-->

iklan banner

Kejahatan Spionase (Cyber Espionage)

Spionase atau tindakan memata-matai yaitu suatu tindakan yang melibatkan pemerintah atau secara individual untuk mendapat informasi yang diam-diam atau sangat penting tanpa adanya izin dari pemilik informasi tersebut. Spionase merupakan kegiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi yang biasanya merupakan tindakan ilegal dan sanggup dihukum.38 Tindakan spionase biasa dilakukan menurut undangan dari suatu instansi baik instansi pemerintahan maupun berasal dari perusahaan untuk kepentingan bisnis. Permintaan spionase dari pemerintah biasanya merupakan undangan yang berafiliasi dengan kegiatan militer dari musuh sedangkan spionase yang berafiliasi dengan perusahaan biasa dikenal dengan istilah spionase industri. Salah satu cara yang efektif untuk mendapat data dan informasi mengenai musuh yaitu dengan melalui cara memasuki wilayah musuh. Tugas ini biasa dilakukan oleh intel (agen spionase). Mata-mata sanggup membawakan kembali seluruh bab informasi mengenai ukuran maupun kekuatan dari pasukan musuh.

Mereka bahkan sanggup menemukan orang-orang yang tidak sepakat dengan gaya perang musuh dan memengaruhi mereka untuk berbalik melawan. Di dalam waktu yang penting, intel sanggup mencuri teknologi dan menyabotase pihak musuh dengan banyak sekali cara. Saat ini, tiap negara telah mempunyai aturan yang ketat yang mengatur mengenai spionase dan juga eksekusi yang berat bagi intel yang tertangkap. Akan tetapi, laba yang diperoleh dengan memakai spionase umumnya sangatlah besar sehingga sebagian besar pemerintahan dan perusahaan menggunakannya.
Kejahatan siber berkembang pesat. Banyak ragam kejahatan siber yang telah beredar di seluruh dunia. Salah satu bentuk kejahatan siber tersebut yaitu Cyber Espionage atau spionase siber. Cyber Espionage yaitu kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melaksanakan kegiatan intel terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap tentangan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem komputerisasi. Cyber espionage sendiri telah disebutkan di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 perihal Informasi dan Transaksi Elektronik namun tidak didefinisikan secara jelas. Pasal yang berafiliasi dengan cyber espionage terdapat dalam Pasal 30 ayat (2), Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 32 ayat (2). Sedangkan secara internasional, cyber espionage disebut dalam Convention On Cybercrime yang dibentuk oleh Council of Europe yang dibentuk di Budapest tahun 2001 lalu. Dalam konvensi tersebut tidak disebutkan secara gamblang mengenai cyber espionage, namun hanya disebutkan ciri-ciri yang mengarah kepada tindakan cyber espionage menyerupai yang terdapat dalam Pasal 2 perihal Akses Ilegal dan Pasal 3 perihal Penyadapan Ilegal.
Cyber espionage bukan merupakan suatu bentuk kejahatan yang gres namun bukan pula suatu bentuk kejahatan yang lama. Berkat perkembangan teknologi masa kini, kasus-kasus cyber espionage berkembang dengan cepat. Berdasarkan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang keamanan komputer, Symantec, spionase merupakan salah satu ke khawatiran utama dari perusahaan-perusahaan. Perusahaan mengakui, spionase industri tetap menjadi kekhawatiran utama mereka. Sebanyak 45 persen responden mengakui menemukan orang dalam yang berbahaya. Banyak serangan yang justru berasal dari internal perusahaan, alasannya yaitu persoalan persaingan. Ini dianggap lebih berbahaya, alasannya yaitu dibandingkan serangan dari luar yang bisa diantisipasi secara global, serangan dari dalam akan sulit terlacak secara dini.
Serangan cyber espionage sendiri memakai mediator melalui virus dengan cara mengirimkan virus masuk ke komputer lawan dan kemudian virus tersebut akan memantau acara yang terjadi di komputer yang dimasukinya. Seperti halnya masalah yang terjadi di Timur Tengah, terutama di Iran dimana virus komputer gres berjulukan Flame dikabarkan telah menyerang ratusan komputer.
Virus gres yang sangat cendekia itu diduga dibentuk Israel untuk mengacaukan agenda nuklir Iran.
Flame tak hanya bisa mengambil seluruh data yang tersimpan di dalam komputer yang terinfeksi, tapi juga bisa memantau seluruh acara pengguna komputer, dengan cara mengambil gambar layar yang sedang dibuka dan merekam tombol-tombol yang ditekan pada papan ketik (keystrokes). Flame juga bisa mengaktifkan sistem audio komputer, termasuk mikrofon, sehingga bisa menguping setiap pembicaraan pengguna. Keunggulan lain Flame yaitu mengakses telepon seluler berkoneksi bluetooth yang berada di sekitar komputer terinfeksi. Kemampuan dari virus tersbut dipakai untuk memata-matai bahkan sanggup dipakai untuk melaksanakan sabotase terhadap negara yang diserangnya.
Selain serangan yang dilakukan oleh Israel, Iran juga melakuakn serangan siber ke negara lawan menyerupai yang dilakukan Iran ketika melaksanakan serangan terhadap salah satu bank terbesar di Amerika Serikat, JP Morgan Chase, sehingga menciptakan situs bank tersebut down. Kasus serangan siber ke institusi keuangan di Amerika Serikat sudah sering terjadi dalam beberapa bulan belakangan ini. Tercatat, bank-bank besar AS, menyerupai Wells Fargo, Bank of America, Chase, Citigroup, dan HSBC, sudah terkena serangan Ddos (distributed denial of service). Pihak pemerintah Amerika Serikat dan peneliti keamanan menduga, Iran merupakan pihak yang bertanggung jawab atas persoalan tersebut. Penjahat siber ini menyerang dengan memanfaatkan injeksi malware. Melalui malware ini, penjahat tersebut sanggup menyusup ke server dan mengambil data dari korbannya.
Selain serangan cyber espionage yang dilakukan oleh negara Timur Tengah menyerupai Iran dan Israel, serangan siber espionage juga dilakukan oleh Korea Utara terhadap negara tetangganya, Korea Selatan. Seperti yang diberitakan oleh Kompas, sejumlah perusahaan keamanan siber memperingatkan bahwa para peretas Korea Utara dalam menjalankan aksinya tidak hanya berupaya dalam menghapus data dari perangkat penyimpan jaringan komputer yang mereka serang namun mereka juga berupaya untuk mencuri rahasia-rahasia militer dua musuh besarnya, Amerika Serikat dan Korea Selatan. Para periset Laboratorium McAfee yang berbasis di Santa Clara, California, Amerika Serikat, menyatakan virus jenis malware terdeteksi sengaja sengaja dirancang dan diunggah khusus untuk mencari informasi yang mengacu pada kata-kata tertentu. Kata-kata yang menjadi contoh bagi malware tersebut bekerja contohnya “pasukan AS di Korsel”, latihan perang”, atau bahkan “rahasia”. Malware tersebut diperkirakan sudah tertanam semenjak tahun 2009 bahkan pada tahun 2007 telah dideteksi malware yang lebih kurang serupa.
Selain virus Flame, serangan cyber espionage juga dilakukan dengan memakai virus Stuxnet. Stuxnet merupakan virus yang dipercayai dibentuk oleh Amerika Serikat dan Israel untuk menyerang akomodasi nuklir Iran. Virus ini ditemukan pada bulan Juni 2010. Virus Stuxnet didesain bekerja dengan cara hanya memasuki Siemens supervisory control and data acquisition (SCADA). Virus Stuxnet didesain hanya menyerang sistem tersebut dikarenakan sistem tersebut yang dipakai oleh pihak Iran untuk mengontrol dan dan memonitor proses industri akomodasi nuklir Iran. Stuxnet akan memasuki sistem tersebut dan melaksanakan acara pengintaian dan menumbangkan sistem industri dan menyertakan programmable logic controller rootkit yang akan mengambil alih kontrol dari komputer yang diserang.
Amerika Serikat dan Israel berhasil melumpuhkan akomodasi nuklir Iran dengan memakai serangan dari virus Stuxnet. Virus tersebut berhasil menyabotase akomodasi pengolahan uranium yang berada di Natanz. Virus tersebut mengakibatkan penurunan kapasitas sebesar 30 persen. Virus tersebut menyabotase mesin pemutar dengan cara pertama menaikkan kecepatannya dan kemudian menurunkan kembali sehingga menciptakan mesin pemutar menjadi rusak.

Sumber http://handarsubhandi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kejahatan Spionase (Cyber Espionage)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel