Guru Sebagai Biro Pembelajaran
Guru sebagai Agen Pembelajaran yang sudah dikemukakan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, bahwa: “Pendidik harus mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai biro pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa: “yang dimaksud dengan pendidik sebagai biro pembelajaran (learning agent) yakni kiprah pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi wangsit berguru bagi penerima didik”.
Sukar untuk memilih bahu-membahu guru yang baik. Walaupun demikian sanggup juga diberikan beberapa prinsip yang berlaku umum untuk semua guru yang baik, adalah:
1. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.
2. Memahami materi pelajaran yang diberikannya.
3. Memilih metode yang sesuai.
4. Menyesuaikan materi pelajaran dengan kesanggupan murid.
5. Mengaktif murid dalam hal belajar.
6. Memberikan pengertian
7. Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
8. Memiliki tujuan tertentu dari setiap pelajaran.
9. Tidak terikat dengan satu buku teks.
10. Tidak memberikan pengetahuan saja tapi berusaha membentuk kepribadian anak.
A. Guru Sebagai Fasilitator
Guru sebagai fasilitator bertugas menawarkan fasilitas berguru kepada seluruh penerima didik, biar mereka sanggup berguru dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka.
Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus mempunyai tujuh sikap menyerupai yang diidentifikasikan Rogers berikut ini.
1. Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka.
2. Dapat lebih mendengarkan penerima didik, terutama wacana aspirasi dan perasaannya.
3. Mau dan bisa mendapatkan ide penerima didik yang inovatif, dan kreatif bahkan yang sulit sekalipun.
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap korelasi dengan penerima didik menyerupai halnya terhadap materi pembelajaran.
5. Dapat mendapatkan balikan, baik yang sifatnya nyata maupun negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya.
6. Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat penerima didik selama proses pembelajaran, dan
7. Menghargai prestasi penerima didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.
Sebagai seorang guru tidak hanya bertugas untuk mengajar dan memahami materi pelajaran yang akan diberikan, namun guru juga harus memahami keadaan penerima didik. Beberapa hal yang harus dipahami guru dari penerima didik antara lain: kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga dan kegiatannya di sekolah.
B. Guru sebagai Motivator
Motivasi merupakan salah satu faktor yang sanggup meningkatkan kualitas pembelajaran, alasannya yakni penerima didik akan berguru dengan sungguh-sungguh apabila mempunyai motivasi yang tinggi. Oleh alasannya yakni itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus bisa membangkitkan motivasi berguru penerima didik.
1. Teori Motivasi dari Maslow
Kebutuhan dasar yang dikatakan Maslow sebagai bertata jenjang (hierarki) ada lima yaitu:
a. Kebutuhan untuk Aktualisasi Diri
b. Kebutuhan untuk Dihargai
c. Kebutuhan untuk Diakui
d. Kebutuhan akan Rasa Aman
e. Kebutuhan Psikologis
Dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran, teori Maslow ini sanggup dipakai sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa:
a. Peserta didik yang lapar, sakit atau kondisi fisiknya tidak baik tidak mempunyai motivasi untuk belajar.
b. Peserta didik lebih bahagia berguru dalam suasana yang menyenangkan.
c. Peserta didik yang merasa disenangi, diterima oleh teman atau kelompoknya akan mempunyai minat berguru yang lebih dibanding dengan penerima didik yang diabaikan atau dikucilkan.
d. Keinginan penerima didik untuk mengetahui dan memahami sesuatu tidak selalu sama.
2. Cara Membangkitkan Nafsu Belajar
Berdasarkan teori motivasi di atas terdapat beberapa prinsip yang sanggup diterapkan untuk meningkatkan nafsu berguru penerima didik, antara lain:
a. Peserta didik akan berguru lebih ulet apabila topik yang dipelajarinya menarik, dan berkhasiat bagi dirinya.
b. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan terperinci dan diinformasikan kepada penerima didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar.
c. Peserta didik harus selalu diberitahu wacana kompetensi, dan hasil belajarnya.
d. Pemberian kebanggaan dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu eksekusi juga diperlukan.
e. Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi penerima didik.
f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual penerima didik
g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan penerima didik tersebut.
Dede Suryadi mengemukakan ada beberapa hal yang patut diperhatikan biar sanggup membangkitkan motivasi berguru yakni sebagai berikut:
1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai,
2) Membangkitkan minat siswa,
3) Menciptakan suasana berguru yang menyenangkan,
4) Memberi kebanggaan yang masuk akal terhadap keberhasilan siswa,
5) Memberikan penilaian yang positif,
6) Memberi komentar wacana hasil pekerjaan siswa, dan
7) Menciptakan persaingan dan kerja sama.
C. Guru sebagai Pemacu
Sebagai pemacu berguru guru harus bisa melipat gandakan potensi penerima didik dan menyebarkan sesuai dengan aspirasi dan impian mereka. Guru harus memahami bahwa setiap orang memerlukan sumbangan orang lain dalam perkembangannya tidak terkecuali penerima didik yang memerlukan bantuan.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan menawarkan fasilitas berguru bagi seluruh penerima didik, biar sanggup menyebarkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut.
1. Orang bau tanah yang penuh kasih sayang pada penerima didiknya.
2. Teman, kawasan mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para penerima didik.
3. Fasilitator yang selalu siap menawarkan kemudahan, dan melayani penerima didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang bau tanah untuk sanggup mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan menawarkan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan penerima didik untuk saling berafiliasi dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang masuk akal antar penerima didik, orang lain dan lingkungannya.
8. Mengembangkan kreatifitas.
9. Menjadi pembantu dikala diperlukan.
D. Guru sebagai Pemberi Inspirasi
Sebagai pemberi wangsit belajar, guru harus bisa memerankan diri dan menawarkan wangsit bagi penerima didik, sehingga acara berguru dan pembelajaran sanggup membangkitkan aneka macam pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru.
Untuk itu guru harus bisa membuat lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada penerima didik, biar sanggup menawarkan inspirasi, membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar. Iklim berguru yang aman merupakan faktor pendorong yang sanggup menawarkan daya tarik tersendiri bagi proses belajar. Lingkungan yang aman antara lain sanggup dikembangkan melalui aneka macam layanan dan acara sebagai berikut.
1. Memberikan pilihan bagi penerima didik yang lambat maupun yang cepat dalam melaksanakan kiprah pembelajaran.
2. Memberikan pembelajaran remedial bagi penerima didik yang kurang berprestasi, atau berprestasi rendah.
3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh penerima didik secara optimal.
4. Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar penerima didik maupun antara penerima didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain.
5. Melibatkan penerima didik dalam proses perencanaan berguru dan pembelajaran.
6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara penerima didik dan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber belajar.
7. Mengembangkan sistem penilaian berguru dan pembelajaran yang menekankan pada penilaian diri sendiri.
Sebagai pemberi inspirasi, guru juga sanggup memerankan dirinya sebagai pembawa ceritera. Dengan ceritera-ceritera yang menarik diharapkan sanggup membangkitkan aneka macam wangsit penerima didik. Sebagai pendengar, penerima didik sanggup mengidentifikasi watak-watak pelaku yang ada dalam ceritera, sanggup secara objektif menganalisa, menilai manusia, kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran.
REFERENSI
penaagakmacet.blogspot.com/search?q=guru-sebagai-agen-pembelajaran
E. Mulyasa, M.Pd, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 53.
E. Mulyasa, M.Pd, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 53.
Prof. Dr. H. Buchari Alma, M.Pd. dkk, Guru Profesional (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar), Bandung: Alfabeta, 2008, hal. 149-150.
Drs. Dede Suryadi, Guru Sebagai Motivator Siswa, 11 Februari 2010. bataviase.co.id
0 Response to "Guru Sebagai Biro Pembelajaran"
Posting Komentar