Pemantauan Hutan Dengan Global Forest Watch
Para ilmuwan telah memantau dan mempelajari hutan selama berabad-abad, yang menyimpulkan betapa pentingnya ekosistem ini bagi kehidupan insan dimasyarakat. Tapi kebanyakan dari kita masih kekurangan warta yang akurat dan sanggup mendapatkan amanah untuk mengetahui dari mana, kapan, dan mengapa hutan menghilang. Namun, hal tersebut sanggup terbantu sesudah diluncurkannya Global Forest Watch (GFW) - sistem pemantauan hutan online yang dibentuk oleh World Resources Institute, Google dan bermitra lebih dari 40 kelompok.
Global Forest Watch memakai teknologi menyerupai Google Earth Engine dan Google Maps Engine untuk memetakan hutan dunia dengan gambaran satelit, mendeteksi perubahan permukaan hutan dari akrab secara real-time, dan menciptakan warta ini tersedia secara bebas kepada siapa pun dengan saluran Internet.
Dengan mengakses warta terkini dan sanggup diandalkan, semua orang sanggup mengamati maupun membandingkan perubahan yang terjadi di hutan secara global.
Menurut data dari University of Maryland dan Google, dunia kehilangan lebih dari 500 juta hektar hutan, antara tahun 2000 dan 2012. Itu setara dengan kehilangan seluas 50 lapangan sepak bola dari hutan setiap menit dalam setiap hari selama 13 tahun terakhir! Sebagai perbandingan, hanya 0,8 juta km2 telah tumbuh kembali, ditanam, atau dikembalikan pada periode yang sama.
Selain di daerah Amerika Latin, Asia merupakan sumber utama atas hilangnya hutan bakau dunia, dengan tingkat kehilahan rata-rata hampir dua kali lipat setiap tahun secara global. Asia memiliki lahan bakau terluas di dunia, dengan luas awal lebih dari 6,8 juta hektar, atau 34-42 persen total dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 23 persen hutan bakau dunia, diikuti oleh Afrika sebesar 20 persen, Amerika Utara dan Tengah sebesar 15 persen, Oseania 12 persen dan Amerika Selatan 11 persen.
Lebih dari setengah hilangnya hutan bakau selama dekade terakhir terjadi di daerah Asia Insular, terdiri dari Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Brunei, Timor Leste, Singapura dan Filipina. Kawasan ini juga memperlihatkan daerah mangrove terbesar di dunia, dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan potensi penyimpanan karbon yang sangat besar. Ini sangat cocok untuk pertumbuhan bakau sebab luasnya garis pantai, banyaknya pulau, tinnginya curah hujan dan sumber air tawar yang berlimpah.
Dikutip dari laman wri.org (World Resources Institute) - Hutan bakau/mangrove di lepas pantai Kalimantan timur - Indonesia belum termasuk daerah dilindungi. Banyak ekosistem hutan bakau yang dihiasi dengan hilangnya pepohon-an dari permukaan di wilayah ini.
Kerusakan daerah hutan mangrove di Kalimantan Timur (Kaltim) sekarang sudah mencapai 75 persen atau 685.277 hektar (Ha) dari luas hutan mangrove yang mencapai 883.379 Ha.
Upaya konservasi untuk hutan bakau di pulau ini sangat minim, dan hanya beberapa daerah mangrove yang dimasukkan dalam daerah lindung secara hukum. Akibatnya, luas wilayah dari dataran pantai yang tersisa rentan terhadap tekanan insan menyerupai pengembangan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit gampang dikenali dari atas permukaan daerah tersebut, terlihat berbeda dari pohon kelapa - saat memakai GFW untuk memperbesar wilayah hutan bakau di Kalimantan, perkebunan ini sangat terang terlihat.
Source: Google Lat Long, World Resources Institute
Badan Pengelola REDD+ (BP REDD+) Indonesia dan the World Resources Institute (WRI) semenjak 23 Juli 2014 telah berhubungan meluncurkan Global Forest Watch Fires (GFW-Fires). Sumber http://learnmine.blogspot.com
Global Forest Watch memakai teknologi menyerupai Google Earth Engine dan Google Maps Engine untuk memetakan hutan dunia dengan gambaran satelit, mendeteksi perubahan permukaan hutan dari akrab secara real-time, dan menciptakan warta ini tersedia secara bebas kepada siapa pun dengan saluran Internet.
Dengan mengakses warta terkini dan sanggup diandalkan, semua orang sanggup mengamati maupun membandingkan perubahan yang terjadi di hutan secara global.
Hilangnya hutan jauh melebihi laba yang didapat dari hutan
Legend: Red = tree cover loss • Blue= Tree cover gain
Menurut data dari University of Maryland dan Google, dunia kehilangan lebih dari 500 juta hektar hutan, antara tahun 2000 dan 2012. Itu setara dengan kehilangan seluas 50 lapangan sepak bola dari hutan setiap menit dalam setiap hari selama 13 tahun terakhir! Sebagai perbandingan, hanya 0,8 juta km2 telah tumbuh kembali, ditanam, atau dikembalikan pada periode yang sama.
Asia Memiliki Angka Tertinggi Kehilangan Mangrove
Selain di daerah Amerika Latin, Asia merupakan sumber utama atas hilangnya hutan bakau dunia, dengan tingkat kehilahan rata-rata hampir dua kali lipat setiap tahun secara global. Asia memiliki lahan bakau terluas di dunia, dengan luas awal lebih dari 6,8 juta hektar, atau 34-42 persen total dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 23 persen hutan bakau dunia, diikuti oleh Afrika sebesar 20 persen, Amerika Utara dan Tengah sebesar 15 persen, Oseania 12 persen dan Amerika Selatan 11 persen.
Lebih dari setengah hilangnya hutan bakau selama dekade terakhir terjadi di daerah Asia Insular, terdiri dari Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Brunei, Timor Leste, Singapura dan Filipina. Kawasan ini juga memperlihatkan daerah mangrove terbesar di dunia, dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan potensi penyimpanan karbon yang sangat besar. Ini sangat cocok untuk pertumbuhan bakau sebab luasnya garis pantai, banyaknya pulau, tinnginya curah hujan dan sumber air tawar yang berlimpah.
Terlihat Tingkat Kehilangan Hutan mangrove di Kalimantan
Dikutip dari laman wri.org (World Resources Institute) - Hutan bakau/mangrove di lepas pantai Kalimantan timur - Indonesia belum termasuk daerah dilindungi. Banyak ekosistem hutan bakau yang dihiasi dengan hilangnya pepohon-an dari permukaan di wilayah ini.
Kerusakan daerah hutan mangrove di Kalimantan Timur (Kaltim) sekarang sudah mencapai 75 persen atau 685.277 hektar (Ha) dari luas hutan mangrove yang mencapai 883.379 Ha.
Upaya konservasi untuk hutan bakau di pulau ini sangat minim, dan hanya beberapa daerah mangrove yang dimasukkan dalam daerah lindung secara hukum. Akibatnya, luas wilayah dari dataran pantai yang tersisa rentan terhadap tekanan insan menyerupai pengembangan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit gampang dikenali dari atas permukaan daerah tersebut, terlihat berbeda dari pohon kelapa - saat memakai GFW untuk memperbesar wilayah hutan bakau di Kalimantan, perkebunan ini sangat terang terlihat.
Perlu kesadaran, upaya/tindakan dan rasa tanggung jawab kita semua untuk menjaga dan melestarikan hutan, terutama hutan yang ada di indonesia, di negara tercinta tanah tempat kita berpijak ini.
Source: Google Lat Long, World Resources Institute
Badan Pengelola REDD+ (BP REDD+) Indonesia dan the World Resources Institute (WRI) semenjak 23 Juli 2014 telah berhubungan meluncurkan Global Forest Watch Fires (GFW-Fires). Sumber http://learnmine.blogspot.com
0 Response to "Pemantauan Hutan Dengan Global Forest Watch"
Posting Komentar