-->

iklan banner

Laporan Praktikum Pengukuran Dan Inventarisasi Hutan Penaksiran Potensi Hutan Rakyat

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN
PENAKSIRAN POTENSI HUTAN RAKYAT


PENAKSIRAN POTENSI HUTAN RAKYAT


Tujuan

1. Dapat mengtahui cara/metode yang dipakai dalam inventarisasi hutan rakyat
2. Dapat menyajikan data potensi hutan rakyat

Baca Juga

Dasar Teori

Dalam masyarakat Gunung Kidul misalnya, hutan rakyat tidak hanya dikembangkan pada tanah-tanah milik tetapi juga pada tanah-tanah lain di luar tempat hutan Negara ibarat tanah bengkok, tanah kas desa, tanah sultan ground dan lain-lain. Dengan demikian pemahaman wacana hutan rakyat penekanannya bukan pada status kepemilikan tanahnya melainkan pada kata ‘rakyat’ sebagai pengelola. Masyarakat Gunungkidul juga mempunyai memiliki konsepsi lokal wono untuk menyebut ‘hutan rakyat’ yang bukan hanya diterjemahkan secara fisik sebagai kumpulan pohon tetapi dimaknai secara lebih luas sebagai kesatuan ekosistem yang unik sebagai taktik bertahan hidup masyarakat yang merupakan perpaduan antara tegalan, pekarangan, sawah dan kebonan. Dalam konsepsi wono itulah masyarakat menanam dan memungut hasil dari flora pertanian, menebang kayu untuk membangun rumah, menjual pohon untuk menerima cash money apabila ada keperluan mendadak dan besar. Dalam wono tersebut, masyarakat memelihara/menghidupi dan memperoleh dukungan kehidupan dari ternak yang berupa sapi ataupun kambing (Taufik,2008).

Potensi hutan rakyat di Indonesia meliputi populasi jumlah pohon yang dibutuhkan bisa menyokong materi baku untuk industri. Potensi tegakan hutan rakyat memilik prospek yang baik untuk dikembangkan dalam rangka menggantikan tugas hutan yang hilang jawaban adanya penggunaan lahan dan hutan (Sukadaryati, 2006).

Keberhasilan pembangunan hutan rakyat, akan menawarkan sumbangan yang positif terhadap pembangunan nasional dalam bentuk (1) meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan ikutan, (2) memperluas aksesibilitas dan kesempatan kerja di pedesaan, (3) memperbaiki sistem tata air dan meningkatkan proteksi permukaan tanah dari ancaman erosi, (4) meningkatkan proses pembentukan karbon dioksida (CO₂) dan polutan lain di udara alasannya adanya peningkatan proses fotosintesis di permukaan bumi, (5) dari proses fotosintesis sanggup menjaga kadar oksigen udara segar tetap pada tingkat yang menguntungkan bagi makhluk hidup, dan (6) menyediakan habitat yang untuk menjaga keragaman hayati (biodiversity) (Simon, 1995).

Petani hutan rakyat yang mempunyai luasan lahan yang sempit cenderung mengelola hutan ke arah contoh tanam hutan rakyat monokultur, sedangkan pada lahan yang luas cenderung dikelola dengan model hutan rakyat campuran, seperti: contoh tanam berbasis flora semusim dan flora serbaguna maupun perkebunan adonan (Agroforestry), seperti: contoh tanam karet, coklat, kapulaga, dan kopi. Hutan rakyat yang terdapat di pulau jawa mempunyai banyak perberbedaan dengan daerah diluar jawa, hutan rakyat di pulau Jawa mempunyai karakteristik yang berbeda baik dari segi budidaya maupun status kepemilikannya dibandingkan dengan di luar Jawa. Budidaya dan administrasi pengelolaan hutan rakyat di Jawa relatif lebih intensif dan lebih baik dibandingkan dengan luar Jawa. Disamping itu juga status kepemilikan lahan dengan tata-batas yang lebih terang serta luas lahan yang sangat sempit dan kondisi-kondisi lain ibarat pasar, info dan aksessibilitas yang relatif lebih baik (Darusman dan Hardjanto, 2006).

Tidak sesuainya kemampuan hutan produksi untuk menghasilkan kayu sebagai materi baku industri kehutanan telah menjadikan tugas Hutan Taman Industri (HTI) dijadikan penopang dan keinginan utama dalam pemenuhan kebutuhan materi baku kayu nasional. Namun, alasannya kemampuan produksinya yang hanya mencapai 25 juta m3 per tahun,  menyebabkan tugas hutan rakyat mulai diperhatikan sebagai materi baku pengganti (substitusi) yang ternyata bisa menawarkan bantuan rata2 pertahun sebesar 16 juta - 20 juta m3 pertahun. Dijadikannya kayu rakyat sebagai materi baku substitusi bagi industri primer hasil hutan kayu, telah menjadikan nilai kayu rakyat secara irit meningkat. Tidaklah heran jikalau peluang ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha, masyarakat bahkan pemerintah untuk menyebarkan hutan rakyat (Distanhut, 2014).

Alat dan Bahan

1. Data sekunder berupa data LHC Desa Nglanggeran
2. Data rekapitulasi tegakan di Desa Nglanggeran
3. Tally sheet
4. Komputer

Cara Kerja

Dipelajari data sekunder berupa luasan tiap penggunaan lahan ditiap dukuh dan data yang yang diketahui yakni diameter pohon, tinggi pohon, jumlah pohon beserta jenisnya, jumlah tiang beserta jenisnya, untuk setiap dukuh. Masing-masing dukuh dikelompokkan luasan tiap penggunaan lahannya dan juga jenis yang diperhitungkan. Masukkan ke dalam tabel melalui pemberian Ms. Excel.Dihitung jumlah kayu dan volume kayu per hektar pada masing-masing penggunaan lahan ditiap dukuh, dimana volume kayu yang dicari merupakan volume kayu perkakas. Rumus Vkp = 0,25 x 3,14 x d2 x t x f dimana f merupakan bilangan bentuk (untuk jati 0,6 dan untuk jenis lain 0,7).Kompilasikan hasil perhitungan potensi tegakan untuk satu desa.

Daftar Pustaka

Darusman, D dan Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Distanhut. 2014. Pengelolaan Hutan Rakyat. Dinas Pertanian dan Kehutanan Bogor. Bogor
Simon, Hasanu. 1995. Metode Inventore Hutan. Media Aditya. Yogyakarta.
Sukadaryati. 2006. Potensi Hutan Rakyat di Indonesia dan Permasalahannya.  [Prosiding] Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006; Bogor. Departemen Kehutanan. hlm. 49-57.
Taufik, T.H , Affianto, A., Wibowo, A.D., Slamet, R. 2005. Analisis Biaya dan Pendapatan dalam Pengelolaan PHBM Sebuah Panduan Perhitungan Bagi Hasil. Pustaka Latin. Bogor.


Sumber http://sangkualita.blogspot.com

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Laporan Praktikum Pengukuran Dan Inventarisasi Hutan Penaksiran Potensi Hutan Rakyat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel