Peran Gres Pengelola Sebagai Transformer Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial
Seseorang yang hidup di "zaman now" harus bisa menjawab tantangan ke depan. Hambatan-hambatan hidup secara teknis sekarang sanggup diatasi. Hari ini tidak elok berebut parkir atau berdesak-desakan dalam kemacetan di jalan.
Kemacetan sanggup diatasi dengan melihat saran yang diberikan oleh google map. Transaksi tidak harus pergi ke bank. Semua aplikasi canggih bisa dinikmati oleh siapa saja. Aplikasi itu pun gampang diperoleh. Cukup d0wnl0ad di playstore. Pelajari sebentar kemudian sanggup hasil optimal.
Perpustakaan mempunyai tanggung jawab dalam mengedukasi masyarakat yang tadinya tidak ngerti jadi ngerti. Perpustakaan harus mempunyai taktik untuk membuatkan literasi di tengah masyarakat. Literasi harus berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat melalui perpustakaan sanggup berguru banyak hal. Pepustakaan dalam hal ini harus bisa menunjukkan jalan masuk pengetahuan yang berkualitas kepada masyarakat. Masyarakat menjadi terbuka pada pengetahuan baru. Terbentuklah masyarakat yang cerdas.
Masyarakat cerdas ialah masyarakat yang mau berguru untuk perubahan dirinya. Melalui perpustakaan, masyarakat tahu bagaimana sistem pengelolaan pertanian yang anggun itu. Bahkan masyarakat secara ekonomi tidak dicurangi rentenir.
Pengelola perpustakaan harus mau memikirkan masyarakat. Berusaha supaya masyarakat sanggup bertahan dalam hidup. Terutama mempertahankan diri dengan kemajuan zaman yang tidak bisa dihindari.
Bentuk pertahanan diri minimal yang dilakukan masyarakat terhadap kemajuan teknologi ialah dengan memanfaatkan teknologi itu sendiri. Masyarakat harus menjadi manusia pembelajar, yaitu orang yang berguru sepanjang hayat.
Perpustakaan juga menjadi daerah bagi masyarakat untuk mengasah kecerdasan dan daya nalar. Kecerdasan atau intelejensi diukur dengan daya nalar. Daya logika hanya bisa dilatih dengan pengetahuan. Pengetahuan hanya bisa diperoleh masyarakat jika acuan akan pengetahuan itu gampang diperoleh.
Pengelola perpustakaan pun harus berevolusi menjadi transformer masyarakat melalui perpustakaan berbasis inklusi sosial. Oleh hasilnya pengelola perpustakaan ialah orang dibelakang layar, yang tidak terlihat tapi kemampuannya harus di atas rata-rata.
*Tulisan ini terinspirasi dari sambutan Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah Priyo Anggoro BR, .H., M.Si. Ketika membuka Bimtek Strategi Pengembangan Perpustakaan dan TIK Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di Star Hotel Semarang, Senin, 29 April 2019.
0 Response to "Peran Gres Pengelola Sebagai Transformer Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial"
Posting Komentar