-->

iklan banner

Hewan Khas Dki Jakarta : Elang Bondol (Haliastur Indus)


Penetapan si Elang Bondol menjadi maskot kota Jakarta, bermula dari Keputusan Gubernur No. 1796 Tahun 1989.
Gubernur Ali Sadikin menetapkan elang berwarna coklat dan berkepala putih dengan posisi bertengger pada sebuah ranting
Sambil mencengkeram salak Condet sebagai maskot Jakarta.
Adapun filosofi dipilihnya elang bondol sebab burung tersebut salah satu jenis burung yang sanggup hidup lama, bahkan sampai 70 tahun.
Selain itu, elang bondol termasuk dalam jenis unggas yang tangguh dan pantang mengalah pada keadaan.
Sehingga diperlukan Jakarta sanggup menjadi kota yang tangguh dan tetap mempertahankan eksistensinya.
Elang Bondol sering kali hidup sendiri. Meskipun pada daerah dengan sumber masakan yang melimpah sanggup hidup berkelompok sampai mencapai 35 individu.
Bukan hanya penampilannya saja yang terlihat gagah, namun gerakan akrobatik burung ini di udara juga kerap mempesona.
 Elang Bondol sering memamerkan gerakan terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang-ulang.
Selain itu sering kali burung ini terbang rendah di atas permukaan air untuk mencari mangsa.
Dahulu, dikala Jakarta masih ditumbuhi banyak pohon dan sungainya bersih, ia begitu gampang dilihat.
Namun, semua berubah kala Jakarta mulai disesaki manusia.
Wilayah hijaunya yang luas perlahan berkurang sebab diubah menjadi daerah perumahan, perkantoran, dan industri.
Pepohonannya perlahan menghilang dan berganti dengan gedung pencakar langit.
Akibatnya, burung berukuran 45 cm ini kesulitan mencari pakan.
Menu kesukaannya berupa ikan segar pelan-pelan susah didapat sebab sungainya telah tercemar.
Bahkan, biar tidak kelaparan, elang bondol ini harus berguru makan bangkai binatang pengerat yang mati tertabrak kendaraan bermotor.
Padahal, ia sama sekali tidak menyukai jenis masakan ini sebelumnya.
Kejadian ini diperkirakan mulai berlangsung pada 1980-an.
Walaupun termasuk satwa dilindungi menurut PP Nomor 7 Tahun 1999, elang bondol senantiasa diburu dan diperdagangkan secara ilegal.
Selain itu, habitatnya terusik sebab bertambahnya jumlah penduduk.
Burung yang dianggap mewakili abjad masyarakat Jakarta yang dinamis dan selalu bergerak ini
Harus bertahan di pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu terutama di Pulau Kotok dan Pulau Pramuka.

A.  Klasifikasi Ilmiah Elang Bondol
Adapun klasifikasi ilmiah elang bondol ialah sebagai berikut :

Kerajaan              : Animalia
Filum                    : Chordata
Kelas                    : Aves
Ordo                     : Falconiformes
Famili                   : Accipitridae
Genus                 Haliastur
Spesies               Haliastur indus

B.  Ciri-Ciri Elang Bondol
Adapun ciri-ciri elang bondol ialah sebagai berikut :
Fisik
Elang bondol berkuran sedang (43-51 cm), mempunyai sayap yang lebar dengan ekor pendek dan membulat ketika membentang.
Bagian kepala, leher dan dada berwarna putih, sisanya berwarna merah bata pucat, penggalan ujung bulu primer berwarna hitam, dan tungkai berwarna kuning.
Pada individu anak secara keseluruhan berwarna coklat gelap, pada beberapa penggalan bergaris-garis putih mengkilap.
Makanan
Makanan Elang Bondol cukup bervariasi.
Burung ini sering memakan kepiting, udang, dan ikan, hingga sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan.
Elang Bondol juga memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.
Mangsa tersebut sanggup berupa mangsa hidup ataupun telah mati.
Habitat
Habitat terbaik untuk elang bondol ialah area tepi maritim yang berlumpur seperti hutan mangrove, muara sungai, dan pesisir pantai.
Burung ini juga sanggup ditemukan di lahan berair menyerupai sawah dan rawa.
Berkembang Biak
Musim berkembang biak biasanya berlangsung pada bulan Januari-Juli dan Mei-Oktober.
Burung ini akan menciptakan sarang yang tersusun atas patahan batang, rumput, daun, rumput laut, sisa masakan dan sampah dan diletakkan di atas pohon yang tersembunyi.
Dalam satu trend bertelur antara 1-4 butir berwarna berwarna putih, sedikit berbintik merah yang akan menetas setalah dierami selama 28-35 hari.
Anak elang mulai berguru terbang di usia 40-56 hari, dan mulai hidup berdikari sehabis dua bulan.

C.  Konservasi Elang Bondol
Di Pulau Kotok Anda juga bisa melihat eksklusif konservasi elang bondol.
Burung yang menjadi maskot Jakarta ini merupakan hasil penyitaan yang dilakukan negara dan Jakarta Anima Aid Network (JAAN).
Di daerah ini, burung yang populer buas ini dirawat dengan baik.
Perawatan dilakukan sampai dirasa sudah saatnya bagi burung-burung tersebut untuk kembali ke habitat aslinya.
Perawatan dan pemeliharaan yang baik secara terpola untuk elang bondol di Pulau Kotok bisa membantu pelestarian elang yang sanggup terbang sampai mencapai ketinggian 1.500 meter ini.
Kandang yang terbuat dari net dibangun menyerupai dengan habitat orisinil elang bondol.
Ini dilakukan untuk menciptakan elang seakan hidup di alamnya
Dan menciptakan elang sanggup menyesuaikan diri kembali dengan suasana kehidupan aslinya.
Pelepasliaran elang bondol pertama kali yaitu pada 2005 lalu, setahun sehabis delapan ekor elang hasil sitaan yang akan diselundupkan ke Arab Saudi dari bandara Sukarno Hatta dibawa ke pulau kotok pada 2004 lalu.
Saat ini Pusat rehabilitasi Elang di Pulau Kotok masih merawat 39 ekor dan sudah melepaskan 69 ekor.
Ironisnya para pedagang satwa di pasar burung Pramuka masih tetap menjual burung-burung yang dilindungi, termasuk elang bondol.
Pelakunya diketahui banyak mengambilnya dari wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Walaupun di dua wilayah itu, populasi elang itu diketahui masih banyak
Tetapi dikhawatirkan akan terus menyusur sebab praktek perdagangan liar.
Selain elang bondol, di pulau Kotok juga dilakukan rehabilitasi elang maritim yang juga tergolong satwa langka.
Menyaksikan elang bondol di Pulau Kotok memperlihatkan pemahaman betapa pentingnya melestarikan alam Indonesia.
Elang bondol yang diambang kepunahan seakan memberi wawasan untuk selalu menjaga pelestarian lingkungan bumi Indonesia




Sumber http://ikhtisarmateri.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Hewan Khas Dki Jakarta : Elang Bondol (Haliastur Indus)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel