-->

iklan banner

Pedoman Wawancara Penelitian: Proses Dan Tahapannya

Pedoman wawancara yang dibahas dalam goresan pena ini sanggup digunakan sebagai panduan melaksanakan wawancara penelitian baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Pedoman wawancara secara garis besar sanggup dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan wawancara, proses wawancara, dan penilaian wawancara, termasuk permasalahan yang kerap muncul pada penelitian yang memakai teknik wawancara.


Saya menulis fatwa wawancara ini dengan bersumber pada chapter buku yang ditulis oleh Irawati Singarimbun berjudul “Teknik Wawancara”. Sumber buku tersebut saya lengkapi dengan banyak sekali teladan yang saya ambil dari pengalaman saya pribadi melaksanakan wawancara selama lebih dari seratus kali, ketika menjadi ajudan peneliti lapangan.


Baca juga: Metode Penelitian Kualitatif







Postingan ini akan mengulas secara kronologis tahapan interview secara ringkas sebagai bab dari fatwa wawancara. Pembaca sanggup merefleksikan beberapa tahapan yang relevan saja. Misalnya, pembaca yang membutuhkan ilham ihwal bagaimana melaksanakan persiapan wawancara penelitian, sanggup membaca bab persiapan wawancara penelitian saja. Kita mulai dari persiapan wawancara.


Tahapan fatwa wawancara


Persiapan wawancara


Pada tahap ini, perencanaan melaksanakan wawancara harus dilakukan seoptimal mungkin. Secara normatif, persiapan wawancara mencakup pembuatan interview guide atau panduan wawancara, menulis daftar informan yang potensial, termasuk nomor kontaknya bila ada, menciptakan kesepakatan dengan calon informan, dan mempersiapkan peralatan serta dokumen yang dibutuhkan untuk wawancara, menyerupai alat rekam, surat ijin penelitian, tawaran atau apapun yang diperlukan.


Saya tidak perlu membahas secara detail persiapan lain alasannya ialah pembaca lebih mengerti apa yang dibutuhkan untuk ke lapangan. Jika ke lapangan naik motor, pastinya bensin jangan hingga kosong. Detail soal ini tentunya tidak perlu saya ulas. Apa yang perlu saya ulas kiranya ialah hal yang lebih substansial menyerupai interview guide.


Baca juga: Metode Penelitian Kuantitatif







Panduan wawancara perlu dibentuk sekadar sebagai alat bantu peneliti melaksanakan wawancara. Perlu diingat sekali lagi bahwa panduan wawancara bukanlah daftar pertanyaan wawancara, melainkan hanya sebagai alat bantu. Sebagai alat bantu, peneliti boleh mempersiapkannya boleh tidak.


Panduan wawancara cukup dibentuk sesimpel mungkin. Peneliti sanggup menuliskan pertanyaan yang akan ditanyakan dengan satu atau dua kata saja. Misal, dalam penelitian ihwal aktivisme lingkungan, peneliti akan bertanya ihwal apa motivasi informan bergabung dengan komunitas lingkungan. Dalam panduan wawancara cukup ditulis motivasi berkomunitas. Pertanyaan lainnya juga demikian semoga wawancara lebih mengalir alasannya ialah peneliti tak perlu menundukkan kepala terlalu usang baca teks menyerupai siaran berita.


Apabila peneliti sudah memahami isu dan pertanyaan yang akan dibahas, tentunya interview guide hanya dibawa sebagai pemanis saja. Wawancara berjalan menyerupai mengobrol biasa. Teknik ini biasanya dilakukan oleh peneliti yang sudah tinggi jam terbangnya dimana sebelum turun lapangan, semua pertanyaan penelitian sudah dipahami di luar kepala. Interview guide hanya digunakan untuk mengontrol saja semoga jangan hingga ada pertanyaan yang kelewat.


Beda dengan peneliti yang sudah tinggi jam terbangnya, peneliti pemula perlu interview guide sebagai panduan mutlak. Saya menyarankan pembaca yang masih peneliti pemula untuk membiasakan diri menguasai daftar pertanyaan penelitian sebelum turun ke lapangan. Resiko yang biasanya ditanggung apabila ada pertanyaan yang kelewat ialah peneliti mendatangi atau menghubungi kembali informan untuk menjawab pertanyaan yang kelewat.Pedoman wawancara yang dibahas dalam goresan pena ini sanggup digunakan sebagai panduan melaksanakan Pedoman Wawancara Penelitian: Proses dan Tahapannya


Sejauh ini kita gres membahas ihwal panduan wawancara. Hal selanjutnya yang perlu dipersiapkan dalam tahap persiapan ini ialah peneliti harus memulai dan menjaga hubungan baik dengan calon informan. Pastikan bahwa antara peneliti dan calon informan tidak ada ketegangan psikologis yang sanggup mengurangi antusiasme informan untuk diwawancarai.


Sebagai contoh, peneliti mendapati akun sosial media calon informan penuh dengan pemberian kepada Arsenal. Peneliti sendiri fans Liverpool yang sensitif pada fans Arsenal. Ketika peneliti bikin postingan banyaomong ihwal Arsenal sebagai tim besar tapi jarang juara tapi didukung terus dan postingan itu dibaca oleh calon informan, maka bibit permusuhan sanggup timbul. Wawancara yang akan dilakukan keesokan harinya sanggup tidak optimal alasannya ialah munculnya ketegangan emosional antar fans klub rival.


Pesan yang ingin saya sampaikan di sini ialah ciptakan ruang yang sejuk dan tenang kepada calon informan semoga ketika wawancara, informan merasa mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan pendapatnya. Image peneliti sebagai orang yang tidak punya kepentingan personal dengan informan selain wawancara juga penting untuk dijaga.


Persoalan lain yang perlu dipersiapkan selain panduan wawancara dan hubungan baik ialah bikin aktivitas janjian. Tidak mungkin kita memperkenalkan diri, kemudian pribadi wawancara mendalam. Sebenarnya boleh saja cara itu digunakan kalau memang tidak memungkinkan untuk menciptakan aktivitas khusus wawancara. Poin pentingnya ialah peneliti memperkenalkan diri dan memberikan keperluannya sebelum menerima ijin dan menentukan waktu wawancara.


Apabila informan selo atau punya waktu luang dikala itu juga dan mau diwawancarai, wawancara sanggup segera dimulai. Apabila informan sibuk, biarkan informan menentukan waktu dan tempatnya. Saya pernah pribadi melaksanakan wawancara baik on the spot atau pun menciptakan kesepakatan dulu. Jika menciptakan janji, saya persilahkan calon informan untuk menentukan waktu dan tempatnya.


Baca juga: Teknik Pengumpulan Data Kualitatif






Proses wawancara


Setelah persiapan matang dan waktu wawancara telah tiba, pastikan anda sudah ada di kawasan sebelum informan datang. Tentunya bila interview tidak dilakukan di rumah informan. Memulai wawancara perlu dengan perilaku luwes seolah peneliti ialah seorang wartawan senior yang kaya dan terkenal.


Keluwesan ini memang kadang tidak dimiliki oleh peneliti muda. Saya dulu pun sering merasa gugup bila bertemu informan padahal informan ialah orang biasa, dalam arti bukan public figure atau pejabat publik. Setelah beberapa kali bertemu informan, keluwesan sanggup saya peroleh dengan sendirinya. Apa yang ingin saya sampaikan di sini ialah bila kau peneliti pemula, tak perlu khawatir bila gugup bertemu informan. Fokus saja meningkatkan jam terbang.


Bahkan sebelumnya, kalau interview ditolak calon informan padahal kita sangat butuh datanya, jangan murka atau kecewa. Penolakan wawancara juga merupakan bab dari dinamika penelitian. Catat saja sebagai data lapangan bahwa ada informan yang menolak dengan atau tanpa alasan yang peneliti ketahui.


Proses wawancara sebaiknya dimulai dengan pengungkapan identitas orisinil peneliti, topik penelitian, dan tujuan dari penelitiannya. Keterbukaan merupakan prinsip kunci di sini. Tentu saja, keterbukaan atau transparansi ini harus didasarkan pada alasan etika. Mengenai detailnya bagaimana proses wawancara penelitian dilakukan, pembaca sanggup klik postingan saya sebelumnya ihwal teknik wawancara penelitian, ada klarifikasi yang lebih detail di situ. Selanjutnya, kita pribadi melompat pada tahapan terakhir dari postingan fatwa wawancara ini.


Baca juga: Etika Penelitian






Evaluasi wawancara


Setelah wawancara selesai, saya selalu memberikan pesan pada partisipan saya apabila ada yang kurang akan saya hubungi lagi. Tentunya bila partisipan tidak keberatan untuk dihubungi lagi. Pesan ini disampaikan untuk jaga-jaga saja kalau-kalau ada data yang dibutuhkan tapi kelewat tidak ditanyakan.


Tahap penilaian wawancara bergotong-royong sangat simpel. Peneliti hanya perlu memeriksa apakah seluruh pertanyaan telah terjawab atau adakah yang terlewat. Pemeriksaan tidak hanya pada aspek kuantitas tapi juga kualitas. Data yang berkualitas cenderung menghasilkan riset yang berkualitas. Bila wawancara dilakukan dengan memakai alat rekam, periksa kembali apakah hasil rekaman tersimpan dengan baik.


Saya pernah melaksanakan wawancara selama dua jam lamanya namun tidak terekam alasannya ialah duduk kasus teknis alat rekam. Kecewa pasti, tapi hidup harus terus berjalan. Ketika saya tanyakan pada pembimbing saya mengenai duduk kasus ini, komentarnya sederhana, menurutnya itu ialah bab dari dinamika penelitian. Hikmah yang sanggup diambil di sini ialah ketika wawancara, jangan sepenuhnya bergantung pada alat rekam. Latihlah memori otak dengan mengingat. Alat rekam digunakan untuk pemanis saja. Jika rekaman error, pribadi catat kembali apapun yang diingat alasannya ialah kalo ditunda sanggup lupa.


Baca juga: Instrumen Penelitian: Contoh dan Penjelasannya







Dari ketiga tahapan yang saya jadikan fatwa wawancara tersebut, tampak bahwa tahap persiapan merupakan tahapan yang paling panjang penjelasannya. Bukan berarti bahwa tahapan lain tidak lebih penting, melainkan bila persiapan matang, lainnya menjadi lebih mudah. Bila ketiga tahapan ini dikuasai, maka peneliti sudah siap melaksanakan riset yang memakai wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan datanya.


Baca juga Metodologi Penelitian: Pendekatan, Jenis & Contoh



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pedoman Wawancara Penelitian: Proses Dan Tahapannya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel