Contoh Pidato Pendidikan Rektor Universitas Negeri Malang
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua
Yang terhormat :
1. Bapak Rektor beserta Pimpinan Universitas Negeri Malang;
2. Senat Guru Besar Universitas Negeri Malang;
3. Para Dosen Karyawan dan Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan;
4. Para wisudawan yang saya banggakan serta hadirin sekalian yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita bersamabersyukur ke hadirat Allah SWT alasannya atas rahmat dan karunia-Nya kita semua masih diberi kesempatan untuk hadir pada agenda Wisuda Sarjana Universitas Negeri Malang pada hari ini dalam keadaan sehat wal'afiat. Kepada para akseptor wisuda dan seluruh keluarga yang menyertai saya atas nama langsung dan selaku Direktur Jenderal Pendidikan Dasarmengucapkan selamat dan turut berbangga atas prestasi yang telah diraih oleh seluruh adik-adik mahasiswa yang akan diwisuda pada hari ini.
Pada kesempatan ini perkenankan saya juga ingin mengucapkan selamat kepada seluruh civitas akademika Universitas Negeri Malang yang telah berhasil mendidik dan menghasilkan sarjana-sarjana gres yang akan menjadi cita-cita kita bersama untuk ikut mendorong pengembangan dunia pendidikan bangsa yang lebih berkualitas sekaligus membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Untuk itu saya turut berbangga alasannya sekitar 32 tahun yang kemudian saya yaitu jugabagian dari kampus ini berkesempatan diwisuda ibarat halnya adik-adik pada hari ini kemudian menjadi alumnidari salah satu universitas terbaik di negeri ini sehabis ditempa oleh tradisi keilmuan dan kemahasiswaan di jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang begitu kaya. Semua itu telah menjadi bekal berharga dan mengantar saya untuk menempuh pengalaman pendidikan lebih jauh dan mengabdikan diri di dunia pendidikan hingga hari ini saya gembira bisa hadirmemenuhi permintaan dari almamater yg telah mendidik dan membesarkan saya untuk memperlihatkan pidato dan membuatkan pengalaman mengembangkan pendidikan di tanah air.
Bapak Rektor adik-adik wisudawan dan seluruh civitas akademika UM yang saya banggakan
Saat ini dunia pendidikan di tanah air sedang menghadapi tantangan peningkatan mutu sehabis kanal pendidikan terutama pendidikan dasar relatif telah berhasil dicapai dengan baik. Hari ini Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua (EFA) Indonesia masih berada dalam kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan UNESCO tahun 2012 Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara naik sedikit dari tahun sebelumnya di peringkat ke-69 dari 127 negara. Menurut laporan Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2012 ada 58 negara yang masuk dalam kelompok Education Development Index (EDI) tinggi dengan nilai di atas 095. Selain itu terdapat 42 negara di kelompok EDI sedang dengan angka di atas 080 dan 20 negara berada di kategori EDI rendah alasannya nilainya di bawah 080. Indonesia sendiri berada di kategori EDI sedang dengan nilai indeks 0938. Dari empat indikator tujuan pencapaian EFA tahun 2015 terlihat Indonesia bisa meningkatkan kanal pendidikan dasar yang tinggi dengan nilai 0991 demikian juga tingkat melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas dan kesetaraan gender dalam pendidikan yang semakin membaik. Namun Indonesia masih mempunyai tantangan untuk mengatasi angka putus sekolah di jenjang pendidikan dasar SD-SMP yang masih tinggi.Terlihat pada penilaian angka bertahan siswa di kelas V SD Indonesia menerima nilai terendah dari tiga indikator EDI yang dihitung.
Sementara itu Organization Economic Cooperation and Development (OECD) melalui Programme for International Student Assesment (PISA) tahun kemudian mempublikasikan hasil pemetaan wacana kecakapan anak-anak di dunia di bidang matematika sains dan membaca. Survey pemetaan PISA-OECD dilakukan secara kualitatif melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara di dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa usia 15-16 tahun sekaligus mewakili kekuatan 80% ekonomi global. Hasilnya sangat menarik ternyata peringkat 10 besar PISA didominasi oleh bawah umur dari Asia yaitu di peringkat pertama ditempati bawah umur dari Shanghai China diikuti Singapura Hongkong Taiwan Korea Selatan Macau Jepang Liechtenstein Swiss dan Belanda.
Lalu di mana posisi bawah umur Indonesia berada?Indonesia yang semenjak tahun 2003 aktif mengikuti survey ini menempati posisi ke-64 dengan skor rata-rata matematika 375 sains 382 dan membaca 396. Skor ini masih berada jauh di bawah rata-rata OECD yang mencapai 500 dan bawah umur kita hanya sedikit lebih baik dari bawah umur Peru yang berada di rangking terbawah dan masih di bawah bawah umur Turki di peringkat 44 Thailand 50 atau Brazil 58.
Namun pada ketika yang sama PISA-OECD juga merilis hasil survey lainnya yang juga tidak kalah mengejutkan. Melalui survey 'sense of belonging' PISA-OECD ternyata bawah umur Indonesia menempati rangking pertama di dunia untuk indeks kebahagiaan di sekolah yang mencapai prosentase 96%. Menurut survey ini bawah umur Indonesia yaitu bawah umur yang paling berbahagia dan pintar bersosialisasi di sekolah disusul oleh bawah umur Albania Peru Thailand dan Kolombia. Survey PISA-OECD memperlihatkan bahwa bawah umur dari negara-negara dengan kecakapan matematika sains dan membaca di bawah rata-rata OECD bahkan di peringkat terbawah ternyata yaitu bawah umur yang berbahagia dan merasa senang berada di sekolah dan pintar bersosialisasi.
Apakah artinya semua ini untuk dunia pendidikan di tanah air ?
Banyak yang bisa kita petik sebagai pelajaran dari hasil monitoring dan penilaian capaian EFA dari Unesco dan survey terbaru PISA-OECD ini. Meskipun bukan satu-satunya parameter yang bisa kita jadikan referensi tetapi paling tidak kita memperoleh citra wacana mutu pendidikanyang kita miliki hingga hari ini. Kenyataan survey OECD bisa jadi alasannya kelemahan kita dalam menjamin pemenuhan 8 standarnasional pendidikan yang mencakup standar kompetensi lulusan isi proses dan penilaian serta standar pendidik dan tenaga kependidikan sarana/prasarana pembiayaan dan pengelolaan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas No.20 tahun 2003.
Pada kesempatan ini saya akanmembahas khusus wacana pendidik (guru) sebagai aspek yang berdasarkan saya merupakan salah satu kunci utama dalam menjamin peningkatan mutu pendidikandi tanah air. Penelitian yang dilakukan Professor John Hattie dari University of Auckland (2003) mengungkap banyak sekali faktor yg kuat terhadap keberhasilan berguru siswa secara berturut-turut adalah: 49% oleh karakter siswa 30% oleh guru dan hanya masing-masing 7% oleh sekolah rumah dan temannya. Artinya profesionalitas guru merupakan faktor kedua yang sangat kuat terhadap keberhasilan berguru siswa sehabis diri siswa itu sendiri.
Senada dengan studi John Hattie studi Tennessee Value-Added Assessment System -TVAAS (1998)menyimpulkan bahwa betapa guru yang bermutu mempunyai imbas yang besar terhadap pencapaian prestasi berguru siswa. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis data yang memperlihatkan bahwa guru yang profesional bisa meningkatkan prestasi siswa dalam mengikuti ujian terstandar dari 50% menjadi menjadi 90% dalam masa berguru 3 tahun. Sebaliknya guru yang kurang profesional jutsru menurunkan prestasi siswa dalam mengikuti ujian terstandar dari 50% justru menurun menjadi 37% dalam masa' berguru yang sama. Artinya terdapat perbedaan sebesar 53% hasil berguru dan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru profesional dan yang kurang profesional.
Merujuk pada hasil kedua penelitian tersebut dan sumber-sumber lainnya yaitu cukup beralasan bila Pemerintah kemudianmengambil kebijakan reformasi pengembangan guru nasional. Tujuan utama reformasi tersebut yaitu untuk meningkatkan profesionalisme guru terutama dalam mendukung terciptanya proses berguru dan mengajar di kelas yang bermuara kepada dihasilkannya tamatan sekolah yang berkualitas unggul dan kompetitif.
Bapak Rektor para wisudawan dan hadirin sekalian
Kini kalau diperhatikan secara makro kondisi objektif tantangan pengembangan guru Indonesia terletak pada sejumlah perkara penting. Secara kuantitas Indonesia sebetulnya relatif telah mempunyai cukup gurunamun sedikitnya terdapat 4 (empat) tantangan pengembangan profesi guru yang harus kita cermati yaitu: penyiapan calon guru rekrutmen guru distribusi gurukualifikasi dan kompetensi guru.
Secara nasional kini terdapat kecenderungan jumlah mahasiswa calon guru meningkat hingga 12 juta mahasiswa yang terdaftar di sekitar 400 LPTK negeri dan swasta sementara asumsi kebutuhan guru akhir pensiun rata-rata 40.000 orang pertahun. Selain potensi perkara bleeding-supply atau kelebihan pasokan guru yang dihasilkan juga terdapat persoalan disparitas kualitas lulusan yang besar antar LPTK. Oleh alasannya itu LPTK memainkan peranan vital untuk membangun sistem perekrutan calon guru yang lebih berorientasi pada demand-driven sehingga penyiapan hibrida guru (supply) akan menjadi potensi sumber daya pendidikan sesuai dengan kebutuhan (demand) guru nasional. Demikian juga terkait dengan aspek kualitas LPTK dibutuhkan sanggup menjamin supply guru yang bermutu diantaranya melalui (1) sistem seleksi calon mahasiswa yang memungkinkan sanggup menemukenalibukan hanya aspek intelektualitas tetapi juga aspek talenta dan minat fisik dan mental serta aspek jiwa pengabdian; (2) standarisasi kurikulum dan (3) pemenuhan standar kompetensi lulusan.
Tantangan berikutnya wacana sistem rekruitmen guru yang masih jauh dari harapan.Rekruitmen guru semenjak tahun 2001 telah menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Walaupun sudah diatur standar dan kriteriabaku sistem rekruitmen ini bisa dikatakan tidak menghasilkan guru yg diinginkan. Sistem rekrutmen calon guru lebih berorientasi pada persyaratan administratif daripada memperhatikan aspek profesionalisme calon guru.Akibatnya banyak calon guru yang potensial yang seharusnya sanggup memperlihatkan bantuan terhadap peningkatan mutu pendidikan pada alhasil harus berada di luar sistem sebagai imbas dari sistem rekrutmen guru non-merit ini. Untuk itu perlu dipikirkan sistem rekruitmen yg betul-betul menjamin merit sistem berjalan dengan baik contohnya dengan sistem talent scouting yang dilakukan oleh LPTK utk menyiapkan calon guru dari mahasiswa terbaik.
Tantangan lain yang paling banyak menerima perhatian masyarakat yaitu distribusi guru yang tidak merata antar tempat dan antar sekolah. Distribusi guru menjadi permasalahan utama ketika kebanyakan guru lebih menentukan mengajar di perkotaandan hanya sebagian kecil guru bersedia bertugas di pedalaman terpencil dan tertinggal sehingga menyebabkan disparitas penyebaran antardaerah. Demikian juga perkara distribusi muncul alasannya penugasan guru tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah sehingga terjadi kekurangan dan kelebihan guru sehingga menyebabkan perkara disparitas jumlah guru antarsekolah. Akibatnya mutu pendidikan antar sekolah dan antar tempat memperlihatkan kesenjangan yang cukup besar. Walaupun telah diterbitkan Peraturan Bersama 5 Menteri hingga ketika ini gres beberapa tempat saja yang melaksanakan hukum ini sehingga distribusi guru belum sanggup diatasi secara baik. Sebenarnya cukup banyak tempat yang dengan inisiatif sendiri menciptakan regulasi sistem pengembangan guru yang mengatur mutasi guru antar waktu dan antar sekolah sehingga perkara distribusi guru ini sanggup diatasi alasannya menjadi bab dari sistem pengembangan karir guru yang bersangkutan.
Tantangan terbesar pengembangan guru yaitu pemenuhan standar kualifikasi dan kompetensi guru. Dalam konteks umum seseorang yang sudah memenuhi kualifikasi tertentu biasanya kompetensi secara otomatis akan mengikuti kualifikasi tersebut. Di Indonesia sepertinya kedua istilah tersebut selalu dibedakan alasannya kualifikasi tertentu tidak selalu mencerminkan kompetensinya.Kalau kita lihat dari sisi kualifikasi dan kompetensi dari sekitar 2191 juta guru SD dan SMP67 % telah berkualifikasi sarjana S1 ke atas namun gres sekitar 43% yang bersertifikat pendidik sehingga masih terdapat sekitar 57% nya atau sekitar 12 juta guru belum mempunyai akta mengajar.Hasi uji kompetensi guru (UKG) memperlihatkan bahwa kompetensiguru-guru Indonesia baik guru yang sudah maupun yang belum bersertifikat mencapai skor rata-rata 4.25 dari skala 10.
Kondisi ini merupakan akumulasi dari banyak sekali perkara sebelumnya khususnya terkait penyiapan calon guru dan sistem rekruitmen yang tidak memenuhi standar.Oleh alasannya itu beberapa agenda Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development) bagi guru perlu diperkuat dan diperluas.Mengikuti diklat dan acara kolektif guru menciptakan publikasi ilmiah atau buku perlu didorong dan ditingkatkan.Selain itu sistem sertifikasi guru harus direview dan diperbaiki baik metode dan masa berlakunya.Sertifikasi harus menilai keseluruhan kinerja dan penguasaan guru terhadap substansi metodologi dan penilaian bidang yang diajarkan melalui banyak sekali instrument penilaian termasuk uji kompetensi.Masa berlaku akta mengajar bukan seumur hidup tapi dibatasi contohnya 3 atau 5 tahun dan diperbaharui manakala seorang guru ingin melanjutkan mengajar di satuan pendidikan tertentu.
Hadirin sekalian yang berbahagia
Memperhatikan kondisi nyata guru pendidikan dasar ibarat itu maka sangatlah masuk akal bila banyak sekali assessment internasional yang mengukur kecapakapan siswa Indonesia ketika ini masih memperlihatkan angka yang rendah alasannya kondisi guru yang belum memadai.Hal ini sekaligus memperkuat tesis John Hattie dan studi Tennessee Value-Added Assessment System (TVAAS) wacana relasi profesionalitas guru dengan prestasi berguru siswa.Kesenjangan kualitas lulusan LPTK sistem rekruitmen yang kurang diyakini hasilnya distribusi guru yang tidak merata kompetensi guru yang belum memenuhi standar menjadi faktor pembenarrendahnya prestasi berguru siswa di Indonesia.Secara empirik hal ini diperkuat oleh kenyataan hasil assesment internasional sebagaimana dikemukakan di atas.
Sebagai alumni Universitas Negeri Malangsaya selalu berharap semoga UM menjadi pencetus dan lebih berperan aktif dalam ikut mengatasi tantangan guru nasional diantaranya dengan melaksanakan penemuan terus menerus dalam menghasilkan guru-guru yang benar-benar kita butuhkan dan berkualitas sesuai dengan tuntutan pembangunan pendidikan di tanah air.Jika secara kuantitas kita memang perlu waktu panjang untuk memenuhinya tetapi secara kualitas kita bisa terus mengupayakan dihasilkannya guru-guru yang bermutu semoga bawah umur didik kita benar-benar diasuh oleh guru-guru yang terbaik. Saya percaya UM telah bisa dan akan terus memerankan kiprahnya dengan baik melalui pelaksanaan amanah Tridharma Perguruan Tinggi; mencetak manusia-manusia Indonesia yang berintegritas tinggi berilmu dan berwawasan luas; melaksanakan penelitian yang memperlihatkan manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan melaksanakan dedikasi kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas kesejahteraannya.
Bapak Rektor dan hadirin sekalian yang saya muliakan
Akhir kata sekali lagi saya ingin memberikan selamat kepada Bapak Rektor beserta seluruh civitas akademikaUM atas diwisudanya para sarjana gres cita-cita bangsa ini.Tentu saja ucapan selamat saya juga sampaikan sekali lagi kepada para wisudawan dan wisudawati adik-adik sekalian yang telah berhasil mengikuti proses panjang pendidikan yang akan menjadi bekal adik-adik semuanya untuk berkiprah di tengah masyarakat. Saya ingin pula mengingatkan bahwa hari ini salah satu tahap pendidikan formal adik-adik berakhir tetapi mulai hari ini pula tantangan kehidupan menanti adik-adik sekalian.Hari ini yaitu awal kehidupan kalian menghadapi kenyataan hidup yang berbeda dengan kehidupan kampus.
Karena itu pada kesempatan yang baik ini saya berpesan empat hal. Pertama jangan pernah berhenti berguru dimanapun kalian bekerja dan menempuh kehidupan.Jadilah insan pembelajar ibarat motto UM: the Learning University semoga setiap ketika sanggup terus mengembangkan diri melaksanakan penemuan dan memupuk keahlian yang kalian miliki. Kedua tekunilah bidang pekerjaan yang kita pilih dan terus konsisten dengan pilihan kita.Dengan konsistensi kita sanggup memfokuskan pikiran dan energy untuk bisa sukses di kemudian hari. Ketigabangunlah jaringan (networking) sebanyak dan seluas mungkin yang sesuai dengan kehidupan dan bidang kerja yang kita tekuni. Dengan jaringan yang luas kehidupan kita akan semakin gampang dan pekerjaan atau profesi kitaakan cepat berkembang.Terakhir jadilah yang terbaik dimanapun kita bekerja dan menempuh kehidupan. Jangan menjadi orang biasa-biasa saja tetapi kita harus memperlihatkan bahwa kita punya nilai lebih dari yang lain.
Akhirnya pada kesempatan ini saya memberikan terima kasih yang tak terhingga kepada guru dan dosen saya baik di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan atau di Fakultas lain yang telah mendidik membimbing dan mengantarkan saya mencapai karir kini ini. Tak lupa terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Rektor sekaligus guru saya dan seluruh civitas academika UM yang telah berkenan memperlihatkan kesempatan kepada saya untuk memberikan pidato ini.
Demikian yang sanggup saya sampaikan semoga bermanfaat dan UM terus berkembang dan maju mengawal pembangunan bangsa.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Sumber http://senyumketiga.blogspot.com
Salam sejahtera untuk kita semua
Yang terhormat :
1. Bapak Rektor beserta Pimpinan Universitas Negeri Malang;
2. Senat Guru Besar Universitas Negeri Malang;
3. Para Dosen Karyawan dan Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan;
4. Para wisudawan yang saya banggakan serta hadirin sekalian yang berbahagia.
Pertama-tama marilah kita bersamabersyukur ke hadirat Allah SWT alasannya atas rahmat dan karunia-Nya kita semua masih diberi kesempatan untuk hadir pada agenda Wisuda Sarjana Universitas Negeri Malang pada hari ini dalam keadaan sehat wal'afiat. Kepada para akseptor wisuda dan seluruh keluarga yang menyertai saya atas nama langsung dan selaku Direktur Jenderal Pendidikan Dasarmengucapkan selamat dan turut berbangga atas prestasi yang telah diraih oleh seluruh adik-adik mahasiswa yang akan diwisuda pada hari ini.
Pada kesempatan ini perkenankan saya juga ingin mengucapkan selamat kepada seluruh civitas akademika Universitas Negeri Malang yang telah berhasil mendidik dan menghasilkan sarjana-sarjana gres yang akan menjadi cita-cita kita bersama untuk ikut mendorong pengembangan dunia pendidikan bangsa yang lebih berkualitas sekaligus membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Untuk itu saya turut berbangga alasannya sekitar 32 tahun yang kemudian saya yaitu jugabagian dari kampus ini berkesempatan diwisuda ibarat halnya adik-adik pada hari ini kemudian menjadi alumnidari salah satu universitas terbaik di negeri ini sehabis ditempa oleh tradisi keilmuan dan kemahasiswaan di jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang begitu kaya. Semua itu telah menjadi bekal berharga dan mengantar saya untuk menempuh pengalaman pendidikan lebih jauh dan mengabdikan diri di dunia pendidikan hingga hari ini saya gembira bisa hadirmemenuhi permintaan dari almamater yg telah mendidik dan membesarkan saya untuk memperlihatkan pidato dan membuatkan pengalaman mengembangkan pendidikan di tanah air.
Bapak Rektor adik-adik wisudawan dan seluruh civitas akademika UM yang saya banggakan
Saat ini dunia pendidikan di tanah air sedang menghadapi tantangan peningkatan mutu sehabis kanal pendidikan terutama pendidikan dasar relatif telah berhasil dicapai dengan baik. Hari ini Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua (EFA) Indonesia masih berada dalam kategori medium atau sedang. Berdasarkan laporan UNESCO tahun 2012 Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara naik sedikit dari tahun sebelumnya di peringkat ke-69 dari 127 negara. Menurut laporan Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2012 ada 58 negara yang masuk dalam kelompok Education Development Index (EDI) tinggi dengan nilai di atas 095. Selain itu terdapat 42 negara di kelompok EDI sedang dengan angka di atas 080 dan 20 negara berada di kategori EDI rendah alasannya nilainya di bawah 080. Indonesia sendiri berada di kategori EDI sedang dengan nilai indeks 0938. Dari empat indikator tujuan pencapaian EFA tahun 2015 terlihat Indonesia bisa meningkatkan kanal pendidikan dasar yang tinggi dengan nilai 0991 demikian juga tingkat melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas dan kesetaraan gender dalam pendidikan yang semakin membaik. Namun Indonesia masih mempunyai tantangan untuk mengatasi angka putus sekolah di jenjang pendidikan dasar SD-SMP yang masih tinggi.Terlihat pada penilaian angka bertahan siswa di kelas V SD Indonesia menerima nilai terendah dari tiga indikator EDI yang dihitung.
Sementara itu Organization Economic Cooperation and Development (OECD) melalui Programme for International Student Assesment (PISA) tahun kemudian mempublikasikan hasil pemetaan wacana kecakapan anak-anak di dunia di bidang matematika sains dan membaca. Survey pemetaan PISA-OECD dilakukan secara kualitatif melibatkan responden 510 ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara di dunia yang mewakili populasi 28 juta siswa usia 15-16 tahun sekaligus mewakili kekuatan 80% ekonomi global. Hasilnya sangat menarik ternyata peringkat 10 besar PISA didominasi oleh bawah umur dari Asia yaitu di peringkat pertama ditempati bawah umur dari Shanghai China diikuti Singapura Hongkong Taiwan Korea Selatan Macau Jepang Liechtenstein Swiss dan Belanda.
Lalu di mana posisi bawah umur Indonesia berada?Indonesia yang semenjak tahun 2003 aktif mengikuti survey ini menempati posisi ke-64 dengan skor rata-rata matematika 375 sains 382 dan membaca 396. Skor ini masih berada jauh di bawah rata-rata OECD yang mencapai 500 dan bawah umur kita hanya sedikit lebih baik dari bawah umur Peru yang berada di rangking terbawah dan masih di bawah bawah umur Turki di peringkat 44 Thailand 50 atau Brazil 58.
Namun pada ketika yang sama PISA-OECD juga merilis hasil survey lainnya yang juga tidak kalah mengejutkan. Melalui survey 'sense of belonging' PISA-OECD ternyata bawah umur Indonesia menempati rangking pertama di dunia untuk indeks kebahagiaan di sekolah yang mencapai prosentase 96%. Menurut survey ini bawah umur Indonesia yaitu bawah umur yang paling berbahagia dan pintar bersosialisasi di sekolah disusul oleh bawah umur Albania Peru Thailand dan Kolombia. Survey PISA-OECD memperlihatkan bahwa bawah umur dari negara-negara dengan kecakapan matematika sains dan membaca di bawah rata-rata OECD bahkan di peringkat terbawah ternyata yaitu bawah umur yang berbahagia dan merasa senang berada di sekolah dan pintar bersosialisasi.
Apakah artinya semua ini untuk dunia pendidikan di tanah air ?
Banyak yang bisa kita petik sebagai pelajaran dari hasil monitoring dan penilaian capaian EFA dari Unesco dan survey terbaru PISA-OECD ini. Meskipun bukan satu-satunya parameter yang bisa kita jadikan referensi tetapi paling tidak kita memperoleh citra wacana mutu pendidikanyang kita miliki hingga hari ini. Kenyataan survey OECD bisa jadi alasannya kelemahan kita dalam menjamin pemenuhan 8 standarnasional pendidikan yang mencakup standar kompetensi lulusan isi proses dan penilaian serta standar pendidik dan tenaga kependidikan sarana/prasarana pembiayaan dan pengelolaan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UU Sisdiknas No.20 tahun 2003.
Pada kesempatan ini saya akanmembahas khusus wacana pendidik (guru) sebagai aspek yang berdasarkan saya merupakan salah satu kunci utama dalam menjamin peningkatan mutu pendidikandi tanah air. Penelitian yang dilakukan Professor John Hattie dari University of Auckland (2003) mengungkap banyak sekali faktor yg kuat terhadap keberhasilan berguru siswa secara berturut-turut adalah: 49% oleh karakter siswa 30% oleh guru dan hanya masing-masing 7% oleh sekolah rumah dan temannya. Artinya profesionalitas guru merupakan faktor kedua yang sangat kuat terhadap keberhasilan berguru siswa sehabis diri siswa itu sendiri.
Senada dengan studi John Hattie studi Tennessee Value-Added Assessment System -TVAAS (1998)menyimpulkan bahwa betapa guru yang bermutu mempunyai imbas yang besar terhadap pencapaian prestasi berguru siswa. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis data yang memperlihatkan bahwa guru yang profesional bisa meningkatkan prestasi siswa dalam mengikuti ujian terstandar dari 50% menjadi menjadi 90% dalam masa berguru 3 tahun. Sebaliknya guru yang kurang profesional jutsru menurunkan prestasi siswa dalam mengikuti ujian terstandar dari 50% justru menurun menjadi 37% dalam masa' berguru yang sama. Artinya terdapat perbedaan sebesar 53% hasil berguru dan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru profesional dan yang kurang profesional.
Merujuk pada hasil kedua penelitian tersebut dan sumber-sumber lainnya yaitu cukup beralasan bila Pemerintah kemudianmengambil kebijakan reformasi pengembangan guru nasional. Tujuan utama reformasi tersebut yaitu untuk meningkatkan profesionalisme guru terutama dalam mendukung terciptanya proses berguru dan mengajar di kelas yang bermuara kepada dihasilkannya tamatan sekolah yang berkualitas unggul dan kompetitif.
Bapak Rektor para wisudawan dan hadirin sekalian
Kini kalau diperhatikan secara makro kondisi objektif tantangan pengembangan guru Indonesia terletak pada sejumlah perkara penting. Secara kuantitas Indonesia sebetulnya relatif telah mempunyai cukup gurunamun sedikitnya terdapat 4 (empat) tantangan pengembangan profesi guru yang harus kita cermati yaitu: penyiapan calon guru rekrutmen guru distribusi gurukualifikasi dan kompetensi guru.
Secara nasional kini terdapat kecenderungan jumlah mahasiswa calon guru meningkat hingga 12 juta mahasiswa yang terdaftar di sekitar 400 LPTK negeri dan swasta sementara asumsi kebutuhan guru akhir pensiun rata-rata 40.000 orang pertahun. Selain potensi perkara bleeding-supply atau kelebihan pasokan guru yang dihasilkan juga terdapat persoalan disparitas kualitas lulusan yang besar antar LPTK. Oleh alasannya itu LPTK memainkan peranan vital untuk membangun sistem perekrutan calon guru yang lebih berorientasi pada demand-driven sehingga penyiapan hibrida guru (supply) akan menjadi potensi sumber daya pendidikan sesuai dengan kebutuhan (demand) guru nasional. Demikian juga terkait dengan aspek kualitas LPTK dibutuhkan sanggup menjamin supply guru yang bermutu diantaranya melalui (1) sistem seleksi calon mahasiswa yang memungkinkan sanggup menemukenalibukan hanya aspek intelektualitas tetapi juga aspek talenta dan minat fisik dan mental serta aspek jiwa pengabdian; (2) standarisasi kurikulum dan (3) pemenuhan standar kompetensi lulusan.
Tantangan berikutnya wacana sistem rekruitmen guru yang masih jauh dari harapan.Rekruitmen guru semenjak tahun 2001 telah menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Walaupun sudah diatur standar dan kriteriabaku sistem rekruitmen ini bisa dikatakan tidak menghasilkan guru yg diinginkan. Sistem rekrutmen calon guru lebih berorientasi pada persyaratan administratif daripada memperhatikan aspek profesionalisme calon guru.Akibatnya banyak calon guru yang potensial yang seharusnya sanggup memperlihatkan bantuan terhadap peningkatan mutu pendidikan pada alhasil harus berada di luar sistem sebagai imbas dari sistem rekrutmen guru non-merit ini. Untuk itu perlu dipikirkan sistem rekruitmen yg betul-betul menjamin merit sistem berjalan dengan baik contohnya dengan sistem talent scouting yang dilakukan oleh LPTK utk menyiapkan calon guru dari mahasiswa terbaik.
Tantangan lain yang paling banyak menerima perhatian masyarakat yaitu distribusi guru yang tidak merata antar tempat dan antar sekolah. Distribusi guru menjadi permasalahan utama ketika kebanyakan guru lebih menentukan mengajar di perkotaandan hanya sebagian kecil guru bersedia bertugas di pedalaman terpencil dan tertinggal sehingga menyebabkan disparitas penyebaran antardaerah. Demikian juga perkara distribusi muncul alasannya penugasan guru tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah sehingga terjadi kekurangan dan kelebihan guru sehingga menyebabkan perkara disparitas jumlah guru antarsekolah. Akibatnya mutu pendidikan antar sekolah dan antar tempat memperlihatkan kesenjangan yang cukup besar. Walaupun telah diterbitkan Peraturan Bersama 5 Menteri hingga ketika ini gres beberapa tempat saja yang melaksanakan hukum ini sehingga distribusi guru belum sanggup diatasi secara baik. Sebenarnya cukup banyak tempat yang dengan inisiatif sendiri menciptakan regulasi sistem pengembangan guru yang mengatur mutasi guru antar waktu dan antar sekolah sehingga perkara distribusi guru ini sanggup diatasi alasannya menjadi bab dari sistem pengembangan karir guru yang bersangkutan.
Tantangan terbesar pengembangan guru yaitu pemenuhan standar kualifikasi dan kompetensi guru. Dalam konteks umum seseorang yang sudah memenuhi kualifikasi tertentu biasanya kompetensi secara otomatis akan mengikuti kualifikasi tersebut. Di Indonesia sepertinya kedua istilah tersebut selalu dibedakan alasannya kualifikasi tertentu tidak selalu mencerminkan kompetensinya.Kalau kita lihat dari sisi kualifikasi dan kompetensi dari sekitar 2191 juta guru SD dan SMP67 % telah berkualifikasi sarjana S1 ke atas namun gres sekitar 43% yang bersertifikat pendidik sehingga masih terdapat sekitar 57% nya atau sekitar 12 juta guru belum mempunyai akta mengajar.Hasi uji kompetensi guru (UKG) memperlihatkan bahwa kompetensiguru-guru Indonesia baik guru yang sudah maupun yang belum bersertifikat mencapai skor rata-rata 4.25 dari skala 10.
Kondisi ini merupakan akumulasi dari banyak sekali perkara sebelumnya khususnya terkait penyiapan calon guru dan sistem rekruitmen yang tidak memenuhi standar.Oleh alasannya itu beberapa agenda Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Continuing Professional Development) bagi guru perlu diperkuat dan diperluas.Mengikuti diklat dan acara kolektif guru menciptakan publikasi ilmiah atau buku perlu didorong dan ditingkatkan.Selain itu sistem sertifikasi guru harus direview dan diperbaiki baik metode dan masa berlakunya.Sertifikasi harus menilai keseluruhan kinerja dan penguasaan guru terhadap substansi metodologi dan penilaian bidang yang diajarkan melalui banyak sekali instrument penilaian termasuk uji kompetensi.Masa berlaku akta mengajar bukan seumur hidup tapi dibatasi contohnya 3 atau 5 tahun dan diperbaharui manakala seorang guru ingin melanjutkan mengajar di satuan pendidikan tertentu.
Hadirin sekalian yang berbahagia
Memperhatikan kondisi nyata guru pendidikan dasar ibarat itu maka sangatlah masuk akal bila banyak sekali assessment internasional yang mengukur kecapakapan siswa Indonesia ketika ini masih memperlihatkan angka yang rendah alasannya kondisi guru yang belum memadai.Hal ini sekaligus memperkuat tesis John Hattie dan studi Tennessee Value-Added Assessment System (TVAAS) wacana relasi profesionalitas guru dengan prestasi berguru siswa.Kesenjangan kualitas lulusan LPTK sistem rekruitmen yang kurang diyakini hasilnya distribusi guru yang tidak merata kompetensi guru yang belum memenuhi standar menjadi faktor pembenarrendahnya prestasi berguru siswa di Indonesia.Secara empirik hal ini diperkuat oleh kenyataan hasil assesment internasional sebagaimana dikemukakan di atas.
Sebagai alumni Universitas Negeri Malangsaya selalu berharap semoga UM menjadi pencetus dan lebih berperan aktif dalam ikut mengatasi tantangan guru nasional diantaranya dengan melaksanakan penemuan terus menerus dalam menghasilkan guru-guru yang benar-benar kita butuhkan dan berkualitas sesuai dengan tuntutan pembangunan pendidikan di tanah air.Jika secara kuantitas kita memang perlu waktu panjang untuk memenuhinya tetapi secara kualitas kita bisa terus mengupayakan dihasilkannya guru-guru yang bermutu semoga bawah umur didik kita benar-benar diasuh oleh guru-guru yang terbaik. Saya percaya UM telah bisa dan akan terus memerankan kiprahnya dengan baik melalui pelaksanaan amanah Tridharma Perguruan Tinggi; mencetak manusia-manusia Indonesia yang berintegritas tinggi berilmu dan berwawasan luas; melaksanakan penelitian yang memperlihatkan manfaat sebesar-besarnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan melaksanakan dedikasi kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas kesejahteraannya.
Bapak Rektor dan hadirin sekalian yang saya muliakan
Akhir kata sekali lagi saya ingin memberikan selamat kepada Bapak Rektor beserta seluruh civitas akademikaUM atas diwisudanya para sarjana gres cita-cita bangsa ini.Tentu saja ucapan selamat saya juga sampaikan sekali lagi kepada para wisudawan dan wisudawati adik-adik sekalian yang telah berhasil mengikuti proses panjang pendidikan yang akan menjadi bekal adik-adik semuanya untuk berkiprah di tengah masyarakat. Saya ingin pula mengingatkan bahwa hari ini salah satu tahap pendidikan formal adik-adik berakhir tetapi mulai hari ini pula tantangan kehidupan menanti adik-adik sekalian.Hari ini yaitu awal kehidupan kalian menghadapi kenyataan hidup yang berbeda dengan kehidupan kampus.
Karena itu pada kesempatan yang baik ini saya berpesan empat hal. Pertama jangan pernah berhenti berguru dimanapun kalian bekerja dan menempuh kehidupan.Jadilah insan pembelajar ibarat motto UM: the Learning University semoga setiap ketika sanggup terus mengembangkan diri melaksanakan penemuan dan memupuk keahlian yang kalian miliki. Kedua tekunilah bidang pekerjaan yang kita pilih dan terus konsisten dengan pilihan kita.Dengan konsistensi kita sanggup memfokuskan pikiran dan energy untuk bisa sukses di kemudian hari. Ketigabangunlah jaringan (networking) sebanyak dan seluas mungkin yang sesuai dengan kehidupan dan bidang kerja yang kita tekuni. Dengan jaringan yang luas kehidupan kita akan semakin gampang dan pekerjaan atau profesi kitaakan cepat berkembang.Terakhir jadilah yang terbaik dimanapun kita bekerja dan menempuh kehidupan. Jangan menjadi orang biasa-biasa saja tetapi kita harus memperlihatkan bahwa kita punya nilai lebih dari yang lain.
Akhirnya pada kesempatan ini saya memberikan terima kasih yang tak terhingga kepada guru dan dosen saya baik di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan atau di Fakultas lain yang telah mendidik membimbing dan mengantarkan saya mencapai karir kini ini. Tak lupa terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Rektor sekaligus guru saya dan seluruh civitas academika UM yang telah berkenan memperlihatkan kesempatan kepada saya untuk memberikan pidato ini.
Demikian yang sanggup saya sampaikan semoga bermanfaat dan UM terus berkembang dan maju mengawal pembangunan bangsa.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Sumber http://senyumketiga.blogspot.com
0 Response to "Contoh Pidato Pendidikan Rektor Universitas Negeri Malang"
Posting Komentar