuat dalam suatu buku, instrumen ataupun hasil karya pengetahuan klasik. Secara konseptual paradigma Artefak ada dalam lingkup cakupan paradigma Sosiologis, dan paradigma Sosiologis ada dalam lingkup cakupan Metaparadigm.
Dari segi ini ternyata geografi sosial sebagai ilmu telah mengalami aneka macam periode perkembangannya. Masing-masing periode memperlihatkan kesamaan huruf persepsi terhadap apa yang disebut sebagai suatu Paradigma.
Contoh paradigma dalam geografi sosial antara lain yaitu :
Paradigma Determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Ratzel
Paradigma atau faham Posibilitis sekaligus sebagai salah satu pengembang paradigma regional yang dikembangkan oleh Vidal
Paradigma Bentang alam budaya yang juga menerapkan pendekatan kesejahteraan yang dikembangkan oleh Saver
Paradigma Regional di Amerika yang dikembangkan oleh Hatshorne
Paradigma Keruangan yang dikembangkan oleh Schaefer yang merupakan penganut positivisme ilmu
Sebenarnya perkembangan keilmuan yang terjadi pada ilmu pengetahuan bersifat evolutif dan berjalan melalui kurun waktu yang relatif panjang sehingga perkembangan-perkembangan yang telah berkembang sebelumnya, sejalan dengan perkembangan kualitas ilmu pengetahuan beserta alat-alat bantu penelitian dan analisisnya.
10. Periode Perkembangan Paradigma-paradigma Tradisional
Pada masa paradigma tradisional muncul 3 macam paradigma dalam studi geografi. Secara garis besarnya dimulai sebelum tahun 1960-an, antara lain:
Paradigma Eksplorasi
Paradigma Environmentalisme
Paradigma Regionalisme
Masing-masing paradigma ini memperlihatkan sifat-sifatnya sendiri dan produknya yang merupakan pencerminan perkembangan suatu tuntutan kehidupan serta pencerminan perkembangan teknologi penelitian serta analisis yang ada.
a. Paradigma eksplorasi
Menunjukkan proses perkembangan awal dari pada “geographical thought” yang pernah dikenal arsipnya. Kekuasaan paradigma ekplorasi ini terlihat dari upaya pemetaan-pemetaan, penggambaran-penggambaran tempat-tempat gres yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta gres yang belum banyak diketahui dan pengumpulan tempat-tempat gres yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta dasar yang berafiliasi dengan daerah-daerah baru. Dari kegiatan inilah kemudian muncul tulisan-tulisan atau gambaran-gambaran, peta-peta daerah gres yang sangat menarik dan menumbuhkan motivasi yang kuat bagi para peneliti untuk lebih menyempurnakan produk yang sudah ada, baik berupa goresan pena maupun peta-petanya.
Penemuan-penemuan daerah gres yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat barat mulai bermunculan pada dikala itu. Sifat dari pada produk yang dihasilkan berupa deskriptif dan pembagian terstruktur mengenai daerah gres beserta fakta-fakta lapangannya. Suatu hal yang mencolok yakni sangat terbatasnya latar belakang teoritis yang mendasari penelitian-penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya ada beberapa pihak yang menganggap bahwa untuk menyebut perkembangan “geographical thought”atau pikiran/ gagasan secara geografi sebagai suatu deskripsi sederhana ihwal apa yang diketahui dan dihasilkan dari pengaturan (ordering) dan pembagian terstruktur mengenai (classification) data yang masih sangat sederhana.
b. Paradigma Environmentalisme
Paradigma ini muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode terdahulu. Pentingnya sajian yang lebih akurat dan detail telah menuntut peneliti-peneliti pada masa ini untuk melaksanakan pengukuran-pengukuran lebih mendalam lagi mengenai elemen-elemen lingkungan fisik dimana kehidupan insan berlangsung. Paradigma ini terlihat mencuat pada final kurun sembilan belas, dimana pendapat mengenai peranan yang besar dari “lingkungan fisik” terhadap pola-pola kegiatan insan di permukaan bumi bergaung begitu lantang (geographical determinism). Bahkan, hingga pertengahan kurun dua puluh saja, ide-ide ini masih terasa gemanya.
Bentuk-bentuk analisis morfometrik dan analisis sebab-akibat mulai banyak dilakukan. Dalam beberapa hal “morphometric analysis” pada taraf mula ini berakar pada “cognitive description”dimana pengembangan sistem geometris, keruangan dan koordinat yang dikerjakan telah membuahkan sistematisasi dan pembagian terstruktur mengenai data yang lebih lengkap, akurat dibandingkan dengan tehnik-tehnik terdahulu.
Muncul analisis newtwork untuk mempelajari pola dan bentuk-bentuk kota misalnya, merupakan salah satu contohnya dan kemudian hingga batas-batas tertentu sanggup dipakai untuk membuat prediksi (model-model prediksi)dan simulasi. Untuk ini, karya Walter Christaller (1993) merupakan pola yang baik. Upaya untuk menjelaskan terkondisinya fenomena-fenomena tertentu, khususnya “human phenomena” oleh elemen-elemen lingkungan fisik mulai dikerjakan lebih baik dan sistematik. Akar daripada latar belakang analisis korelasi antara insan dan lingkungan alam bermulai disini.
Perkembangannya kemudian nampak bahwa analisis korelasi antara insan dengan lingkungan alam telah memunculkan bentuk-bentuk lain di dalam menempatkan insan pada ekosistem. Manusia tidak lagi sepenuhnya didekte oleh lingkungan alam tetapi insan mempunyai peranan yang lebih besar lagi di dalam menentukan bentuk-bentuk kegiatannya di permukaan bumi (geographical possibilism dan probabilism).
c. Paradigma Regionalisme
Perkembangan terakhir dari periode paradigma tradisional yakni paradigma Regionalisme. Disini nampak unsur “fact finding tradition of exploration” di satu sisi dan upaya memunculkan sistesis korelasi insan dan lingkungannya di sisi lain nampak mewarnai paradigma ini. Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar pengenalan ruang yang lebih detail.
Wilayah ditinjau dari segi tipenya (formal and functional regions) wilayah ditinjau dari segi hirarkinya (the 1st order, the 2nd order, the3rd order, etc. Regions) dan wilayah ditinjau dari segi kategorinya (single topic, duoble topic, combine topic, multiple topic, total, regions) yakni beberapa pola konsep-konsep yang muncul sejalan dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini, dalam membantu analisis. Disamping itu “temporal analysis” sebagai salah satu bentuk “causal analysis” berkembang pula pada periode ini (Rostow, 1960; Harvey, 1969).
12. Periode Perkembangan Paradigma-Paradigma Kontemporer
Pada masa ini mulai terjadi perkembangan gres di bidang metode analisis kuantitatif dan “model building”. Perkembangan paradigma geografi pada msa ini juga disebut sebagai periode paradigma analisis keruangan (the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan ihwal ciri-ciri paradigma geografi kontemporer antara lain yaitu adanya sinyalemen bahwa salah satu ciri daripada geografi kontemporer yakni adanya kecenderungan spesialisasi yang dikhawatirkan akan menjauh dari fitrah geografi sendiri. Hal ini ternyata sejalan dengan apa yang masing-masing spesialisasi ini menjadi sedemikian terpisah atau salah satu sama lain sehingga korelasi intelektualnya pudar.
Kemudian dikemukakan pula bahwa untuk mengatasi biar ancaman yang disinyalir oleh para pakar mengenai pudarnya fitrah geografi yakni dengan pendekatan sistem, khususnya spatial system approach. Untuk hingga ke arah ini, dengan sendirinya pengetahuan dasar mengenai sistem sendiri harus dimiliki oleh mahasiswa geografi. Pada masa ini functional analysis, ecological analysis dan system analysis berkembang dengan baik pula sejalan dengan penemuan daripada teknik-teknik dan metode analisis (Holt-Jensen, 1980).
Ide untuk kembali ke fitrah geografi memang berulang-ulang didengungkan oleh para pakar. Hal ini memang masuk akal sekali dikarenakan telah disinyalir munculnya penyimpangan-penyimpangan yang dianggap mengaburkan ciri khas geografi itu sendiri. Selama perkembangannya, ada dua gerakan munculnya ilham sintesis ini. Gerakan pertama kali dikemukakan oleh Ritter dimana studi Geografi tidak lain dianggap sebagai suatu “regional synthesis”. Semua fenomena dianggap berafiliasi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peranannya yang khas dalam satu perangkat sistem. Untuk itulah geografiwan harus mempelajari sintesis daripada gejala-gejala yang ada pada suatu wilayah dan yang mengungkapkan apa yang disebut sebagai “wholeness”. Ide pendekatan sistem memang tidak sanggup dipisahkan dari pemikiran-pemikiran ini.
Konsep sintesis gres dikemukakan oleh Peter Haggett (1975) di dalam karyanya yang berjudul “Geography : A Modern Synthesis”. Sintesis gres ini berusaha merangkum beberapa pendekatan terdahulu hingga dikala ini dengan memberi warna yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan di bidang teknologi.
13. Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis tanda-tanda dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka dibutuhkan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang dipakai untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan yakni penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan duduk kasus mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek insan dalam suatu ruang.
Kewilayahan, yang dikaji yaitu ihwal penyebaran fenomena, gaya dan duduk kasus dalam ruangan, interaksi antar/variabel insan dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mensugesti satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya yakni perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Makara fenomena, tanda-tanda dan duduk kasus ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara aneka macam unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap tanda-tanda dan permasalahan sanggup menghasilkan aneka macam alternatif-alternatif pemecahan masalah.
14. Tantangan Geografi Ke Depan
a. Dampak Teknologi Komunikasi dan Internet
Sekiar tahun 1990 beredar buku megatrend 2000. Dalam buku itu Naibit dan Arburdense (1990) mensinyalair ada sepuluh kecenderungan (trend) yang akan terjadi pada tahun 2000-an, yaitu:
masyarakat informasi menjadi masyarakat industri
teknologi pasca menjadi high tech
ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia
jangka pendek menjadi jangka panjang
sentralisasi menjadi desentralisasi
pemberian institusional menjadi pemberian diri
demokrasi representatif menjadi demokrasi partisipatif
hirarki menjadi jaringan
utara menjadi selatan
salah satu menjadi pilihan ganda
Bedasarkan ramalan itu tampak bahwa remaja ini terjadi perubahan dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Informasi telah menjadi kepingan penting bagi individu, masyarakat dan negara. Informasi merupakan kepingan dari kehidupan mereka sehari-hari untuk pengambilan keputusan.
Keberadaan masyarakat informasi remaja ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi komuniasi dan internet. Integrasi kedua teknologi itu telah melipatkan gandakan informasi dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang cepat. Intergrasi teknologi komputer dengan teknologi komunikasi itu telah mewujudkan suatu jaringan besar antar warga negara tanpa harus diikat dengan batas-batas negara yang bersangkutan (bordeless).
Teknologi itu telah bisa mengambarkan sebagai wahana untuk mengolah (procesess) data menjadi informasi dengan cepat. Selain itu teknologi itu juga telah bisa dipakai sebagai infrastruktur untuk pengiriman data atau informasi secara cepat, murah dan praktis.
Disiplin geografi merupakan salah satu bidang ilmu yang memerlukan infrastruktur untuk mengolah data geografis menjadi informsi geografi secara cepat. Informsi geografi hasil prosesing itu dibutuhkan oleh aneka macam bidang untuk pengembangan wilayah, konsrvasi sumburdaya, penataan ruang, dan sebagainya.
Dalam mempelajari obyeknya, disiplin geografi memakai pendekatan keruangan. Dalam pendekatan itu struktur, pola dan proses keruangan harus sanggup dipelajari dengan baik dan cepat.
Untuk mempelajari aspek keruangan mirip itu teknologi komputer telah menyediakan program-program analisis keruangan yang makin simpel dan gampang dioperasikan. Dengan kemudahan itu informasi geografi sanggup lebih cepat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
Dengan teknolgi internet informasi sanggup dengan gampang dan cepat dikirim keseluruh penjuru dunia. Hal itu tidak hanya bermakna untuk penyebaran informasi, tetapi juga untuk memberikan paradigma gres dalam pengelolaan lingkungan menuju keberlanjutan. Sebagaimana permasalahan lingkungan remaja ini yang paling serius yakni mewujudkan keberlanjutannya.
Dengan kehadiran komputer sebagai komponen teknologi informasi proses analisis dan integrasi yang rumit kalau dikerjakan secara manual akan menjadi mudah, cepat dan akurat (Sutanto, 2000). Oleh lantaran itu dalam 2 (dua) dekade belakangan ini kiprah teknologi informasi dalam aplikasi ilmu geografi berkembang dengan cepat dan mejadi kebutuhan yang penting bagi setiap warganegara untuk mengelola wilayah dan sumberdayanya. Pemanafaatan teknologi informasi dlam aplikasi ilmu geografi dikenana dengan Sistem Informasi geografi (SIG). SIG remaja ini telah berkembang dengan pesat lantaran didukung dengan teknologi pengindraan jauh (inderaja) dan Global Posistion System (GPS).
Sumber http://smamuhammadiyah1tasikmalayageo.blogspot.com
0 Response to "Dasar Geografi"
Posting Komentar