Mohenjo-Daro Dan Harappa (Kota Kuno Di Sungai Indus)
A. Mohenjo-Daro
Mohenjo Daro merupakan sebuah daerah reruntuhan-kota peninggalan kebudayaan Hindustan (bersama dengan kota Harappa) yang berada di pecahan selatan Lembah Sungai Indus, distrik Larkana, propinsi Sind, Pakistan.
Diperkirakan, kota ini dibangun dan dihuni dalam masa waktu yang bersamaan dengan pembangunan kota-kota di peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia, dan Yunani Kuno.
Baca Juga :
Kota Mohenjo Daro sering disebut sebagai "Metropolis Kuno di Lembah Indus" alasannya ialah merupakan kota terbesar (sekitar 100 hektar) di wilayah peradaban Hindustan pada tahun 2600-an SM.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa ketika ini sebagian besar wilayah reruntuhan kota Mahenjo Daro masih tertutup oleh tanah dan hanya sepertiganya saja yang telah berhasil digali dan dikenal oleh masyarakat dunia dengan sistem tata kota memukau.
Kota ini bukanlah sebuah sentra kerajaan alasannya ialah tidak ditemukannya makam ataupun bekas istana Raja di kota Mohenjo Daro. Yang ada ialah kuburan dari kalangan elit kota.
Ada kemungkinan bahwa kota Mohenjo Daro merupakan sebuah sentra administratif dari wilayah di dalam sebuah kerajaan.
Ada kemungkinan bahwa kota Mohenjo Daro merupakan sebuah sentra administratif dari wilayah di dalam sebuah kerajaan.
1. Sistem Tata Kota
Kota Mohenjo Daro sanggup dikatakan telah mempunyai kebudayaan tinggi dalam bidang arsitektur alasannya ialah adanya penataan massa bangunan kota yang sangat rapi dan teratur. Penataan massa bangunan yang diterapkan dalam kota Mahenjo Daro ialah konsep organisasi grid.
Jalan yang ada berupa saling tegak lurus dan berjajar sehingga membentuk blok-blok tapak (berupa kotak-kotak) yang dipakai sebagai tempat pendirian bangunan. Konsep ini sanggup dilihat pada penataan daerah perumahan modern maupun apartemen yang tiap rumah tertata sangat rapi dan berada di jalur lurus.
2. Fasilitas Kota
Secara garis besar, Kota Mohenjo Daro dibagi menjadi dua pecahan menurut fungsinya. Bagian timur kota (disebut Lower Town) merupakan wilayah yang dipakai sebagai perumahan penduduk. Sedangkan pecahan lain dari kota (disebut Citadel) merupakan sebuah daerah sentra kota Mohenjo Daro.
Pada pecahan Lower Town (letaknya rendah), terdapat sistem jaringan jalan yang membentang dari utara sampai selatan dan timur sampai barat. Jalanan ini membagi beberapa petak tanah menjadi blok-blok (kotak-kotak) yang merupakan tempat perumahan penduduk berada. Keadaan ini menjadikan kota Mohenjo Daro sangat rapi dan teratur sehingga gampang dalam melaksanakan pengawasan.
Perumahan di Mohenjo Daro mempunyai tipe yang berbeda-beda, ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil sesuai dengan kebutuhan dan status sosial pemiliknya.
Para hebat menyatakan bahwa beberapa rumah yang ada, dahulunya merupakan bangunan dua lantai dengan tangga yang terbuat dari watu bata. Setiap rumah mempunyai ruang pemandian dan sistem drainase yang teratur.
Sumber air higienis yang ada di Mohenjo Daro ialah berupa sumur di dalam ruangan rumah yang pengaliran ke ruangan lain memakai pipa berbahan tanah liat. Sedangkan sarana pembuangan air kotor memakai akses air yang berada di tepi jalan perumahan.
Saluran ini terhubung dengan rumah penduduk sehingga air kotor dari sisa penggunaan di dalam rumah sanggup pribadi mengalir ke akses air kota.
Sedangkan pecahan Citadel (disebut pula sebagai kuil kota - letaknya lebih tinggi dari Lower Town) yang merupakan sentra kota terdapat beberapa akomodasi perkotaan. Beberapa akomodasi tersebut adalah:
a. The Great Bath
Berupa bangunan yang mirip kolam berukuran 12 x 7 (dalam meter) dengan material berupa watu bata. Kedalaman kolam ini sekitar 2,4 meter dengan tangga yang terbuat dari watu bata untuk turun sampai dasar kolam. Di sekitarnya berupa beranda dengan ganjal watu bata.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bangunan kolam ini dipakai sebagai tempat melaksanakan ritual keagamaan berupa pemandian (pensucian badan). Pendapat ini didukung dengan inovasi artefak berupa batuan yang mirip dengan watu gosok untuk mandi.
Dalam kepercayaan Hindu, ritual pemandian mirip ini merupakan salah satu ritual untuk pensucian jiwa dan raga pengikutnya. Kemungkinan besar, ritual pemandian yang dilakukan di The Great Bath merupakan sebuah tradisi dari agama Hindu.
b. The Granary
Merupakan bangunan yang dipakai oleh penduduk kota Mohenjo Daro sebagai tempat penyimpanan hasil pangan (hasil panen) yang dipakai untuk mensuplai kebutuhan penduduk.
c. Assembly Halls
Sebuah bangunan dengan area terbuka yang cukup luas (seperti lapangan).
3. Sistem Konstruksi
Bahan bangunan yang dipakai pada perumahan penduduk maupun bangunan akomodasi kota terbagi menjadi dua jenis, yakni batu bata lumpur (mud bricks) dan watu bata kayu (wood bricks).
Batu bata lumpur (mud bricks) terbuat dari lumpur endapan yang banyak terdapat di lembah sungai Indus. Sedangkan watu bata kayu (wood bricks) terbuat dari kayu yang dikeringkan dengan cara dibakar.
Daya tahan watu bata yang dipakai di Mohenjo Daro mempunyai keawetan yang lebih baik dan lebih usang dibanding watu bata yang dipakai oleh penduduk Mesopotamia.Sedangkan material yang dipakai sebagai epilog atap ialah pohon kayu yang disusun menjadi atap datar.
4. Penelitian Kota
Dalam penelitian untuk mengungkap segala sesuatu wacana peradaban di kota Mohenjo Daro, R. D. Banarjee beserta tim arkeolog melaksanakan penggalian skala besar di wilayah kota Mohenjo Daro yang telah tertutup tanah.
Penggalian ini dilakukan dalam kurun waktu sekitar 5 tahun (1922 sampai 1927). Penelitian dan penggalian kota Mohenjo Daro dilanjutkan oleh M. S. Vats dan K. N. Dikshit dibawah pengarahan dari Sir John Marshall, spesialis arkeologi berkebangsaan Inggris. Seorang penieliti lain, E. J. H. MacKay melanjutkan penelitian dan penggalian selama 4 tahun (1927-1931) dan pada tahun 1950, Sir Mortimer Wheeler melaksanakan penggalian, kota Mohenjo Daro dalam skala kecil.
Peneletian dan penggalian yang telah dilakukan telah berhasil memunculkan pendapat dan teori mengenai bentuk dan tatanan kota Mohenjo Daro sehingga sanggup diambil beberapa teori mengenai bagaimana perkembangan kebudayaan masyarakat lembah sungai Indus (Hindustan). Diperkirakan bahwa penduduk kota Mohenjo Daro berkisar antara 35.000 sampai 40.000 orang.
Sebuah arca yang terbuat dari perunggu dengan wujud berupa gadis telanjang (dikenal dengan sebutan "Dancing Girl") ditemukan dalam penelitian pada tahun 1926. Beberapa artefak lain yang lebih menarik bagi para arkeolog ialah sejumlah patung berwujud pria yang sedang duduk, dengan desain pahatan yang rumit.
Patung tersebut dikenal dengan nama "Priest King", meski tak ada fakta yang mengatakan bahwa patung tersebut ialah patung Raja. Beberapa patung ditemukan dalam keadaan telah rusak pada beberapa bagian.
Hingga ketika ini belum diketahui penyebab kota ini menjadi tak berpenghuni. Meski belum ada bukti kuat, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa kota Mohenjo Daro telah tergenang air sungai Indus dan ditinggalkan oleh penduduknya.
B. Harappa
Harappa ialah sebuah kota kuno yang berada di bantaran Sungai Ravi, propinsi Punjabi, timur bahari Pakistan. Letaknya berada di 35 km sebelah tenggara kota Sahiwal.
Menurut penelitian dengan cara penentuan usia karbon yang dilakukan para arkeolog, kota Harappa dibangun dan dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 sebelum masehi dengan luas kota + 25 km persegi.
Pada masa kejayaannya itu, 40.000 orang menjadi penduduk kota Harappa, sebuah jumlah penduduk yang sangat besar pada masa itu. Bahkan, sanggup dikatakan dengan jumlah penduduk sebesar itu, pupulasi kota ini lebih banyak dibanding populasi penduduk kota London pada kala pertengahan.
Pambangunan Kota Harappa ialah pada masa sebelum bangsa Arya memasuki wilayah peradaban Lembah Hindus, yakni sekitar tahun 2500 SM. Bangsa orisinil India mendirikan bebebapa kota megah di daerah ini sampai tahun 1500 SM ketika bangsa Arya mulai bercampur dengan penduduk asli.
1. Kondisi Kota
Kota Harappa dibagi menjadi 2 pecahan menurut fungsi masing-masing, yakni pecahan pemerintahan dan pecahan administratif. Bagian pemerintahan ialah area dimana terdapat kantor pemerintahan kota.
Adanya pagar tembok yang tinggi di sekeliling gedung tinggi merupakan simbol kekuasaan dan kewibawaan Raja (atau pemimpin kota). Bagian ini terpisah dan mempunyai jarak cukup jauh terhadap pecahan administratif.
Sedangkan pecahan administratif dipakai sebagai permukiman penduduk kota Harappa. Bagian ini mempunyai jalur jalan raya yang membentuk rujukan grid, yakni jalan-jalan yang ada saling bersilangan membentuk kotak-kotak kosong di tengahnya.
Di kedua sisi jalan, terdapat berbagai rumah tempat tinggal, toko, dan tempat pembuatan tembikar. Jarak antar-bangunan sangat akrab shingga tata kota terlihat sangat padat. Saluran air kota yang dipakai sebagai pembuangan air dibangun di bawah tanah dengan memakai materi watu bata.
Kota Harappa hilang menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM. Beberapa faktor yang menjadikan penduduknya meninggalkan kota Harappa ialah adanya invansi yang dilakukan oleh bangsa Arya ke daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun itu. Pada tahun itu sampai 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembangunan kota dengan peradaban tinggi lagi di wilayah tersebut.
Puing-puing bekas bangunan yang masih berada di kota Harappa tampak sangat teratur dalam penataannya. Puing-puing tersebut terbuat dari materi yang sama, yakni watu bata tanah liat.
Kondisi masa kemudian menunjukkan bahwa sistem tata kota yang diterapkan di kota Harappa sudah sangat maju dengan adanya teknik penataan kota mirip masa sekarang, yakni adanya rujukan jalan raya dan adanya akses air bawah tanah.
2. Penggalian Kota
Penemuan kota Harappa bersamaan dengan inovasi kota lain di daerah peradaban Lembah Hindustan berawal pada tahun 1870-an oleh peneliti dari Inggris. Pada awal kala ke-20, Sir John Marshall (arkeolog berkebangsaan Inggris) menggali dan meneliti kembali kota Harappa dan kota Mohenjo Daro.
Dari hasil penelitian, sanggup diambil teori bahwa kedua kota tersebut mempunyai tingkat aktifitas penduduk yang tinggi dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 sampai 40.000 jiwa.
Hingga ketika ini, penggalian dan penelitian yang dilakukan para arkeolog terhadap kota-kota di daerah peradaban Lembah Hindustan masih terus dilanjutkan. Bahkan, ada inovasi kota gres di sekitar anutan sungai kuno yang lain.
Awal tahun 1980-an, pemerintah Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-Pakistan yang bertujuan untuk meningkatkan penelitian terhadap daerah tersebut.
Selingan :
Setelah membaca artikel di atas mungkin kepala anda jadi penat, mudah-mudahan dengan humor dibawah ini sanggup mengurangi kepenatan anda.
Kisah Perang Dunia Ke-2
Seorang pensiunan tentara menuturkan sebuah dongeng yang menarik kepada rekannya.
Pada ekspresi dominan panas tahun 1944 ketika Inggris mengalami serangan udara, sebuah apartemen sewaan yang ditinggali oleh neneknya terkena sasaran bom. Asap berangsur-angsur mengepul habis, namun ia tak menemukan gejala neneknya.
Pada ekspresi dominan panas tahun 1944 ketika Inggris mengalami serangan udara, sebuah apartemen sewaan yang ditinggali oleh neneknya terkena sasaran bom. Asap berangsur-angsur mengepul habis, namun ia tak menemukan gejala neneknya.
Korps ambulans tiba-tiba mendengar bunyi tawa yang keluar dari arah gundukan reruntuhan. Sejenak kemudian, di sisa-sisa runtuhan bata dan genting di sebuah toilet tim penolong menggali dan di situ ada seorang nenek bau tanah yang tak mengalami luka sedikit pun dan sedang tertawa terbahak-bahak. Saat ditanya ada insiden apa yang begitu menarik, sang Nenek menjawab:
"Begitu saya kentut pertama kali di atas kloset, rumah ini tiba-tiba runtuh. Aneh sekali, hihihi..."
Napoleon dan Orang Tenggelam
Pada suatu hari, Napoleon Bonaparte pergi berburu ke hutan. Tiba-tiba dari kejauhan kedengaran ada bunyi orang berteriak, ia segera pergi mencari bunyi itu, dan ia melihat ada orang jatuh ke dalam air sedang berteriak-teriak minta tolong.
Napoleon tanpa ragu-ragu sedikitpun mengangkat senapannya dan berteriak kepadanya:
"Hai! Dengarkanlah baik-baik! Jika kau tak segera berenang naik ke darat, kau akan segera kutembak mati."
Begitu mendengar perkataan ini, orang itu seketika lupa akan sudah jatuh ke dalam air, ia segera dengan sekuat tenaga berenang menuju ke pantai.
Kata pertama yang diucapkannya sehabis naik ke pantai ialah: "Kalau anda tidak mau menolong saya, mengapa masih mau menembak mati diri saya?"
Napoleon dengan damai menjawab: "Jika tadi saya tak menghardik dirimu, kau tentu takkan berupaya berenang menuju pantai, nah, bagaimana kau hasilnya sanggup melepaskan diri dari ancaman ajal ini?"
Sumber :
penaagakmacet.blogspot.com/search?q=biografi-ra-kartini
penaagakmacet.blogspot.com/search?q=biografi-ra-kartini
penaagakmacet.blogspot.com/search?q=biografi-ra-kartini
0 Response to "Mohenjo-Daro Dan Harappa (Kota Kuno Di Sungai Indus)"
Posting Komentar