-->

iklan banner

Laporan Whole Mount Binatang Mikroteknik


BAB  I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang

Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat binatang maupun tumbuhan, menganalisis preparat mikroskopis dan melaksanakan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan tunjangan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan. Beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan preparat tumbuhan, yaitu metode parafin, metode squash, metode asetolisis, metode maserasi dan metode whole mount. Laporan ini melaporkan beberapa hasil pembuatan preparat dengan metode-metode tersebut.
Berdasarkan sifat ketahanannya, preparat sanggup dibedakan menjadi preparat sementara (preparat basah), preparat semipermanen (1/2 awetan) dan preparat permanen (awetan). Preparat sementara bersifat tidak tahan usang dan biasanya hanya untuk sekali pengamatan. Preparat ini memakai medium air atau materi kimia yang gampang menguap. Preparat semipermanen menggunakan media gliserin dan bisa bertahan untuk sekitar seminggu penyimpanan. Preparat permanen atau preparat awetan merupakan preparat yang diawetkan memakai balsam, gliserin jelly, lactophenol atau senyawa lain sebagai biro mountingnya. Sehingga preparat permanen sanggup bertahan beberapa lama.

1.2 Rumusan masalah
            Rumusan problem yang didapatkan berdasarkan latar belakang diatas adalah:
-Bagaimana menciptakan sediaan organisme atau bab badan binatang secara utuh?
1.2    Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini yakni menciptakan sediaan organisme atau bab badan binatang secara utuh


Baca Juga


BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

Metoda ini dipersiapkan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organisme (baik binatang maupun tumhuhan) secara utuh. spesimen kultur, organ, maupun bab organ, embrio, sel telur, spermatozoa ,potongan syaraf,pembuluh darah, jenis-jenis selaput tipis dan sebagainya. Melalui metoda ini diusahakan biar kita menerima kesan bentuk aslinya dengan mempertahankan format-format taga dimensinya. Yang menjadi pembatas yakni faktor ukuran, ketabalan, serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut yang berkaitan dengan faktor pembesaran pengamatan melalui mikroskop nantinya. Sediaan dengan ketebalan 2 mm dan transparan akan memungkinkan untuk diamati hingga tingkat perbasaran tidak lebih dari 30 kali. Sediaan dengan ketebalan 0,5 mm mungkin hanya akan mencapai tingkat perbesaran 100 kali.

Sediaan permanen dengan ketebalan 0,2 mm atau lebih yang telah di dehidrasidan diberi media pelekap memerluka adanya suatu penunjang gelas epilog biar spesimen tidak menjadi rusak dan gelas penutupnya sendiri tidak pecah alasannya yakni proses pengeringan serta pengkerutan media tersebuut. Belakangan ini umum pula dipakai tabung plastik yang dipotong-potong secara melintang hingga dihasilkan cincin-cincin penunjang dengan ketebalan yang sesuai dengan tinggi serta ketebalan speimen. Tepi kawasan pemotongan sebaiknya dihaluskan dengan mengunakan kerrtas amplas (Gunarso, 1989).

Menurut (Joyner, 2008 dalam zaifbio 2010) Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Makara pada metode ini, preparat yang diamati yakni preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya ibarat saat organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang sanggup dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang dipakai untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melaksanakan penyayatan terhadap tumbuhan tersebut alasannya yakni metode ini memakai semua bab tumbuhan sebagai preparatnya. Tentu saja tumbuhan yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga sanggup termuat pada objek glass. Sedangkan pada tumbuhan yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan biar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini yakni sanggup mengamati seluruh bab tumbuhan dengan terang tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya yakni metode ini hanya bisa dilakukan pada tumbuhan dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tumbuhan yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melaksanakan bebagai percobaan (Gunarso, 1989).
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Makara pada metode ini, preparat yang diamati yakni preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya ibarat saat organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang sanggup dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja. Metode pembuatan preparat yang dipakai untuk pengamatan secara menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa melaksanakan penyayatan terhadap tumbuhan tersebut alasannya yakni metode ini memakai semua bab tumbuhan sebagai preparatnya. Tentu saja tumbuhan yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga sanggup termuat pada objek glass. Sedangkan pada tumbuhan yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan biar menjadi lebih rapi dan kecil. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini yakni sanggup mengamati seluruh bab tumbuhan dengan terang tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya yakni metode ini hanya bisa dilakukan pada tumbuhan dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa tumbuhan yang besar sehingga metode ini perlu terus dikembangkan dengan melaksanakan bebagai percobaan.( Joyner, 2008)




















BAB III
METODELOGI

 3.1 Alat dan bahan
Alat-alat yang dipakai pada praktikum ini yakni
Bahan-bahan yang dipakai pada praktikum ini yakni
3.2 Cara Kerja


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

5.2 Saran



             Rayap merupakan serangga yang hidup dalam kelompok sosial dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Serangga ini termasuk dalam Ordo Isoptera (Bhs Yunani, "iso" berarti sama dan "ptera" berarti sayap). Nama ini mengacu pada kasta reproduksi dimana mereka mempunyai sepasang sayap dengan bentuk dan ukuran antara sayap depan dan sayap belakang yang sama. Di alam bebas rayap berperan penting sebagai penjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu dan mengembalikannya sebagai "hara" ke dalam tanah. Namun di pemukiman rayap menjadi hama yang sangat merugikan alasannya yakni sanggup merusak bahan-bahan yang mengandung selulosa yang merupakan sumber kuliner bagi rayap, seperti: kayu, kertas, kain, dll sehingga rayap sering ditemukan menyerang kusen-kusen, furniture, gypsum, parquet, wallpaper, dll.

            Rayap mempunyai tiga bab utama yang mencakup : Kepala, Toraks, dan abdomen. Banyak orang yang menyebut rayap sebagai semut putih (white ant) alasannya yakni secara selintas antar keduanya mempunyai penampilan yang hampir sama  padahal terdapat beberapa perbedaan antara rayap dan semut yang meliputi:

a. Abdomen semut bab tengah mengecil sementara rayap tidak mengecil.
b. Semut mempunyai sepasang sayap dengan ukuran salah satu sayap lebih kecil dari sayap yang lian sedangkan rayap mempunyai sepasang sayap yang sama besar ukurannya.
c. Antena semut bersiku sementara antena rayap lurus
d. Rayap merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup rayap  terdiri dari telur --> nympa  --> sampaumur ; sedangkan semut ber-metamorfosis tepat yang mencakup fase telur --> larva --> pupa --> dewasa.
            Kelompok serangga ini mempunyai kemampuan pembiasaan yang lebih baik dibandingkan serangga lainnya. Kemampuan ini alasannya yakni rayap hidup dalam sebuah koloni yang mempu bertahan hidup lama. Dalam setiap koloni rayap pada umumnya terdapat tiga kasta yang dinamai berdasarkan fungsinya masing-masing:
- Kasta Pekerja
- Kasta Prajurit
- Kasta Reproduksi (Primer : Raja & Ratu dan Suplementer)
            Dalam hal ini bentuk (morfologi) dari setiap kasta berbeda satu dengan yang lain yang sesuai dengan fungsinya masing-masing.Kasta pekerja merupakan anggota yang terbanyak jumlahnya dalam koloni, berwarna pucat tanpa mata faset. Mendibelnya relatif kecil bila dibandingkan dengan Kasta prajurit. Kasta pekerja berfungsi mencari makan, merawat telur, menciptakan serta memelihara sarang. Mereka berperan dalam mengatur efektivitas koloni dengan jalan membunuh dan memakan individu-individu yang lemah atau mati untuk menghemat energi dalam koloninya. Sifat kanibalisme ibarat ini umum pada setiap jenis rayap dan sering berafiliasi dekat dengan sikap lainnya yang disebut TROFALAKSIS, yakni saling menjilat badan sesamanya sekaligus memakan lapisan kutikulapada stomodaeum atau proktodaeum yang dikeluarkan pada proses ganti kulit (ecdysis).
            Kasta Reproduksi Primer, terdiri dari serangga-serangga sampaumur yang bersayap dan menjadi pendiri koloni (raja dan ratu). Bila masa perkawinan telah datang imago-imago ini terbang keluar dari sarang dalam jumlah yang besar. Masa bersilang (swarming) ini merupakan masa perkawinan dimana seasang imago (jantan dan betina) bertemu dan segera menanggalkan sayapnya serta mencari kawasan yang sesuai di dalam tanah atau kayu. Tugas dari ratu sepanjang hidupnya yakni bertelur sedangkan makanannya dilayani oleh para pekerja. Seekor ratu bisa hidup 6 hingga 20 tahun bahkan hingga berpuluh-puluh tahun. Apabila reproduktif primer mati atau koloni membutuhkan penambahan reproduktif bagi ekspansi koloninya maka sanggup dibuat reproduktif sekunder (neoten). Neoten juga akan terbentuk jikalau sebagian suatu koloni terpisah (terisolasi) dari sarang utamanya sehingga suatu koloni gres terbentuk. Kasta ini sanggup terbentuk beberapa kali dalam jumlah yang besar sesuai dengan perkembangan koloni.

            2000 jenis rayap dan di Indonesia telah ditemukan tidak kurang dari 200 jenis rayap. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa kuliner utama rayap yakni Selulosa dan memang rayap merupakan satu-satuna kelompok serangga yang bisa memanfaatkan selulosa sebagai sumber makanannya.

            Jenis rayap yang paling banyak menjadikan kerusakan yakni golongan rayap tanah (Coptotermes, macrotermes, microtermes, dll) dan rayap kayu kering (cryptotermes). Khusus Rayap tanah yakni golongan rayap yang bersarang di dalam tanah dan membagun liang-liang kembara yang menghubungkan sarang dengan obyek sasarannya. Golongan rayap ini juga memerlukan kelembapan yang tinggi dalam kehidupannya.













DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Bejo, 2007, Struktur Hewan, Palngkaraya : FKIP Unpar. 
Brotowidjoyo, M.O., 1994, Zoologi Dasar , Jakarta : Penerbit Erlangga.
Budiono, J.D. 1992.  Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP. Surabaya.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Jakarta. Erlangga.
Gray, P. 1954. The Microtomits’ Formulary and Guide. The Blakiston Company Inc. New York. Toronto.
Iskandar, D. T. and E. Colijn, 2000,Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetofauna: Amphibians,Treubia 31 (3): 1-133.
Kimbal, J.W., 1998, Biologi, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.
Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Sundoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Penerbit Bhrataro Karya Aksara. Jakarta.


Sumber http://luqmanmaniabgt.blogspot.com

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Laporan Whole Mount Binatang Mikroteknik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel