-->

iklan banner

Hewan Khas Banten : Warak Jawa (Rhinoceros Sondaicus)

Badak jawa yaitu binatang damai dengan pengecualian saat mereka berkembang biak dan ap Hewan Khas Banten : Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

Badak jawa yaitu binatang damai dengan pengecualian saat mereka berkembang biak dan apabila seekor inang mengasuh anaknya.
Kadang-kadang mereka akan berkerumun dalam kelompok kecil di tempat mencari mineral dan kubangan lumpur.
Berkubang di lumpur yaitu sifat umum semua rino untuk menjaga suhu badan dan membantu mencegah penyakit dan parasit.
Badak jawa tidak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih suka memakai kubangan binatang lainnya atau lubang yang muncul secara alami, yang akan memakai culanya untuk memperbesar.
Tempat mencari mineral juga sangat penting alasannya yaitu nutrisi untuk rino berasal dari garam.
Wilayah jantan lebih besar dibandingkan betina dengan besar wilayah jantan 12–20 km² dan wilayah betina yang diperkirakan 3–14 km².
Wilayah jantan lebih besar daripada wilayah wanita.
Tidak diketahui apakah terdapat pertempuran teritorial.
Jantan menandai wilayah mereka dengan tumpukan kotoran dan percikan urin.
Goresan yang dibentuk oleh kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipakai untuk komunikasi.
Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tetapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok
Pada tahun 1910 rino Jawa sebagai binatang liar secara resmi telah dilindungi Undang-Undang oleh Pemerintah Hindia Belanda
Sehingga pada tahun 1921 menurut rekomendasi dari The Netherlands Indies Society for Protection of Nature, Ujung Kulon oleh pemerintah Belanda dinyatakan sebagai Cagar Alam. Keadaan ini masih berlangsung terus hingga status Ujung Kulon diubah menjadi Suaka Margasatwa di bawah pengelolaan Jawatan Kehutanan dan Taman Nasional pada tahun 1982.

A.  Klasifikasi Ilmiah Badak Jawa
Adapun klasisifikasi ilmiah rino jawa sebagai berikut :
Kerajaan              Animalia.
Filum                             Chordata.
Subfilum              Vertebrata.
Kelas                             Mammalia.
Ordo                     Perissodactyla.
Superfamili                   Rhinocerotides. 
Famili                   Rhinocerotidae.
Genus                 Rhinoceros.
Spesies               Rhinoceros sondaicus 

B.  Ciri-Ciri Badak Jawa
Adapun ciri-ciri rino jawa sebagai berikut :
Fisik
Panjang badan rino Jawa (termasuk kepalanya) sanggup lebih dari 3,1–3,2 m dan mencapai tinggi 1,4–1,7 m.
Badak remaja dilaporkan mempunyai berat antara 900 dan 2.300 kilogram.
Tidak terdapat perbedaan besar antara jenis kelamin, tetapi rino Jawa betina ukuran tubuhnya sanggup lebih besar.
Badak jawa mempunyai satu cula (spesies lain mempunyai dua cula).
Culanya yaitu cula terkecil dari semua badak, biasanya lebih sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm.
Badak jawa jarang memakai culanya untuk bertarung
Tetapi menggunakannya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tumbuhan biar sanggup dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal.
Badak Jawa mempunyai bibir panjang, atas dan tinggi yang membantunya mengambil makanan. 
Gigi serinya panjang dan tajam; saat rino jawa bertempur, mereka memakai gigi ini.
Di belakang gigi seri, enam gigi geraham panjang dipakai untuk mengunyah tumbuhan kasar.
Seperti semua badak, rino jawa mempunyai penciuman dan telinga yang baik tetapi mempunyai pandangan mata yang buruk.
Mereka diperkirakan hidup selama 30 hingga 45 tahun.
Kulitnya yang sedikit berbulu, berwarna abu-abu atau abu-abu-coklat membungkus pundak, punggung dan pantat.
Kulitnya mempunyai teladan mosaik alami yang menjadikan rino mempunyai perisai. Pembungkus leher rino Jawa lebih kecil daripada rino india, tetapi tetap membentuk bentuk pelana pada pundak.
Habitat
Badak Jawa hidup di hutan hujan dataran rendah, rumput tinggi dan tempat tidur alang-alang yang banyak dengan sungai, dataran banjir besar atau kawasan lembap dengan banyak kubangan lumpur.
Makanan
Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan majemuk spesies tanaman
Terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh.
Kebanyakan flora disukai oleh spesies ini tumbuh di kawasan yang terkena sinar matahari
Pada pembukaan hutan, semak-semak dan tipe vegetasi lainnya tanpa pohon besar.
Badak menjatuhkan pohon muda untuk mencapai makanannya dan mengambilnya dengan bibir atasnya yang sanggup memegang.
Badak diperkirakan makan 50 kg kuliner per hari.
Reproduksi
Betina mencapai kematangan secual pada usia 3-4 tahun sementara kematangan secual jantan pada umur 6 tahun.
Kemungkinan untuk hamil diperkirakan muncul pada periode 16-19 bulan.
Interval kelahiran spesies ini 4–5 tahun

C.  Ancaman dan Perlindungan Terhadap Badak Jawa
Ancaman Terhadap Badak Jawa
Sebenarnya, badak jawa tidak mempunyai predator alami.
Satu-satunya bahaya terbesar yaitu manusia.
Perburuan badak jawa banyak dilakukan manusia.
Cula badak ini dipercaya sebagai obat mujarab oleh ilmu pengobatan tradisional Cina selama lebih dari 2.000 tahun.
Walaupun belum terbukti secara ilmiah, banyak orang yang tetap meyakininya.
Seorang pemburu biasanya mengambil cula badak dengan membuatnya pingsan.
Setelah pingsan, pemburu memotong cula badak, kemudian membiarkannya mati kehabisan darah.
Tidak cukup hingga di situ, pemburu juga mengincar kulit badak.
Banyak yang mengangggap kulit badak bagus untuk baju perang alasannya yaitu ketebalan dan kekuatannya.
Habitatnya yang semakin sempit membuat badak jawa sulit mendapat makanan.
Hal itu juga yang menciptakan pemburu gampang menemukan badak.

Perlindungan Terhadap Badak Jawa
WWF dan kawan kerjanya membantu petugas Balai Taman Nasional memonitor rino melalui kamera trap dan analisis DNA dari sampel kotoran.
Sejak pertama kali dimulai pada 2001, empat belas kelahiran rino berhasil di dokumentasikan oleh kamera dan video jebak yang dioperasikan WWF bersama dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon.
Sejak Februari 2011, pengelolaan kamera dan video jebak secara penuh dilakukan oleh Balai Taman Nasional, sementara WWF memfokuskan kegiatannya pada observasi perilaku, teladan makan, serta penelitian mengenai resiko dan bahaya wabah penyakit.
Observasi terhadap teladan prilaku rino sanggup menawarkan informasi mengenai interaksi rino dengan lingkungan sekitarnya, data-data fisiologis (misalnya tingkat respirasi) yang mengindikasikan tingkat stress dan kondisi tiap individu badak.
Saat ini WWF bekerja dengan Departemen Kehutanan, Balai Taman Nasional dan masyarakat lokal untuk mengkaji kemungkinan pembuatan habitat kedua dan translokasi badak
Yang telah diseleksi terlebih dahulu menurut kondisi kesehatan dan fertilitasnya
Untuk menginisiasi populasi gres sambil tetap melindungi populasi aslinya di Taman Nasional Ujung Kulon.



Sumber http://ikhtisarmateri.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Hewan Khas Banten : Warak Jawa (Rhinoceros Sondaicus)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel