-->

iklan banner

Pengertian Konsumen Dan Hak Konsumen

a. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Secara harafiah arti kata consumer yaitu (lawan dari produsen) setiap orang yang memakai barang. Konsumen pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapat barang untuk digunakan dan tidak untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan lagi. Konsumen berdasarkan Pasal 1 angka 2 undang-Undang Perlindungan Konsumen adalahsetiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Selain pengertian-pengertian di atas, dikemukakan pula pengertian konsumen, yang khusus berkaitan dengan problem ganti rugi. Di Amerika serikat, pengertian konsumen meliputi “korban produk cacat” yang bukan hanya meliputi pembeli, melainkan juga korban yang bukan pembeli, namun pemakai, bahkan korban yang bukan pemakai memperoleh derma yang sama dengan pemakai. Sedangkan di Eropa, hanya dikemukakan pengertian konsumen berdasarkan Product Liability Directive (selanjutnya disebut Directive) sebagai fatwa bagi negara MEE dalam menyusun ketentuan mengenai Hukum Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Directive tersebut yang berhak menuntut ganti kerugian yaitu pihak yang menderita kerugian (karena maut atau cedera) atau kerugian berupa kerusakan benda selain produk yang cacat itu sendiri.
Pakar problem konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para jago aturan pada umumnya setuju mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa. Dengan rumusan itu, Hondius ingin membedakan antara konsumen bukan pemakai simpulan (konsumen antara) dan konsumen pemakai akhir. Konsumen dalam arti luas meliputi kedua kriteria itu, sedangkan konsumen pemakai dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakai terakhir. Untuk menghindari kerancuan pemakaian istilah “konsumen” yang mengaburkan dari maksud yang sesungguhnya.
Terdapat beberapa batasan pengertian konsumen, yakni:
1) Konsumen yaitu setiap orang yang mendapat barang dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu;
2) Konsumen antara yaitu setip orang yang mendapat barang dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan menciptakan barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial).
3) Konsumen simpulan yaitu setiap orang alami yang mendapat dan memakai barang dan/atau jasa, untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali (non-komersial).
Bagi konsumen antara, barang atau jasa itu yaitu barang atau jasa kapital, berupa materi baku, materi penolong atau komponen dari produk lain yang akan diproduksinya. Konsumen antara ini mendapat barang atau jasa itu di pasar industri atau pasar produsen. Melihat pada sifat penggunaan barang dan/atau jasa tersebut, konsumen antara ini sebenarnya yaitu pengusaha, baik pengusaha perorangan maupun pengusaha yang berbentuk tubuh aturan atau tidak, baik pengusaha swasta maupun pengusaha publik (perusahaan milik negara), dan sanggup terdiri dari penyedia dana (investor), pembuat produk simpulan yang digunakan oleh konsumen simpulan atau produsen, atau penyedia atau penjual produk simpulan menyerupai supplier, distributor, atau pedagang.Sedangkan konsumen akhir, barang dan/atau jasa itu yaitu barang atau jasa konsumen, yaitu barang dan/atau jasa yang biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau rumah tangganya (produk konsumen). Barang dan/atau jasa konsumen ini umumnya diperoleh di pasar-pasar konsumen. Nilai barang atau jasa yang digunakan konsumen dalam kebutuhan hidup mereka tidak diukur atas dasar untung rugi secara irit belaka, tetapi semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup raga dan jiwa konsumen.

b. Hak dan Kewajiban Konsumen
Dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatur mengenai hak konsumen. Hak konsumen yaitu :
1) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
2) hak untuk menentukan barang dan/atau jasa serta mendapat barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3) hak atas gosip yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;
4) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
5) hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa derma konsumen secara patut;
6) hak untuk mendapat pelatihan dan pendidikan konsumen;
7) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8) hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen lebih luas daripada hak-hak dasar konsumen sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika serikat J.F. Kennedy di depan Kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yang terdiri dari:
a. hak memperoleh keamanan;
b. hak memilih;
c. hak mendapat informasi;
d. hak untuk didengar.
Keempat hak tersebut merupakan cuilan dari Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia yang dicanangkan PBB pada tanggal 10 Desember 1948, masing-masing pada Pasal 3, 8, 19, 21, dan Pasal 26, yang oleh Organisasi Konsumen Sedunia (Organization of Consumer Union - IOCU) ditambahkan empat hak dasar konsumen lainnya, yaitu:32
a. hak untuk memperoleh kebutuhan hidup;
b. hak untuk memperoleh ganti rugi;
c. hak untuk memperoleh pendidikan konsumen;
d. hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang higienis dan sehat.
Disamping itu, Masyarakat Eropa (Europese Ekonomische Gemeenschap atau EEG) juga telah menyepakati lima hak dasar konsumen sebagai berikut:
a. hak derma kesehatan dan keamanan (recht op bescherming van zijn gezendheid en veiligheid);
b. hak derma kepentingan ekonomi ( recht op bescherming van zijn economische belangen);
c. hak mendapat ganti rugi (recht op schadevergoeding);
d. hak atas penerangan (recht op voorlichting en vorming);
e. hak untuk didengar (recht om te worden gehord).
Beberapa rumusan wacana hak-hak konsumen yang telah dikemukakan,secara garis besar sanggup dibagi dalam tiga hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:
1. hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan;
2. hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar; dan
3. hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang dihadapi.
Oleh lantaran itu, ketiga hak prinsip dasar tersebut merupakan himpunan beberapa hak konsumen sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka hal tersebut sangat esensial bagi konsumen, sehingga sanggup dijadikan/ merupakan prinsip derma konsumen di Indonesia.
Selain hak konsumen, kewajiban konsumen juga diatur di dalam Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Kewajiban konsumen antara lain:
1) beritikad baik dalam melaksanakan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
2) membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
3) mengikuti upaya penyelesaian aturan sengketa derma konsumen secara patut.
Menyangkut kewajiban konsumen beriktikad baik hanya tertuju pada transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan lantaran bagi konsumen, kemungkinan untuk sanggup merugikan produsen mulai pada dikala melaksanakan transaksi dengan produsen. Berbeda dengan pelaku perjuangan kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai semenjak barang dirancang/diproduksi oleh produsen (pelaku usaha).
Kewajiban lain yang perlu mendapat klarifikasi lebih lanjut yaitu kewajiban konsumen mengikuti upaya penyelesaian aturan sengketa derma konsumen secara patut. Kewajiban ini dianggap sebagai hal baru, alasannya sebelum diundangkannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen hampir tidak dirasakan adanya kewajiban secara khusus menyerupai ini dalam kasus perdata, sementara dalam masalah pidana tersangka/terdakwa lebih banyak dikendalikan oleh pegawanegeri kepolisian dan/atau kejaksaan.
Adanya kewajiban menyerupai ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen dianggap tepat, alasannya kewajiban ini yaitu untuk mengimbangi hak konsumen untuk mendapat upaya penyelesaian sengketa derma konsumen secara patut. Hak ini akan menjadi lebih gampang diperoleh bila konsumen mengikuti penyelesaian sengketa secara patut. Hanya saja kewajiban konsumen ini, tidak cukup untuk maksud tersebut bila tidak diikuti oleh kewajiban yang sama dari pihak pelaku usaha.

Sumber http://handarsubhandi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pengertian Konsumen Dan Hak Konsumen"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel