Sarjana Kompetitif
Oleh : Bambang Hidayat
Apa itu “sarjana kompetitif ” ? Nah loe... sarjana muda, tua, maupun usang pokoknya untuk seluruh sarjana di negara ini, tahu nggak apa itu sarjana kompetitif? Coba pikir! Normalnya untuk mendapat gelar sarjana harus menempuh pendidikan selama 16 tahun, SD selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas juga 6 tahun, ditambah lagi pendidikan di tingkat perguruan tinggi tinggi selama 4 tahun (S.1). Gelar sarjana bukanlah gelar main-main atau abal-abal, butuh pengorbanan yang tak sedikit untuk mendapatkannya. Mulai dari korban perasaan, korban tenaga, korban pikiran ditambah lagi korban finansial yang jumlahnya tidaklah sedikit. Semua itu kita persembahkan untuk kedua orang tua, sosok yang tak kan pernah terhitung jasa-jasanya dalam hidup kita. Mereka tulus memeras keringat, banting-tulang, ngutang sana-sini, rela tak makan yummy hanya untuk membiayai pendidikan anaknya tercinta diperantauan. Pernah nggak loe bayangin betapa besar pengorbanan mereka buat kita? Dalam doa-doa mereka di sepertiga malam tak jarang nama mu disebutnya lebih usang dan penuh hikmat. Namun, apa yang sering terjadi? Faktanya dan sungguh sangat miris, semua pengorbanan itu terbuang sia-sia, uang yang dikirim habis untuk hura-hura. Begitu banyak hura-hura yang kita lakukan seolah menjadi hal biasa tanpa dosa. Uang itu habis untuk membeli rokok yang katanya untuk membeli buku, uang itu habis untuk membiayai pacar yang katanya untuk membayar SPP, uang itu habis untuk membeli baju atau fashion semata biar terlihat trendi dan nggak ketinggalan zaman. Intinya kita menghabiskan uang kiriman orang renta tidak pada tempatnya. Belum sarjana saja dosa-dosa kita sudah begitu banyak. Marilah kita menginsyafi dosa-dosa ini kawan, setiap apa yang kita lakukan akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Jadilah sosok anak dan insan yang berbakti kepada kedua orang tua, ingat rido dewa tergantung pada rido kedua orang tua.
Jadilah anak yang membanggakan kedua orang renta serta sanggup menunjukkan sumbangsi bagi masyarakat, bangsa dan negara. Mumpung kedua orang renta masih menunjukkan dukungannya. Sebelum semua terlambat, jadikanlah waktu dan kesempatan untuk melesat. Raihlah gelar sarjana mu, sebelum baju pengantin mu ... (hehehehe ...). Jadikanlah kampus sebagai wadah untuk menuntut ilmu sebaik-baiknya. Saat di pondokan atau kos-kosan jangan buang-buang waktu. Belajar dan belajarlah sebaik mungkin. Gunakan waktu untuk menggali seluruh potensi yang Tuhan berikan. Teman terbaik seorang mahasiswa ialah buku. Perbanyak diskusi dan kunjungi majelis ilmu di setiap kesempatan. Optimalkan perpustakaan yang ada di kampus. Perlu disadari bahwa jalan para penuntut ilmu ialah jalan yang sunyi, senyap dan sepi (3S). Namun, karenanya menggembirakan. Yakinlah apa yang kita lakukan ketika ini akan berimbas pada masa depan kita. Oleh alasannya ialah itu, jangan buang-buang waktu kita untuk hal-hal yang sama sekali tak berguna. Efisiensikan waktu untuk berprestasi semoga tidak busuk di lalu hari. Hidup cuma sekali, jadilah pribadi yang mumpuni. Ikuti perkuliahan sesuai mekanisme di kampus, tiba sempurna waktu, terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung, jadilah yang terbaik di setiap kesempatan. Tunjukkan bahwa kita ialah mahasiswa yang unggul, cakap, dan berakhlak mulia. Mampu mengolah waktu dengan baik ialah ciri mahasiswa kompetitif sekaligus sarjana kompetitif di lalu hari. Saat kuliah, ketika menjadi mahasiswa, ketika masih menuntut ilmu pergunakanlah dengan penuh kesadaran untuk membangun jiwa kompetitif. Bangsa yang besar ialah bangsa yang penuh kompetensi atau mempunyai sarjana-sarjana kompetitif di banyak sekali bidang ilmu pengetahuan. Tidak gampang untuk menjadi sarjana kompetitif. Kebiasaan kita waktu kuliah, ketika menjadi mahasiswa akan membentuk pribadi kita sehabis meraih gelar sarjana. Lalu kini muncul pertanyaan, sarjana ibarat apakah kita? Silahkan saudara-saudari ku merenunginya sendiri. Jejak rekam hidup kita, hanya kita yang tahu, bukan orang lain. Sarjana kompetitif merupakan citra sosok yang paripurna, mempunyai kompetensi yang unggul, bijak, cakap dan berakhlak mulia. Sosok ini sanggup digambarkan sebagai pribadi yang visioner. Time is study, time is pray, time is money (3T). Sosok sarjana kompetitif sangat langka namun bukan berarti tidak ada.
Dikatakan langka alasannya ialah kuantitasnya masih sangat rendah. Implikasinya ialah begitu banyak pengangguran di negara ini. Dan anehnya lagi, pengangguran itu didominasi oleh para sarjana yang notabene disebut sebagai masyarakat berpendidikan. Sebagian masyarakat berpandangan bahwa banyaknya pengangguran akhir mutu pendidikan yang rendah. Namun, apakah semua itu harus kita “iyakan”? Belakangan memang ada benarnya bahwa mutu pendidikan yang diberikan kampus-kampus masih jauh dari yang diharapkan. Tapi, hal yang paling fundamental dan menyangkut eksistensi kita sebagai insan ialah “tekad”. Tanpa modal tekad atau kesungguhan yang berpengaruh dalam kondisi apapun tentu tak akan menunjukkan dampak yang berarti. Mungkin akomodasi yang dimiliki kampus sangat lengkap, mempunyai perpustakaan, ada lab komputer, mempunyai ruang diskusi yang baik. Namun, mahasiswa yang kuliah di kampus itu tidak mempunyai tekad untuk menjadi insan kompetitif, maka semua akomodasi yang ada terhitung percuma. Menjadi maju itu problem manusianya, mau maju atau tidak? Sungguh ironis bila kita hanya melihat dari satu sisi. Agar bangsa kita maju dan terbebas dari penjajahan, maka sudah sepatutnya permasalahan yang menyangkut kompentensi keluaran universitas menjadi sorotan. Siapa yang ingin maju? Tentu manusianya. Manusia yang mempunyai gelar sarjana (bukan sekedar gelar pajangan apalagi gelar abal-abal) akan menunjukkan konstribusi yang besar bagi kemajuan bangsa dan negaranya. Sarjana kompetitif ialah sarjana yang menciptakan perubahan, tidak pasif tapi dinamis, tidak menunggu disuapi, penuh sumbangsi, penuh pandangan gres yang konstruktif, tidak sekadar ngomong belaka tapi penuh dengan agresi nyata, dan taat norma serta aturan negara. Jadilah sarjana kompetitif yang akan menuai cinta dari masyarakat, bangsa dan negara.
Semoga bermanfaat ... Jangan lupa komen-nya dan sering-sering berkunjung ya ...!!!
0 Response to "Sarjana Kompetitif"
Posting Komentar