-->

iklan banner

Auguste Comte: Bapak Positivisme

Auguste Comte, tokoh sosiologi yang dikenal sebagai bapak positivisme. Comte lahir di Montpellier, Perancis pada 1798, saat periode Revolusi Perancis gres saja berakhir. Orang bau tanah Comte merupakan penganut agama Nasrani yang taat dan loyal pada monarki. Namun semenjak remaja, Comte telah menolak ketaatan dan loyalitas ibarat yang dianut kedua orang tuanya. Auguste Comte mengawali pendidikannya di The Ecole Polytechnique, sebuah sekolah teknik yang dikenal prestisius di Paris. Auguste Comte merupakan seorang murid pecinta matematika yang jenius. Namun perilakunya yang tidak disiplin membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Pada 1817, Comte bekerja sebagai penulis untuk ‘The Social Reformer’ yang didirikan oleh Henry de Saint-Simon. Selama kariernya sebagai penulis inilah Comte berbagi pedoman filosofis yang kelak dikenal dengan nama filsafat positif.


Pada 1830-1842 karya terbesar Auguste Comte berjudul ‘Cours de Philosophie Positive’ terbit dalam 6 volume. Karya tersebut berisi sintesis perihal semua pengetahuan berdasar keilmiahan. Metode konkret secara resmi diklaim sebagai metode ilmiah. Dalam filsafat positivisme, Comte mengurutkan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah mencapai status sebagai pengetahuan ilmiah. Ilmu pertama secara berurutan yaitu matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, dan terakhir sosiologi. Setiap bidang ilmu pengetahuan ditelusuri Comte pada sisi historisnya. Sosiologi yaitu ilmu pengetahuan ilmiah yang terakhir. Metode dalam mempelajari masyarakat, berdasarkan Comte, sanggup memakai metode ilmu-ilmu alam.


Baca juga Ferdinand de Saussure







Sosiologi intinya mempelajari dua hal, yakni statistika sosial dan dinamika sosial. Statistika sosial bekerjasama dengan dasar-dasar tatanan sosial dan nilai-nilai moral. Sedangkan dinamika sosial mempelajari perubahan sosial dalam masyarakat. Dalam dinamika sosial, aturan utama sosiologi, ibarat dijelaskan Comte, berlangsung pada tiga tahap, yang sekaligus dikenal juga sebagai ‘panggung sejarah pedoman manusia’. Hukum tiga tahap menjelaskan bahwa setiap sejarah pengetahuan, struktur sosial dan politik, mengalami perkembangan dari tahap teologi, metafisik, hingga ke positif.


Tahap teologi identik dengan korelasi antara segala hal yang dikaitkan dengan aspek supranatural. Dengan kata lain, penyelidikan terhadap segala sesuatu selalu dihubungkan dengan Tuhan. Tahap metafisik merupakan tahap yang abstrak. Penyelidikan dihubungkan melalui abstraksi. Dalam hal ini, rasio dan alam mengambil alih tugas Tuhan. Tahap terakhir yaitu positif. Masyarakat tidak lagi menghubungkan Tuhan ataupun alam untuk menjelaskan segala fenomena, termasuk fenomena sosial di kehidupan ini, melainkan dengan metode ilmiah. Penyebab pertama dari segala sesuatu sanggup diselidiki secara ilmiah dengan klarifikasi deskriptif.


Melalui deklarasi tahap positif, Auguste Comte telah berbagi hukum-hukum ilmu kemanusiaan atau ilmu perihal masyarakat. Atas lahirnya metode positif, Auguste Comte menerima gelar sebagai ‘Bapak Positivisme’. Hukum-hukum konkret juga menghasilkan anggapan bahwa Comte telah menciptakan agama baru, yakni iktikad gres untuk mengatur kehidupan sosial. Agama gres ini dikenal dengan nama humanity atau kemanusiaan. Comte percaya bahwa rasio tidak akan bisa memuaskan semua kebutuhan manusia. Humanity merupakan entitas non-metafisik yang harus ditempatkan sebagai sentra segala kegiatan kehidupan sosial. Humanity, bagi Comte sanggup membawa kehidupan insan menuju kebahagiaan. Secara eksplisit, Auguste Comte telah mengenalkan ‘altruisme’, yaitu sikap mengutamakan segala tindakan pada tujuan-tujuan kemanusiaan.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Auguste Comte: Bapak Positivisme"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel