Proposal Penelitian Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat fundamental bagi pembangunan bangsa suatu negara yang berperan penting dalam menyiapkan kualitas sumber daya insan yang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 perihal sistem pendidikan nasional,“Pendidikan ialah perjuangan sadar dan bersiklus untuk mewujudkan suasana berguru dan proses pembelajaran semoga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spritual keagamaan, pengendalian, kepribadian, kecerdasan, moral mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat bangsa dan negara” (Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, 2006: 2)
Pendidikan tidak lepas dari suatu proses yaitu pembelajaran. Pembelajaran ialah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan dimana terjadi proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber berguru pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran yang mendidik ialah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu peserta didik berkembang secara utuh, baik dalam dimensi kognitif maupun dalam dimensi afektif dan psikomotorik.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Assisted Individualization (TAI) ialah model pembelajaran kooperatif yang mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan mereka. Maksudnya disini ialah siswa dikelompokkan dengan aneka macam kemampuan. Siswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi cenderung duduk dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang sama. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI siswa yang kemampuan lebih akan di kelompokkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan sedang atau rendah. Dengan metode pengelompokan menyerupai ini diharapkan siswa yang mempunyai kemampuan kurang sanggup berguru dengan temannya. Seperti yang dikatakan Slavin (1995) bahwa sebagian sanggup berguru dengan baik apabila di jelaskan oleh sahabat sebaya mereka. Untuk itu, lantaran Geografi merupakan pembelajaran teori dan pratek maka peneliti menilai metode ini lebih efektif dari pada metode konvensional yang sering di gunakan guru. Geografi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami perihal alam, sehingga geografi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, prinsip –prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses sosial.
Mata pelajaran Geografi diharapkan sanggup menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar, semoga konsep gografi dipahami siswa tidak hanya dengan cara memberi gosip sebaik–baiknya, lantaran ilmu geografi diperoleh dari interaksi sosial dan hubungan dengan alam oleh alasannya itu pendekatan yang sempurna untuk pembelajaran geografi ialah pendekatan ketrampilan proses. Setiap individu bila melaksanakan kegiatan berguru akan mengalami perubahan tingkah laris yang relatif permanen, di dalam pembelajaran siswa dipandang sebagai titik sentral pembelajaran guru harus sanggup memakai sistem pembelajaran yang mengaktifkan siswa sehingga dalam pembelajaran siswa sanggup menguasai pelajaran secara optimal dalam mencapai hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Menengan Atas N 2 Gorontalo khususnya kelas X pada mata pelajaran geografi masih ditemukan pembelajaran yang cenderung belum efektif diantaranya; (1) Minat siswa untuk mengikuti pembelajaran masih kurang, (2) Kurangnya kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang bervariasi, (3) Hasil berguru siswa di Sekolah Menengan Atas N 2 Gorontalo khususnya kelas X masih banyak yang belum mencapai angka ketuntasan, dari setiap kelas yang teramati hasil berguru siswa rata-rata mendapat nilai 60 sementara kriteria ketuntasan mengajar ialah (KKM) 75 (4) Pembelajaran yang ada belum secara maksimal melibatkan siswa secara aktif. Dari fenomena tersebut maka tercetuslah sebuah gagasan dari peneliti untuk mengupayakan penggunaan suatu model pembelajaran yang sanggup melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur dan saling berinteraksi dengan sesama secara aktif, dan efektif melalui sebuah model pembelajaran yang disebut kooperatif mengunakan tipe Teams Assisted Individualization (TAI) .
Geografi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan tanda-tanda atau fakta Geografi, baik yang ada didaratan ( litosfere ), di lingkungan perairan ( hidrosfere ), lingkungan udara ( atmosfere ) maupun di kehidupan ( biosfere ), dilihat dari sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan, dalam konteks keruangan. Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Geografi merupakan salah satu pelajaran wajib yang dipelajari di kelas X, XI dan kelas XII untuk jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ruang lingkup pelajaran Geografi di kelas XI semester satu adalah: menganalisis fenomena biosfer dana antroposfer.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan formulasi judul“Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil berguru siswa pada mata pelajaran geografi".
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, sanggup diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Minat siswa untuk mengikuti pembelajaran masih kurang.
2. Kurangnya kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang bervariasi.
3. Pembelajaran yang ada belum secara maksimal melibatkan siswa secara aktif.
1.3 Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan persoalan dalam penelitian ini ialah “Apakah terdapat perbedaan hasil berguru siswa yang memakai model pembelajaran kooperatif tipe team-asissted-individualization (TAI) dengan hasil berguru siswa yang memakai model Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan persoalan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil berguru siswa yang dibelajarkan dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe team-assisted-individualization (TAI) dengan hasil berguru siswa yang dibelajarkan dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini sanggup dipakai sebagai masukan bagi guru Geografi SMA Negeri 2 Gorontalo dalam meningkatkan kualitas pencapaian proses pelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang beragam.
2. Hasil penelitian ini diharapkan sanggup meningkatkan motivasi berguru siswa dan menawarkan variasi berguru kepada siswa dalam memahami pelajaran Geografi khususnya pada materi atmosfer
3. Semoga penelitian ini sanggup dijadikan sebagai pola bagi mahasiswa dan bagi penulis khususnya dalam rangka mempersiapkan diri sebagai tenaga pengajar yang mempunyai keterampilan dasar mengajar.
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
2.1 Hasil Belajar
Belajar ialah perubahan tingkah laris yang relatif menetap berkat latihan dan pengalaman. Belajar bergotong-royong ialah ciri khas insan dan membedakannya dari hewan. Belajar yang dilakukan insan merupakan bab dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, baik disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak sanggup ditentukan sebelumnya.
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 11) berguru ialah proses perubahan sikap berkat pengalaman dan latihan. Kemudian berdasarkan Hamalik (dalam Hamdani 2011 : 20) berguru ialah suatu proses perjuangan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laris yang gres secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, adaptasi social, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Jelas bahwa suatu proses berguru mengajar pada jadinya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi berguru siswa. Hasil prestasi berguru siswa diukur dengan memakai tes hasil belajar. Hasil berguru seringkali dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah diajarkan sesudah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar seseorang sanggup ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan, ini merupakan perubahan pada diri seseorang sesudah mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman belajar atau proses berguru itu sanggup dilakukan dimana pun tapi yang lebih formalnya proses berguru dilaksanakan di sekolah lantaran sekolah sudah memutuskan tujuan-tujuan pengajaran yang akan dicapai oleh pembelajaran.
Horward Kingsley (dalam Nana sudjana, 2010: 22) “Hasil berguru ialah kemampuan yang dimiliki siswa sesudah ia mendapatkan pengalaman belajaranya yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita- cita. Hasil berguru siswa pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laku, masing-masing jenis hasil belajar sanggup diisi dengan materi yang telah ditetapkan dalam kurikulum”. Hasil berguru sanggup ditunjukkan oleh siswa sesudah melaksanakan proses belajar. Terkadang hasil berguru yang ditunjukkan ada yang memuaskan dan ada yang tidak memuaskan, semua itu bergantung pada bagaimana cara siswa memahami dan memaknai konsep pembelajaran yang dilakukan. Oleh lantaran itu, siswa dituntut untuk mempunyai kemampuan-kemampuan yang sanggup dijadikan dasar perbaikan hasil berguru yang lebih baik. Menurut Purwanto (2011: 38) hasil berguru ialah proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya. Gagne (dalam Suprijono, 2009: 5) menjelaskan bahwa hasil berguru diantaranya berupa gosip verbal, keterampilan intelektual, seni administrasi kognitif, keterampilan motorik, sikap analisasi nilai-nilai dan sikap. Informasi verbal merupakan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa baik mulut maupun tulisan, keterampilan intelektual yaitu kecakapan peserta didik dalam menganalisis suatu fakta atau konsep, seni administrasi kognitif mengarah kepada kemampuan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan kognitif, keterampilan motorik berupa serangkaian gerakan jasmani dalam kegiatan pembelajaran dan sikap ialah kemampuan dalam menolak atau mendapatkan sesuatu.
Taksonomi Bloom ini telah direvisi oleh Krathwohl salah satu pencetus taknomi tujuan belajar, semoga lebih cocok dengan istilah yang sering dipakai dalam merumuskan tujuan belajar. (dalam Purnomo; 2011). yang secara garis besar membagi hasil berguru menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Tipe hasil berguru dari ranah kognitif terdiri dari Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, Menciptakan. Hasil berguru dari ranah afektif terdiri dari lima aspek yakni organisasi, karakteristik nilai, sikap menerima, menawarkan respon, Hasil berguru dari ranah psikomotoris mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil berguru intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (a) Remember (Mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. (b) Understand (Memahami), yaitu memilih makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik (c) Apply (Menerapkan), yaitu mengambil atau memakai suatu mekanisme tertentu bergantung situasi yang dihadapi (d) Analyze (menganalisa), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bab yang lebih kecil dan mendeteksi bab apa yang bekerjasama satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. (e) Evaluate (mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. (f) Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau membuat produk original.
Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, balasan atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.Tiga ranah tersebut diatas terlibat dalam proses berguru mengajar lantaran hasil berguru yang ditunjukkan oleh seseorang berupa perubahan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari beberapa definisi berguru di atas, maka sanggup diambil kesimpulan bahwa berguru ialah perubahan tingkah laris atau tabiat seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan bukan lantaran proses pertumbuhan maupun kematangan. Sedangkan untuk hasil berguru ialah kemampuan yang dimiliki siswa sesudah mereka mendapatkan pengalaman berguru atau proses berguru yang ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan berpikir dan keterampilan siswa. Hasil berguru dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Adapun pada penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif meliputi Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3), Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5), Menciptakan (C6).
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran di jelaskan oleh Suherman (2001:218) Pembelajaran kooperatif meliputi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menuntaskan sebuah masalah, menuntaskan sebuah kiprah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pendapat di atas memperlihatkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa berguru dalam kelompok kecil secara bersama, hal ini bertujuan semoga siswa berperan aktif, reflektif dan saling menghormati dalam setiap proses untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
Pada pembelajaran kooperatif, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang biasanya terdiri dari empat hingga enam siswa. Pengelompokkan siswa dalam pembelajaran kooperatif merupakan pengelompokkan heterogenitas atau bermacam ragam. kelompok heterogen ini sanggup di bentuk dengan memperhatikan latar belakang sosial ekonomi, gender, etnik serta kemampuan akademis. (Lie 2002: 40)
Keuntungan dari pengelompokkan heterogenitas ini di jelaskan oleh Lie (2002: 40) sebagai berikut: 1).kelompok heterogen menawarkan kesempatan kepada siswa yang saling mengajar dan mendukung. 2). kelompok heterogen sanggup meningkatkan interaksi antara siswa . 3). kelompok heterogen menawarkan akomodasi dalam pengeloaan kelas, lantaran dengan adanya satu orang siswa yang berkemmpuan akademik tinggi, guru mendapatkan dalam pengelolaan kelas, lantaran dengan adanya satu orang siswa yang berkemampuan akademik tinggi, guru mendapatkan satu tangan kanan untuk setiap tiga orang.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Slavin :
a . Fase I (Pertama)
- Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid
- Guru menyampaikan, semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi murid belajar.
b. Fase II (Kedua)
- Menyajikan gosip
- Guru menyajikan gosip kepada murid dengan jalan demonstrasi atau lewat materi bacaan.
c. Fase III (Ketiga)
- Mengorganisasikan murid kedalam kelompok-kelompok berguru
· Guru mengajikan kepada murid bagaimana caranya membentuk kelompok berguru dan membantu setiap kelompok semoga melaksanakan transisi secara efesien.
d. Fase IV (Keempat)
- Membimbing kelompok bekerja dan berguru
- Guru membimbing kelompok-kelompok berguru pada ketika mereka mengadakan kiprah mereka.
e. Fase V (Kelima)
- Evaluasi
- Guru mengevaluasi hasil berguru perihal materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Fase VI (Keenam)
- Memberikan penghargaan
- Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil berguru individu atau kelompok.
2.3. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individuaalization (TAI)
Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuaalization (TAI) ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran invidual. Tipe ini di rancang untuk mengatasi kesulitan berguru siswa secara individual. Oleh lantaran itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak dipakai untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe Team Assisted Individuaalization ( TAI ) ini ialah setiap siswa secara individual berguru materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil berguru individual dibawah ke kelompok-kelompok untuk di diskusikan dan saling di bahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan balasan sebagai tanggung jawab bersama.
Terjemahan bebas dari TAI ialah dukungan individual dalam kelompok (Bidak). Oleh lantaran itu siswa harus membangun pengetahuan tidak mendapatkan bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru ialah perundingan dan bukan imposisi-instruksi. Sintak BidaK berdasarkan Slavin (1985) adalah:
1. Buat kelompok heterogen dan berikan materi bimbing berupa modul,
2. Siswa berguru kelompok dengan dibantu oleh siswa pintar anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling mengembangkan sehingga terjadi diskusi,
3. Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Dari hasil kajian pustaka yang penulis lakukan, disimpulkan bahwa pada pembelajaran TAI (Team Assisted Indivualization) materi bimbing yang diberikan terhadap suatu kelompok tidak membedakan kemampuan individu.
Langkah-langkah pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI), Robert E. Slavin adalah sebagai berikut :
a. Guru menawarkan kiprah kepada siswa untuk materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru
b. Guru menawarkan kuis secara individu kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi,sedang,rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
d. Hasil berguru siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling menyidik balasan sahabat satu kelompok.
e. Guru memfasiltasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan menawarkan penegasan pada materi pembelajaran yang telah di pelajari.
f. Guru menawarkan kuis kepada siswa secara individual
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan berguru individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
Slavin (1995:98) menyatakan bahwa :
“TAI was create to take advantage considerable of socialization potencial of cooperative leaning. Previous studies of group-paced cooperative learning methods have consistenly found positive effect of this method of such out-come as relation and attitudes towward main streamed academically handycapped student”.
Kutipan diatas mempunyai makna bahwa TAI juga melihat siswa untuk bersosialisasi dengan baik, ditemukan adanya imbas positif hubungan dan sikap terhadap siswa yang terlamnat akademis. Metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuaalization (TAI) terdiri dari 8 komponen. Delapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individuaalization (TAI) ialah sebagai berikut :
1. Placcement test
Untuk mengetahui kemampuan siswa dan sebagai dasar timbangan pengelompokan., maka siswa dalam tahap ini diberi tes yang berupa pretest atau bisa berupa hasil test sebelumnya.
2. Team
Siswa berguru dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Fungsi kelompok ialah memastikan semua anggota kelompok ikut dan mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Tiap kelompok mengembangkan kemampuan masing-masing untuk objek yang dipermasalahkan sehingga ada interaksi kelompok yang diperoleh dari seluruh sumbangan anggota kelompok.
3. Teching group
Guru menjelaskan materi pokok secara klasikal pada siswa yaitu dengan memperkenalkan konsep-konsep utama kepada siswa sebelum mengerjakan kiprah secara individu.
4. Student Ceative
Sebelum siswa berguru pada kelompoknya, terlebih dahulu masing-masing siswa berusaha membaca, memahami meteri-materi pelajaran dan mengerjakan kiprah secara individu.
5. Team Study
Para siswa diberikan suatu unit perangkat pembelajaran secara individu, unit tersebut berisikan materi kemudian para siswa mengerjakan dan membahas unit-unit tersebut dalam kelompok masing-masing.jika ada siswa yang mendapat kesulitan disarankan untuk meminta dukungan kepada kelompok sebelum meminta dukungan kepada guru.
6. Whole class unit
Pada tahap ini dilakukan diskusi kelas, setiap anggota kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Ketika ada kelompok yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, maka kiprah lain ialah menanggapi balasan dari hasil kerja kelompok lain yang presentasi. Setelah diskusi sesudah guru mengevaluasi terhadap jalannya diskusi dan membenahi atau menyempurnakan balasan siswa. Di simpulan diskusi guru meminta kepada siswa untuk membuat kesimpulan.
7. Fact test
Guru menawarkan tes untuk mengukur kemampuan siswa sesudah diberikan materi. Pada penelitian ini tes diberikan sesudah simpulan pembelajaran.
8. Team scores and team recognition
Diakhir pembelajaran guru menawarkan skor kelompok. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata dari nilai tes anggota kelompok.
Pemberian penghargaan diberikan setiap simpulan pembelajaran berdasarkan skor peningkaan yang diperoleh setiap anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan dengan menyebutkan nama-nama kelompok dengan skor kelompok tertinggi dan skor perkembangan tertinggi, dan penghargaan sanggup berupa apapun asalkan siswa sanggup tertarik serta termotivasi serta meningkatkan prestasi kelompoknya.
Model pembelajaran koopertif Team Assisted Individuaalization (TAI) mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individuaalization (TAI), Slavin (1995:101) menyatakan bahwa berguru kooperatif Team Assisted Individuaalization (TAI) mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hasil berguru siswa.
2. Meningkatkan motivasi berguru pada diri siswa.
3. Mengurangi sikap yang mengganggu.
4. Program ini sanggup membantu siswa yang lemah.
Selain mempunyai kelebihan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individuaalization ( TAI ) juga mempunyai kekurangan, yaitu :
1. Di butuhkan waktu yang usang untuk membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran.
2. Dengan jumlah siswa yang besar dalam kelas, maka guru akan mengalami kesulitan dalam menawarkan bimbingan kepada siswanya.
|
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya maka yang menjadi lokasi penelitian ialah Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Gorontalo bertempat di jalan rambutan nomor 338 kelurahan buladu kecamatan kota barat kota gorontalo propinsi gorontalo terdapat pada titik koordinat 0033’2.1 6” N 123002’09.3” E.
3.1.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanaan pada semester genap yaitu bulan Februari-Mei tahun fatwa 2013/2014 .
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No | Kegiatan | Bulan ke- | ||||
Feb | Marrr | Apr | Mei | |||
1 | Persiapan: | |||||
| Pengurusan surat penelitian dan validasi perangkat pemb. | | | | ||
2 | Pelaksanan: | |||||
| Konsultasi guru dan kepala sekolah | | | | | |
Melakukan pembelajaran di SMAN 2 Gorontalo | | | | | ||
Pengambilan data hasil berguru siswa | | | | | ||
3 | Pelaporan: | |||||
| Pengolahan data penelitian | | | | | |
Penyusunan hasil penelitian skripsi | | | | | ||
3.2 Populasi Dan Sampel
3.2.1 Populasi
Sugiyono (2012: 80) populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelejari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi Populasi pada penelitan ini ialah Kelas X SMAN 2 Gorontalo. Yang berjumlah 303 orang dan terbagi menjadi 10 kelas dengan jumlah masing-masing kelas sanggup dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Distribusi Jumlah Siswa Kelas X SMAN 2 Gorontalo
Kelas | Jumlah Siswa | Total | |
Pria | Wanita | ||
X1 | 12 | 18 | 30 |
X2 | 11 | 15 | 26 |
X3 | 12 | 19 | 31 |
X4 | 14 | 16 | 30 |
X5 | 14 | 17 | 31 |
X6 | 14 | 16 | 30 |
X7 | 15 | 16 | 31 |
X8 | 12 | 19 | 31 |
X9 | 11 | 19 | 30 |
X10 | 12 | 21 | 33 |
Sumber: Absen Siswa T.A 2013-2014
3.2.2 Sampel
Sugiyono (2012: 81) mengemukakan bahwa sampel ialah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki dari populasi tersebut. Dengan demikian bab dari populasi yang dianggap mewakili karakteristik sebuah populasi.
Pengambilan Sampel pada penelitian ini di tentukan dengan mengunakan teknik pengambilam cluster random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang yang sama bagi setiap populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel lantaran dalam penelitian ini populasinya semua homogen. Kemudian 10 kelas yang menjadi populasi di acak kemudian diundi sehingga didapat dua kelas yaitu kelas X2 sebagai yang akan mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe team-assisted-individualization (TAI) , sedangkan kelas X8 sebagai kelas dengan perlakuan pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD).
3.3 Metode dan Desain Penelitian
Metode yang dipakai pada penelitian ini ialah metode eskperimen dengan rancangan posttest-only control design ialah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Rancangan desain penelitian\
Kelas | Perlakuan | Post Test |
Kelas Eksperimen | X1 | OI |
Kelas Kontrol | X2 | O2 |
Keterangan :
- X1 = kelas dengan menggunakan integrsi pembelajaran kooperatif
Tipe team-assisted-individualization (TAI)
- X2 = kelas dengan menggunakan metode pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD)
- OI = tes akhir (posttes) untuk kelas yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe team-assisted-individualization (TAI)
- O2 = tes simpulan (posttes) untuk kelas yang diajarkan dengan
menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi alasannya perubahanya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini ialah diberikan perlakuan dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe team-assisted-individualization (TAI) yang merupakan kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Adapun indikator yang diukur dalam variabel ini ialah penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, lantaran adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat ialah hasil berguru yang diukur berdasarkan skor tes hasil berguru yang di peroleh siswa dari kemampuan dalam memahami materi Atmosfer. Hasil berguru yang diukur untuk beberapa indikatornya yaitu C1 (Pengetahuan). C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (Analisis), dan C5 (aplikasi), C6 (evaluasi).
1. Pengetahuan, pada aspek ini siswa harus bisa mengingat atau menguasai materi yang sudah di ajarkan
2. Pemahaman yaitu siswa bisa menjelaskan materi yang sudah di baca dan di dengar dengan mengunakan kalimat sendiri.
3. Penerapan yaitu mengambil atau mengunakan suatu mekanisme tertentu sesuai situasiyang di hadapi.
4. Analisis, kemampuan siswa menganalisis materi yang sudah dipelajari.
5. Aplikasi, siswa bisa menerapkan apa yang sudah dipelajari kedalam situasi baru.
6. Evauasi, siswa bisa membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Intrumen penelitian dipakai untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, maka dibutuhkan instrumen penelitian. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah data hasil berguru siswa pada mata pelajaran Geografi Topik Atmosfer. Data tersebut diperoleh sesudah kedua kelompok mendapat perlakuan. Untuk kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization (TAI). Sedangkan kelas kontrol mengunakan model pembelajan kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
3.5.1 Instrumen Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes hasil belajar. Tes yang dipakai yaitu dalam bentuk essay yang mewakili sub materi Atmosfer. Tes dipakai untuk mengukur hasil berguru siswa terhadap materi yang diajarkan. Pemberian posttest untuk melihat hasil berguru siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes hasil berguru dibentuk berdasarkan indikator soal yang diambil dari tujuan pembelajaran.
3.5.2 Uji Validitas
Jenis validitas yang dipakai dalam penelitian ialah validitas isi yang membahas apakah setiap butir soal sesuai dengan kisi-kisi soal yang mengandung indikator pencapaian sesuai dengan kompetensi dasar dan kurikulum. Validitas item tes diukur dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan jumlah skor total sebagai kriterium yang memakai rumus korelasi product moment seperti tampak pada persamaan sebagai berikut
.............( 1 ) (Arikunto, 2010: 171)
Keterangan :
rxy = Koofisien korelasi produc momen
∑X = Skor dari setiap item soal
∑Y = Skor total dari keseluruhan item
XY = Hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden
X2 = Kuadrat skor instrument
Y2 = Kuadrat total dari keseluruhan item
N = Jumlah responden
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melaksanakan validasi perangkat pembelajaran terlebih dahulu, yaitu dengan menguji cobakan tes pada kelas X9 dengan jumlah siswa 27 orang, di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol yang merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam analisis statistik, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah tes tersebut layak atau tidak untuk digunakan.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas soal diperoleh sebagai berikut:
Tabel 3.4 Koefisien dan Status Validasi
No. Soal | rdaftar (95%) | Koefisisen Validasi | Status Valid |
1. | 0,404 | 0.26 | Tidak valid |
2. | 0,404 | 0.53 | Valid |
3. | 0,404 | 0.17 | Tidak Valid |
4 | 0,404 | 0.65 | Valid |
5. | 0,404 | 0.65 | Valid |
6. | 0,404 | 0.67 | Valid |
7. | 0,404 | 0.47 | Valid |
8. | 0,404 | 0.46 | Valid |
9. | 0,404 | 0.54 | Valid |
10 | 0,404 | 0.78 | Valid |
Dalam penelitian ini, item tes hasil berguru dikatakan valid bila koefisien validitasnya yaitu rxy ≥ 0,404 dan item tes hasil berguru dinyatakan tidak valid apabila koefisien validitasnya . Makara pada soal nomor 1 dan soal nomor 3 di nyatakan tidak valid lantaran koefisien validitasnya di bawah dari 0,404.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 6 diperoleh hasil uji validitas tes dengan memakai taraf faktual α = 0,05 dan N = 30 serta dengan kriteria interval kepercayaan 95% maka harga rdaftar = r(α) (n) = r (0,05) (30) = 0,404. Dengan membandingkan harga rdaftar dengan harga rhitung menyerupai item soal yang ada pada lampiran 6, diperoleh bahwa rdaftar < rhitung, dimana dari 10 soal yang diberikan 8 valid. Dan soal yang tidak valid, tidak akan di gunakan pada penelitian berikutnya.
3.5.3 Uji Reliabilitas
Untuk uji reliabilitas tes peneliti memakai rumus alfa crombact, dengan persamaan sebagai berikut:
r11 = ..................( 2 ) (Arikunto, 2010: 180)
Keterangan:
r11 : reliabilitas tes
K : banyaknya soal
: : jumlah varians butir soal
𝛔t² : varians total
Dari hasil perhitungan pada lampiran 7 diperoleh reliabilitas test r11 = 0,54 dengan taraf signifikan α = 0,05 dan N = 30, maka harga rdaftar r(0,05)(30) = 0,404 dari hasil diatas diperoleh bahwa rdaftar<rhitung = 0,54 dengan demikian sanggup disimpulkan bahwa test reliabel.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Uji Normalitas
Untuk menguji data, apakah data hasil penelitian yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal, dipakai uji chi-kuadrat.
………………………( 3 ) (Sudjana, 2002: 273)
Keterangan:
: Frekuensi hasil pengamatan
: Frekuensi hasil yang diharapkan
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini didasarkan pada hipotesis statistik berikut
H0 = Data skor test hasil berguru siswa untuk kelas eksperimen atau kelas kontrol terdistribusi normal
H1 = Data skor tes hasil berguru siswa untuk kelas eksperimen atau kelas kontrol yang tidak terdistribusi normal.
Kriteria pengujian normalitas data ini ialah terima hipotesis bila H0 hitung ≤ (1-(K- 1), dengan (1- (K- 1) diperoleh dari daftar distribusi nilai persentil untuk dk = (k-1) dan taraf keberartian, = 0,05.
Sebagaimana kita ketahui bahwa syarat dari uji t ialah data harus homogen dan berdistribusi normal. Pengujian homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan rata-rata dua varians dengan memakai rumus uji F.
Dalam hal ini akan diuji ialah uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol Ho dan tandingannya HI:
Dari hasil post test kedua sampel yang ada pada lampiran 10 sanggup dilakukan pengujian homogenitas diperoleh harga Fhitung sebesar 1,58 pada taraf Untuk taraf faktual α = 0,05, dengan dk pembilang n1-1 = 26-1 = 25 dan dk penyebut n2-1 = 30-1= 29 didapat Ftabel = 2,00. lantaran Fhitung < Ftabel = 1,58 < 2,00 maka hipotesis nol (Ho) diterima, artinya kedua varians homogen.
3.6.2 Pengujian Homogenitas Varians
Pengujian homogenitas varians bertujuan untuk menguji kesamaan rata-rata dari beberapa varians. Karena dalam penelitian ini hanya memakai dua kelas maka rumus yang dipakai ialah uji kesamaan dua varians. Langkah-langkah pengujian kesamaan dua varians (Sudjana, 2002: 249) ialah sebagai berikut:
Akan diuji mengenai uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol Ho dan tandingannya H1:
Ho : =
H1 :
Jika sampel dari populasi kesatu berukuran n1 dengan varians dan sampel dari populasi kedua berukuran n2 dengan varians maka untuk menguji hipotesis di atas dipakai statistik.
= ......................................................( 4 )
Kriteria pengujian ialah terima hipotesis Ho bila . Untuk taraf faktual , dimana didapat dari daftar distribusi F dengan peluang , dk pembilang = n dan dk penyebut = n. Dalam hal lainnya Ho ditolak
Statistik lain yang dipakai untuk menguji hipotesis Ho di muka juga adalah:
=............................( 5 ) (Sugiyono, 2012: 140)
Tolak Ho hanya bila . Dengan didapat daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.
Pengujian normalitas data, baik data post-test kelas eksperimen maupun data post-test kelas kontrol dipakai uji chi-kuadrat pada taraf faktual α = 0, 05.
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis diuji dengan memakai rumus t-test
........................( 6 ) (Sudjana, 2005:239)
Dengan :
t = nilai hitung
= nilai rata-rata kelas eksperimen
= nilai rata-rata kelas kontrol
s = simpangan baku
n1 = jumlah responden kelas eksperimen
n2 = jumlah responden kelas kontrol
Hipotesis yang dipakai pada penelitian ini ialah :
H0 : μ1 = μ2, Artinya tidak terdapat perbedaan dalam hal hasil belajar siswa pada kelas yang memakai model pembelajaran kooperatif tipe team-assisted-individualization (TAI) dengan kelas yang memakai model pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD).
H1: μ1≠ μ2, Artinya terdapat perbedaan dalam hal hasil berguru siswa pada kelas yang model pembelajaran kooperatif tipe team-assisted-individualization (TAI) dengan kelas yang memakai model pembelajaran tipe pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD). (Arikunto, 2010:47)
Statistik t diatas berdistribusi student dengan dk = (n1 + n2 2). kriteria pengujian ini ialah : terima H0 bila t1-1/2 α < t < t1-1/2α, dimana t1-1/2α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1-1/2α). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.
Sumber http://hendrilune.blogspot.com/
0 Response to "Proposal Penelitian Pendidikan"
Posting Komentar