Contoh Akulturasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Contoh akulturasi yang akan dibahas di postingan ini sanggup ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Akulturasi dalam sosiologi sering dideskripsikan sebagai proses sosial yang ditandai dengan adanya penyatuan unsur-unsur budaya yang berbeda menjadi budaya gres tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya asli.
Dalam sejarahnya, istilah akusturasi sering digunakan untuk menganalisis proses kelompok minoritas menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas. Kasus yang sering dikaji pada awanya ialah kehidupan para imigran atau pendatang yang mencoba menyesuaikan diri di negeri perantauan.
Baca juga Kelompok Sosial: Pengertian dan Contohnya
Belakangan, istilah akulturasi menyebar luas dan sanggup digunakan untuk menjelaskan bagaimana orang atau kelompok dengan unsur-unsur budaya yang berbeda berbaur sehingga membuat unsur kebudayan gres tanpa kehilangan budaya aslinya.
Sosiologis.com mengidentifikasi beberapa pola akulturasi dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita, baik pada level individu maupun kelompok sosial kemasyarakatan. Sebelumnya, kita perlu ingat kembali bahwa akulturasi merupakan proses sosial-budaya yang unsur-unsurnya sangat luas, dari bahasa, cara berpakaian, hingga arsitektur. Kita akan bahas beberapa pola akulturasi yang terjadi di banyak sekali unsur tersebut.
Contoh akulturasi di sekitar kita
√ Fashion wanita Jawa muslim
Salah satu fashion khas orang Jawa yang biasa dikenakan wanita ialah kebaya. Pakaian, sebagai salah satu produk dari kebudayaan, merefleksikan dinamika kebudayaan itu sendiri. Kita mengenal adanya tren fashion yang menggambarkan adanya popularitas fashion kekinian yang dinamis dan berubah dari waktu ke waktu. Masuknya agama Islam ke Jawa membawa perubahan bagaimana kaum wanita muslim berpakaian. Salah satunya ialah kain epilog kepala yang biasa disebut jilbab atau kerudung atau hijab. Proses akulturasi terjadi saat wanita Jawa muslim mengombinasikan antara jilbab dan kebaya. Mengenakan kebaya dan berhijab ialah pola akulturasi fashion.
√ Kuliah di Bandung sanggup bahasa Sunda
Seorang mahasiswa dari luar Negeri, contohnya Timor Leste, kuliah di Bandung selama tujuh tahun. Hampir saja DO tapi terselamatkan alasannya ialah ijin cutinya di terima. Setelah kuliah dia masih tinggal di Bandung selama setahun alasannya ialah kerja part-time dan ketagihan sama kulinernya. Jauh dan mahalnya ongkos mudik membuat dia hanya pulang sekali dalam setahun. Ketika kembali ke kampungnya, dia kaget alasannya ialah tiba-tiba tidak mengecewakan fasih berbahasa Sunda, meskipun percuma juga digunakan alasannya ialah orang kampungnya nggak ada yang tau dia ngomong apa. Ilustrasi di atas pola akulturasi linguistik atau bahasa di level individual. Tentu saja kita anggap dia nggak lupa bahasa lokal.
√ Arsitektur Masjid Laksamana Cheng Ho
Perhatikan arsitektur masjid Cheng Ho di beberapa kota di Jawa dan Sumatera. Cheng Ho ialah seorang laksamana muslim dari China. Ia pernah singgah di banyak sekali wilayah di nusantara. Sebenarnya ada beberapa masjid di Indonesia yang dinamai Masjid Cheng Ho. Pendiriannya merupakan simbol perpaduan budaya. Dalam pola alkulturasi ini kita hanya akan melihat arsitekturnya. Masjid Cheng Ho di beberapa kota di Indonesia mempunyai arsitektur khas yang merupakan perpaduan antara Lokal, Arab dan Tionghoa. Melihat sekilas masjid Laksamana Cheng Ho, kita sanggup menemukan pola akulturasi dalam bidang arsitektur.
√ Makan bakmi pakai sumpit
Kalo kau pernah makan bakmi, apalagi pake sumpit, kau boleh saja mencicipi sensasi seakan-akan menyerupai orang Jepang atau China. Mie kasih kuah itu sendiri ialah produk budaya berupa kuliner dari China. Sumpit tergantung modelnya, yang lebih pendek konon dari Jepang. Bakmi itu sendiri ialah produk perpaduan antara kuliner Indonesia dan Tiongkok. Menyantap bakmi pakai sumpit artinya menikmati hasil akulturasi kuliner Indonesia dan Tiongkok. Kalo pake sumpit jepang, akulturasinya triple.
√ Batik Tiga Negeri
Motif Batik Tiga Negeri menawarkan corak warna yang bervariasi. Secara historis, istilah tiga negeri berarti corak batik yang merupakan perpaduan dari batik bercorak khas Lasem, Pekalongan dan Solo yang saat masa kolonial, ketiga tempat tersebut secara administratif di klasifikasikan sebagai negeri, alaih-alih kota menyerupai kini ini. Penjelasan ini pun hanyalah salah satu dari beberapa versi sejarah yang ada. Kita tidak akan mempermasalahkan sejarahnya, biarkan para sejarawan yang menekuni perbatikan memecahkannya. Di sini kita mendapatkan definisinya sebagai perpaduan corak batik yang berbeda-beda dari tiga wilayah jadi satu tanpa kehilangan corak asalnya. Batik Tiga Negeri ialah pola akulturasi yang diekspresikan melalui motif batik.
Kelima pola akulturasi yang disebutkan di atas sanggup kita jadikan referensi untuk menemukan perkara lainnya yang menyerupai atau berhubungan. Sebagai contoh, bule yang fasih berbahasa Indonesia alasannya ialah tinggal usang di Indonesia, pasangan artis beda negara yang masing-masing mengadopsi budaya negara asal dalam hal bahasa, pakaian, dan lain sebagainya. Pemain bola atau instruktur bola yang pindah klub beda negara menjadi fasih berbicara banyak bahasa, misalnya, Zlatan Ibrahimovic, Arsene Wenger, Jose Mourinho. Contoh akulturasi sangat banyak sekali, bahkan biasanya lebih banyak dari yang sanggup kita sebutkan.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
0 Response to "Contoh Akulturasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari"
Posting Komentar