Grafit Si Hitam Dalam Kemilau
Grafit (C) dan Seng (Zn) bekerja di sebuah baterai kering yang disebut sel Leclanche. Hari ini mereka bertugas untuk menunjukkan energi pada jam dinding.
“Ayo Seng, kau harus terus semangat!” kata Grafit menunjukkan semangat pada Seng yang sudah terlihat lelah.
Seng hanya tersenyum, ia memang sangat lelah. Dia bekerja sebagai anoda di dalam baterai dan akan mengalami reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi ini akan menghasilkan elektron yang akan bergerak menuju Grafit melalui kawat penghantar sehingga terjadilah pedoman listrik searah.
“Sudah niscaya itu, kami akan tetap semangat hingga akhir, sebab dengan cara inilah kita menjadi lebih berarti,” sela Mangan dioksida (MnO2) menunjukkan semangat pada seng sebab dialah oksidatornya.
Mangan dioksida tergabung dalam tim pasta, bersama Ammonium klorida (NH4Cl) sebagai pemberi suasana asam dan air yang akan menghidrolisis ion ammonium (NH4+) membentuk ion hidrogen (H+) sehingga sistem sel volta berjalan dengan baik.
“Aku tahu, kita memang bekerja keras untuk menolong insan walau alhasil sehabis energi kita habis mereka membuang kita begitu saja,” keluh Grafit. “Seandainya saya ialah Intan, niscaya hidupku dalam kemilau istana.”
“Lho, memang apa hubunganmu dengan Intan?” tanya Seng heran.
“Ya ampun..., hari gini kau belum tahu bahwa Grafit dan Intan itu bersaudara!” komentar Mangan dioksida atas pertanyaan Seng.
“Aku dan Intan merupakan bentuk alotropi dari keluarga karbon, hanya saja saya yang paling sering membawa nama keluarga, jadi orang biasa lebih mengenalku sebagai karbon dibandingkan Intan,” ungkap Grafit. Seng terlihat masih belum percaya atas dongeng Grafit.
“Sebenarnya, selain kami ada bentuk alotropi karbon yang lain yaitu Fullerene dan Karbon Amorf. Kamu tahu Batu Bara yang bertugas menjadi materi bakar pembangkit listrik tenaga uap, terus Jelaga Hitam yang bekerja sebagai pengisi ban karet atau tinta cetak, dan yang ini niscaya kau tahu, Arang Aktif atau biasa dikenal dengan nama Norit yang kerjanya sebagai pengadsorpsi, ya mereka itulah Karbon Amorf, saudaraku juga.” Lanjut Grafit berusaha menyakinkan Seng.
“Kalau Karbon Amorf saya percaya sebab kau dan mereka terlihat sama, tetapi kalau Intan...?”
“Perbedaan sifat fisik dan kimia kami inilah yang membuat kami terlihat berbeda. Intan mempunyai sifat yang keras dan tidak sanggup menghantarkan arus listrik sedangkan saya merupakan penghantar listrik yang baik, jadilah saya bekerja dengan kalian.”
“Saudara kok terlihat beda banget, biasanya kalau bersaudara ada sisi yang mirip, entah itu fisik maupun tabiatnya!”
“Aku dan Intan sama-sama tersusun oleh atom karbon, hanya saja susunannya berbeda. Intan mempunyai struktur Kristal tetrahedral, dimana setiap atom karbon terikat pada empat atom karbon yang lainnya melalui ikatan kovalen yang kuat. Sedangkan struktur kristalku merupakan lapisan berbentuk gelang heksagonal dimana setiap atom karbon diikat oleh tiga atom karbon lainnya melalui ikatan kovalen yang kuat. Lapisan-lapisan gelang ini diikat oleh gaya van der waals yang lemah,” jawab Grafik menjelaskan.
Ammonium klorida yang sedari tadi membisu alhasil ikut bertanya. ”Kalau begitu, mungkin tidak kau mencoba berubah menyerupai Intan?”
“Bisa sih..., tapi... untuk menjadi Intan, saya butuh tekanan lebih tinggi dari 100.000 atmosfer dan suhu di atas 27000C.” Jawab Grafit ragu.
“Tapi, walaupun kau sudah berubah menyerupai Intan, kau tetap tidak sanggup menunjukkan kemilau seindah Intan yang asli, itu yang saya tahu!” komentar Mangan dioksida. Seng eksklusif menyenggol Mangan dioksida biar menghentikan ucapannya. Seng takut Grafit tersinggung dengan ucapan Mangan dioksida tadi. Grafit hanya tersenyum, ia tahu semua orang boleh mengemukakan pendapatnya dan kita harus menghargainya.
“Ya begitulah kiranya, saat saya menjadi menyerupai Intan, kekuatan dan kekerasanku identik dengannya, tapi untuk kecantikannya tetap Intan orisinil tiada sanggup kutandingi, ia memang sempurnan”
“Tapi, walau kemilaumu tak seindah Intan, yang terpenting keberadaanmu sangat mempunyai kegunaan untuk manusia, bukankah itu tujuan Tuhan membuat kita di muka bumi ini“ kata Seng memberi pembelaan untuk Grafit.
“Selain itu, sebab kekuatan dan kekerasannya identik dengan Intan maka kau sanggup menjadi ujung mata bor, gerinda, dan pembelah beling menyerupai Intan” komentar Mangan.
“Apa enaknya menjadi Intan, emang hidup hanya butuh elok doang. Lihat si Intan, gara-gara kecantikannya ia terkurung dalam lemari beling atau brangkas orang-orang kaya, tak mempunyai jiwa petualangan menyerupai kita. Coba kita lihat Grafit, hidupnya indah penuh dengan cerita. Dia sanggup menjadi pinsil, pigmen hitam cat, pelumas kering, dan elektroda inert yang murah serta tahan pada suhu tinggi” sanjung Ammonium.
“Ya…,” Seng kehabisan kata-kata untuk menunjukkan sumbangan pada sahabat baiknya.
“Sudahlah teman-teman, ko kalian jadi membanding-bandingkan saya dengan Intan.”
“Walau kita bersaudara sekalipun, Tuhan membuat kita dengan pribadi yang khas. Tuhan menunjukkan kita kelebihan biar kita bersyukur dan Tuhan menunjukkan kelemahan biar kita tidak sombong. Kelebihan yang kita miliki seyogyanya melengkapi kelemahan orang lain demikian juga sebaliknya. Perbedaan ini menyerupai warna yang membuat kehidupan menjadi sangat indah kalau kita padukan” nasehat bijak keluar dari ungkapan Seng yang tadi sempat kehabisan kata-kata.
“Oke lah kalau begitu, semangat…semangat… dan teruslah berusaha menjadi yang terbaik” teriak Mangan dioksida.
Semua kembali pada posisinya. Grafit mulai bekerja menjadi katoda di dalam baterai. Grafit tak pernah berubah, ia tetap hitam kelam namun hidupnya penuh dengan kemilau kebaikan untuk semua. Sumber http://sembilandewi.blogspot.com
0 Response to "Grafit Si Hitam Dalam Kemilau"
Posting Komentar