-->

iklan banner

Asas-Asas Aturan Kewarisan Islam

Yang menyangkut asas-asas aturan kewarisan Islam sanggup digali dari ayat-ayat aturan kewarisan serta sunah nabi Muhammad SAW. Asas-asas sanggup diklasifikasikan sebagi berikut: (Suhardi K Lubis, 1995:37).
1. Asas Ijbari
Secara etimologi “Ijbari” mengandung arti paksaan, yaitu melaksanakan sesuatu diluar kehendak sendiri. Dalam hal aturan waris berarti terjadinya peralihan harta seseorang yang telah meninggal kepada yang masih hidup terjadi dengan sendirinya. Artinya tanpa adanya perbuatan aturan atau pernyataan kehendak dari pewaris. Dengan perkataan lain adanya simpulan hidup pewaris secara otomatis hartanya beralih kepada hebat warisnya.
Asas Ijbari ini sanggup dilihat dari aneka macam segi yaitu: 1 dari peralihan harta, 2 dari segi jumlah harta yang beralih, 3 dari segi kepada siapa harta itu akan beralih. Kententuan asas Ijbari ini sanggup dilihat antara lain dalam ketentuan Quran surat An-Nisa ayat 7 yang menyelaskan bahwa: “bagi seorang pria maupun wanita ada nasib dari harta peninggalan orang tuanya atau dari karib kerabatnya
kata nasib dalam ayat tersebut dalam arti saham, bab atau jatah dari harta peninggalan sipewaris.”

2. Asas Bilateral
Yang dimaksud dengan asas bilateral dalam aturan kewarisan Islam ialah seseorang mendapatkan hak kewarisan bersumber dari kedua belah pihak kerabat, yaitu dari garis keturunan wanita maupun keturunan laki-laki. Asas bilateral ini secara tegas sanggup di temui dalam ketentuan Quran surat an-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 176 antara lain dalam ayat 7 dikemukakan bahwa seorang pria berhak memperoleh warisan dari pihak ayahnya maupun ibunya. Begitu juga dengan wanita menerima warisan dari kedua belah pihak orang tuanya. Asas bilateral ini juga berlaku pula untuk kerabat garis kesamping (yaitu melalui ayah dan ibu).
3. Asas Individual
Pengertian asas individual ini adalah: setiap hebat waris (secara individu) berhak atas bab yang didapatkan tanpa terikat kepada hebat waris lainya. Dengan demikian bab yang diperoleh oleh hebat waris secara individu berhak mendapatkan semua harta yang telah menjadi bagianya. Ketentuan ini sanggup dijumpai dalam ketentuan Quran surat an-Nisa ayat 7 yang mengemukakan bahwa bab masing-masing hebat waris ditentukan secara individu.
4. Asas keadilan berimbang
Asas keadilan berimbang maksudnya ialah keseimbangan antara antara hak dengan kewajiban dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan kebutuhan dan kegunaan. Dengan perkataan lain sanggup dikemukakan bahwa faktor jenis kelamin tidak memilih dalam hak kewarisan. Dasar aturan asas ini ialah dalam ketentuan Quran surat An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 179.
5. Kewarisan Akibat Kematian
Hukum waris Islam memandang bahwa terjadinya peralihan harta hanya semata-mata alasannya ialah adanya kematian. Dengan perkataan lain harta seseorang tidak sanggup beralih apabila belum ada kematian. Apabila pewaris masih hidup maka peralihan harta tidak sanggup dilakukan dengan pewarisan.


Sumber http://handarsubhandi.blogspot.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Asas-Asas Aturan Kewarisan Islam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel