Perkembangan Penerima Didik
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang memakai istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bias dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut mempunyai tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan akseptor didik dilihat dari tahapan tersebut mempunyai kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang terperinci baik dari segi teori hingga kaitannya dengan dampak yang ditimbulkan.
Dalam segi pendidikan khususnya segi pembelajaran, potensi setiap akseptor didik harus benar-benar dipupuk dan dikembangkan sesuai dengan Teori Pieget yang membahas perihal perkembangan kognitif. Maka dari itu kondisi lingkungan sangat menghipnotis perkembangan kemampuan intelektual akseptor didik tersebut. Pengalaman mencar ilmu yang aktif cenderung untuk memajukan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman mencar ilmu yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap perkembangan kognitif termasuk di dalamnya perkembangan intelektual. Usia remaja yaitu usia yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, atau baik fisik maupun psikisnya. Pada usia remaja mereka menganggap dirinya bukan bawah umur lagi. Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang damai dan santai. Orang bau tanah dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orangtua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja. Dengan singkat sanggup dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi akseptor didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus diubahsuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi kiprah yang sanggup diselesaikan dan jangan memberi kiprah dan peraturan yang tidak mungkin dilakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apakah perbedaan pertumbuhan dan perkembangan?
3. Apakah faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan?
4. Apa perkembangan anak usia dini dan usia sekolah?
5. Apakah implikasi perkembangan terhadap pendidikan?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pertumbuhan dan perkembngan.
2. Mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembngan.
3. Mengetahui faktor-faktor pertumbuhan dan perkembngan.
4. Mengetahui perkembangan anak usia dini dan sekolah.
5. Mengetahui implikasi perkembangan terhadap pendidikan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MENURUT PARA AHLI
Pertumbuhan dan Perkembangan yaitu dua buah kata yang mempunyai maksud hampir sama namun mempunyai arti yang berbeda. Semua makhluk hidup atau organisme dalam hidupnya mengalami proses perubahan biologis. Perubahan tersebut terjadi disebabkan semua organisme mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
a) Pertumbuhan
Pertumbuhan ( Growth ) yaitu perubahan KUANTITATIF ( berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dst ) pada materiil sesuatu akhir dari adanya dampak dari lingkungan. Contoh : munculnya gigi baru semakin bertambahnya jumlah gigisemakin bertambahnya tinggi badan, dst.
b) Perkembangan
Perkembangan ( Development ) yaitu suatu proses perubahan ke arah kedewasaan atau pematangan yang bersifat KUALITATIF ( ditekankan pada segi fungsional ) akhir adanya proses pertumbuhan materiil dan hasil mencar ilmu dan biasanya tidak sanggup diukur. Contoh : pematangan sel ovum dan sperma, munculnya kemampuan berdiri dan berjalan, dst.
c) Pertumbuhan Dan Perkembangan Menurut Para Ahli
Pendapat para hebat biologi perihal arti pertumbuhan dan perkembangan pernah dirangkumkan oleh Drs. H. M. Arifin, M. Ed. bahwa pertumbuhan diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh serta bagian-bagiannya.
Sedangakn perkembangan menunjuk pada perubahan-perubahan dalam bentuk belahan tubuh dan integrasi banyak sekali bagiannya ke dalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Intinya bahwa pertumbuhan sanggup diukur sedangkan perkembangan hanya sanggup dilihat gejala-gejalanya. Perskembangan dipersyarati adanya pertumbuhan..
2.2 PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1. Pertumbuhan
ü Proses pertumbuhan ukuran (panjang, lebar, volume), contoh : ukuran bayi dan sampaumur berbeda dan itu dinamakan perumbuhan
ü Bersifat irreversibel (tidak sanggup kembali), contoh : orang tinggi tidak sanggup kembali menjadi pendek lagi kecuali lantaran suatu penyakit
ü Bersifat kuantitatif (bisa diitung), contoh : ukuran berat atau tinggi seseorang bisa dinyatakan dalam angka.
2. Perkembangan
ü Proses menuju kedewasaan, contoh : anak-anak masih sering memikirkan main saja tapi ketika udah sampaumur lebih sering memikirkan masa depannya walaupun berbeda-beda caranya.
ü Bersifat kualitatif (tidak sanggup diitung), contoh : terkadang kita menemukan sikap bawah umur berumur belasan tahun bersikap lebih sampaumur dan memikirkan masa depannya dibanding yg berumur puluhan tahun.
ü Bersifat reversibel(dapat kembali), contoh : terkadang ada insan yg sudah berusia lanjut atau bau tanah mempunyai sifat dan sikap ibarat anak-anak.
2.3 FAKTOR – FAKTOR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
1. Faktor Dalam (Internal)
Gen
Gen yaitu substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen menghipnotis ciri dan sifat makhluk hidup, contohnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya. Gen juga memilih kemampuan metabolisme makhluk hidup, sehingga menghipnotis pertumbuhan dan perkembangannya.
Hewan, tumbuhan, dan insan yang mempunyai gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sesuai dengan periode pertumbuhan dan perkembangannya. Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu-satunya faktor yang memilih pola pertumbuhan dan perkembangan, lantaran juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Misalnya tumbuhan yang mempunyai sifat unggul dalam pertumbuhan dan perkembangannya, hanya akan tumbuh dengan cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat bila ditanam di lahan subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam dilahan tandus dan kondisi lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangannya menjadi kurang baik. Demikian juga ternak unggul hanya akan berproduksi secara optimal bila diberi pakan yang baik dan dipelihara di lingkungan yang sesuai.
Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan banyak sekali fungsi di dalam tubuh. Meskipun kadarnya sedikit, hormon memperlihatkan dampak yang nyata dalam pengaturan banyak sekali proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup beragam jenisnya.
2. Faktor Luar (External)
Faktor luar yang menghipnotis proses pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berasal dari faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup yaitu sebagai berikut :
Makanan atau Nutrisi
Makanan merupakan materi baku dan sumber energi dalam proses metabolisme tubuh. Kualitas dan kuantitas makanan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Karena sedang dalam masa pertumbuhan, kamu harus cukup makan makanan yang bergizi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuhmu. Zat gizi yang dibutuhkan insan dan binatang yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Semua zat ini diperoleh dari makanan. Sedangkan bagi tumbuhan, nutrisi yang dibutuhkan berupa air dan zat hara yang terlarut dalam air. Melalui proses fotosintesis, air dan karbon dioksida (CO2) diubah menjadi zat masakan dengan pinjaman sinar matahari. Meskipun tidak berperan pribadi dalam fotosintesis, zat hara dibutuhkan supaya tumbuhan sanggup tumbuh dan berkembang dengan baik. Coba kau amati, tumbuhan padi yang terlambat dipupuk, daunnya akan berwarna kekuningan. Setelah dipupuk, daun tumbuhan padi itu akan kembali berwarna hijau dan tumbuh dengan baik. Mengapa demikian? Di dalam pupuk terkandung zat hara yang penting sebagai nutrisi tanaman.
Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu ini disebut suhu optimum, contohnya suhu tubuh insan yang normal yaitu sekitar 37°C. Pada suhu optimum, semua makhluk hidup sanggup tumbuh dan berkembang dengan baik. Hewan dan insan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dalam kisaran suhu lingkungan tertentu. Tumbuhan memperlihatkan dampak yang lebih nyata terhadap suhu. Padi yang ditanam pada awal isu terkini kemarau (suhu udara rata-rata tinggi) lebih cepat dipanen daripada padi yang ditanam pada isu terkini penghujan (suhu udara rata-rata rendah). Jenis bunga mawar yang tumbuh dan berbunga dengan baik di pegunungan yang sejuk, ketika ditanam di tempat pantai yang panas pertumbuhannya menjadi lambat dan tidak menghasilkan bunga yang seindah sebelumnya. Hal ini disebabkan lantaran semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan ibarat peresapan air, fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tumbuhan dipengaruhi oleh suhu.
Cahaya
Cahaya besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Tumbuhan sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun keberadaan cahaya ternyata sanggup menghambat pertumbuhan tumbuhan lantaran cahaya sanggup merusak hormon auksin yang terdapat pada ujung batang. Bila kau menyimpan kecambah di tempat gelap selama beberapa hari, kecambah itu akan tumbuh lebih cepat (lebih tinggi) dari seharusnya, namun tampak lemah dan pucat/kekuning-kuningan lantaran kekurangan klorofil. Selain tumbuhan, insan juga membutuhkan cahaya matahari untuk membantu pembentukan vitamin D.
Air dan Kelembapan
Air dan kelembapan merupakan faktor penting untukpertumbuhan dan perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup tidak sanggup bertahan hidup. Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Tanpa air, reaksi kimia di dalam sel tidak sanggup berlangsung, sehingga sanggup menyebabkan kematian.
Kelembapan yaitu banyaknya kandungan uap air dalam udara atau tanah. Tanah yang lembab berpengarauh baik terhadap pertumbuhan tumbuhan. Kondisi yang lembab banyak air yang sanggup diserap oleh tumbuhan dan lebih sedikit penguapan. Kondisi ini sangat menghipnotis sekali terhadap pemanjangan sel. Kelembapan juga penting untuk mempertahankan stabilitas bentuk sel.
Tanah
Bagi tumbuhan, tanah besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Tumbuhan akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila kondisi tanah tempat hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi tanah ditentukan oleh faktor lingkungan lain, contohnya suhu, kandungan mineral, dan air.
2.4 PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DAN USIA SEKOLAH
1. Perkembangan Anak Usia Dini
a. Perkembangan Fisik/motorik
Perkembangan fisik mengikuti aturan perkembangan yang disebut “cephalocaudal” dan “proximodistal”. Hukum cephalocaudal menyatakan bahwa perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh tubuh hingga ke kaki. Sedangkan aturan proximodistal menyatakan bahwa perkembangan bergerak dari pusat sumbu ke ujung-ujungnya atau dari belahan yang bersahabat sumbu pusat tubuh ke belahan yang lebih jauh.
Gerakan anak usia dini lebih terkendali dan terorganisasi dengan pola-pola ibarat menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan sanggup terjuntai dengan santai, serta bisa melangkah dengan meggerakkan tungkai dan kaki.
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif yaitu kapasitas intelektual yang dimiliki oleh seorang anak dan bagaimana kapasitas tersebut berkembang hingga mereka sampaumur kelak. Para hebat psikologi setuju bahwa perkembangan kognitif seorang anak paling tidak dipengaruhi oleh 3 faktor (Berk, 2005). Faktor yang pertama yaitu faktor hereditas, kemudian faktor kematangan individu dan faktor terakhir yaitu faktor belajar.
Piaget juga membagi perkem-bangan kognitif anak kedalam 4 tahap (Ginsburg & Opper, 1998). Tahapan dalam perkembangan kognitif anak berikut karakteristiknya disajikan dalam table berikut ini (Wadsworth, 1989);
1 Sensorimotor 0-2 tahun · Menggunakan gerak refleks
· Informasi bersandarkan pada panca indra
2 Pra-operasional 2-4 tahun · Mulai memakai bahasa
· Berfikir secara operasioanal
· Egosentris
· Belum memahami aturan konservasi
3 Konkret Operasional
· Mengerti aturan konservasi
· Mengerti konsep reversibility
4 Formal Operasional 11-15 tahun · Memiliki kemampuan berfikir abstrak
· Memahami cara berfikir ilmiah
· Mulai berfikir perihal identitas diri
· Mulai tertarik dengan isu-isu social
Disamping Piaget dan Berk, Hardiono D. Pusponegoro (2006) mengungkapkan karakteristik dari perkembangan kognitif anak usia 1 hingga 2 tahun sebagai berikut :
a. Anak Usia 1 Tahun
1. Ingin tahunya besar (curious).
2. Fokus pada sesuatu yang diinginkan.
3. Menirukan bunyi binatang.
4. Menyebutkan nama – nama orang yang dikenalnya.
5. Menggabungkan dua kata menjadi satu kalimat sederhana.
6. Menggunakan kata benda saya dan milikku.
7. Dapat menyebutkan bagian-bagian gambar yang dikenal-nya.
8. Menggunakan objek tertentu untuk membuktikan maksudnya.
9. Mulai memasukkan orang (kedua) lain dalam bermain peran.
10. Dapat memegang pensill dan mencorat-coret.
11. Sangat aktif.
12. Dikarenakan imajinasi yang terus berkembang, sulit membedakan mana yang asli dan yang khayalan.
b. Anak Usia 2 Tahun
1. Mengikuti perintah yang sederhana.
2. Menggunakan 2 atau 3 kata kombinasi.
3. Mengekspresikan perasaan dan harapannya.
4. Menggunakan benda untuk membuktikan benda lainnya.
5. Jangka waktu konsentrasi masih terbatas.
6. Dapat mengingat sajak pendek.
7. Mampu menyanyikan lagu yang sederhana.
8. Mulai memikirkan berbuat sesuatu sebelum bertindak.
9. Mempunyai masalah dalam memilih pilihan, tetapi berani membuat pilihan.
c. Perkembangan Bahasa
Melalui bahasa individu mencar ilmu untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bahasa juga membantu anak untuk mengungkapkan perasaan,pikiran, dan keinginannya kepada orang lain. Bahasa tidak lain merupakan sintesis dari kemampuan berfikir yang kompleks dan aneh ( Woolfolk, 1989 ).
Perkembangan bahasa meliputi dua-duanya, komunikasi verbal dan tertulis. Kemampuan-kemampuan verbal berkembang amat dini, dan menjelang usia 3 tahun, akseptor didik-peserta didik sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada tamat masa anak usia dini, mereka sanggup memakai dan memahami sejumlah besar kalimat, sanggup terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan, dan mengetahui perihal bahasa goresan pena (Gleason, 1981). Meskipun terdapat perbedaan individual dalam kecepatan akseptor didik memperoleh kemampuan berbahasa, urutan perolehan itu serupa untuk seluruh akseptor didik.
Para hebat linguistik setuju ada 4 komponen yang membangun bahasa. Komponen yang pertama yaitu fonologi. Fonologi mengacu kepada struktur bahasa yang mengatur bunyi aksara pada sebuah bahasa. Komponen yang kedua ialah semantik. Semantik merupakan struktur bahasa yang mengatur kosa kata atau perbendaharaan kata dari suatu bahasa. Komponen fonologi dan semantik merupakan komponen awal yang dimiliki seorang anak. Komponen yang ketiga yaitu grammar. Grammar merupakan struktur bahasa yang menjelaskan perihal tata bahasa dan bagai-mana menggunakannya dalam konteks kalimat. Komponen yang terakhir yaitu pragmatis. Pragmatis merupakan komponen bahasa yang mengatur bagaimana memakai bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan seorang anak untuk mengekspresikan keinginan,perasaan, dan pikirannya lewat bahasa intinya memperlihatkan kemampuan anak untuk memakai komponen semantik. Woolfolk (1989) menyatakan bahwa bahasa anak berkembang dari kemampuan yang bersifat sederhana menuju kemampuan yang lebih kompleks.
d. Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik anak merupakan perkembangan yang paling sering diidentifikasi oleh orangtua. Meskipun demikian, kebanyakan orang bau tanah memahami perkembangan psikomotorik hanya terbatas kepada kemampuan motorik berangasan semata. Padahal kemampuan psikomotorik anak tidak hanya ditentukan oleh kemampuan motorik berangasan saja, tetapi juga kemampuan motorik halus anak. Kemampuan motorik berangasan biasanya ditentukan oleh gerak otot dan fisik. Sementara kemampuan motorik halus lebih merupakan gerak koordinasi yang dilakukan oleh seorang anak.
e. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi anak behubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada tahap ini emosi anak usia pra sekolah lebih rinci. Anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka.
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada anak usia dini:
a) Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang di anggap membahayakan.
b) Cemas, perasaan takut yang bersifat imajinasi tanpa ada objek.
c) Marah, yaitu perasaan tidak bahagia baik terhadap orang lain, diri sendiri, maupun objek tertentu.
d) Cemburu, yaitu perasaan tidak bahagia terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang orang yang disayanginya.
e) Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman lantaran tergoda keinginannya.
f) Kasih sayang, yaitu perasaan bahagia memperlihatkan perhatian dan proteksi kepada orang lain.
g) Phobia, yaitu rasa takut terhadap objek yang tidak perlu ditakutunya.
h) Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal perihal objek yang ada disekitarnya.
f. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adala perkembangan sikap anak dalam mengikuti keadaan dengan aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya hasil dari kematangan. Perkembangan sosial anak diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan mencar ilmu dari banyak sekali respon terhadap dirinya.
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik meliputi aspek-aspek anatomis dan fisiologis
1. Perkembangan Anatomis
Perkembangan anatomis ditujukan dengan adanya kuantitatif pada struktur tulang-berulang. Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajegan tubuh secara keseluruhan.
a) tulang-berulang pada masa bayi berjumlah 27 yang masih rentur, berpori dan persambungannya longgal
b) berat tubuh tinggi tubuh pada waktu lahir umumnya sekitar 3-4 kg dan 0-60 cm, masa kanak-kanak sekitar 12-15 kg dan 90-120 cm
c) Proporsi tinggi kepala dan tubuh pada masa bayi dan kanak-kanak sekitar 1:4.
2. Perkembangan Fisiologi
a) Perkembangan fisiologi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati ibarat konstraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan
b) otot sebagai pengontrol motorik, proporsi bobotnya 1-5 pada masa bayi dan kanak-kanak;
c) frekuensi denyut jantung pada masa bayi sekitar 140 permenit dengan meningkatkan usia sanggup berkurang hingga 62-63 meskipun normalnya pada orang sampaumur sekitar 72;
d) persentase tingkat kesempurnaan perkembangan secara fungsional
e) keaktifan dan tingkat kematangannya sekresi tubuh
b. Perkembangan Prilaku Psikomotorik
a) Prilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, konatif).
b) Loree (1970:75) menyatakan bahwa ada dua macam sikap psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehensian).
c) Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks ibarat yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekeja (working).
c. Perkembangan Intelektual (IQ)
a) Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget anak usia antara 5-7 tahun memasuki tahap operasi kasatmata (concrete operations) yaitu pada waktu anak sanggup berikir secara logik mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini hingga kira-kira II tahun.
b) Berpikir Operasional
Melakukan banyak sekali bentuk operasional yaitu kemampuan acara mental sebagai kebalikan dari acara jasmani. Pada tahap operasionak kasatmata bawah umur sudah mulai bekerja denga angka-angka, mengetahui konsep-konsep waktu dan ruang dan sanggup membedakan kenyataan dengan hal-hal yang bersifat fantasi.
Anak-anak usia sekolah lebih sanggup berpikir secara logik dari pada waktu mereka masih muda. Menurut Piaget seorang anak pada periode perkembangan initelah bisa memakai simbol” untuk melaksanakan sesuatu.
d. Perkembangan Emosional (EQ)
Pada masa anak sekolah dasar (school age), pada masa ini ia pada umumnya mulai dituntut untuk sanggup mengerjakan atau menuntaskan sesuatu dengan baik bahkan sempurna. Kemampuan melaksanakan hal-hal tersebut menumbuhkan kepercayaan atas kecakapannya menuntaskan sesuatu tugas. Kalau tidak pada akan tumbuh / menyebabkan perasaan rendah diri (inferiority) yang akan dibawanya pada taraf perkembangan selanjutnya. Pada masa ini anak usia SD mulai mengalami ketidak senangan berdiferensiasi di dalam rasa aib cemas dan kecewa sedangkan kesenangan, berdiferensiasi ke dalam impian dan kasih orang. Oleh lantaran itu, tidak heran kalau terdapat siswa-siswi yang membenci atau menyenangi guru atau bidang studi tertentu, bergantung pada kemampuan guru untuk menyelenggarakan conditioning reinforcement aspek-aspek emosional tersebut.
2.5 IMPLIKASI PERKEMBANGAN TERHADAP PENDIDIKAN
Aspek-aspek perkembangan akseptor didik yang berimplikasi terhadap proses pendidikan akan diuraikan ibarat di bawah ini.
1. Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Secara fisik, anak pada usia sekolah dasar mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan dipahami lantaran akan mempunyai implikasi tertentu bagi penyelenggaraan pendidikan. Menurut Budiamin, dkk. (2009:5) proses perkembangan biologis atau perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh individu ibarat pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ inderawi, dan sejenisnya. Termasuk juga di dalamnya perubahan dalam kemampuan fisik ibarat perubahan dalam penglihatan, kekuatan otot, dan lain-lain. Pemikiran tersebut menuntut perlunya suatu penyelenggaraan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan fisik ibarat yang telah diungkapkan. Dalam hal ini, Budiamin, dkk. (2009:84) juga beropini bahwa dibutuhkan suatu cara pembelajaran yang “hidup”, dalam arti memperlihatkan banyak kesempatan kepada akseptor didik untuk memfungsikan unsur-unsur fisiknya. Dengan kata lain, dibutuhkan suatu cara pembelajaran yang bersifat langsung. Cara pembelajaran ibarat ini tidak saja akan memunculkan kegemaran belajar, tetapi juga akan memperlihatkan banyak dampak positif. Anak usia sekolah dasar sudah lebih bisa mengontrol tubuhnya daripada anak usia sebelumnya. Kondisi demikian membuat anak SD sanggup memperlihatkan perhatian yang lebih usang terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Namun, perlu diingat bahwa kondisi fisik tersebut masih jauh dari matang dan masih terus berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak untuk peningkatan keterampilan motorik dan memenuhi kesenangan. Oleh lantaran itu, suatu prinsip praktek pendidikan yang penting bagi anak usia sekolah dasar yaitu mereka harus terlibat dalam kegiatan aktif daripada pasif. Selanjutnya Budiamin, dkk. (2009:78) mengemukakan bahwa perkembangan perseptual intinya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungan. Semua informasi perihal lingkungan hingga kepada individu melalui alat-alat indera yang kemudian diteruskan melalui syaraf sensori ke belahan otak. Informasi perihal objek penglihatan diterima melalui mata, informasi perihal objek pendengaran diketahui melalui telinga, objek sentuhan melalui kulit, dan objek penciuman melalui hidung. Tanpa adanya alat-alat indera tersebut, otak insan akan terasing dari dunia yang ada di sekitarnya. Kondisi perkembangan perseptual pun masih mengalami penajaman dan penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan berkembang dengan baik bila dirangsang dan difungsikan melalui interaksi dengan lingkungan.
2. Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual erat kaitannya dengan potensi otak manusia. Menurut Widiasmadi (2010:55), potensi otak insan hanya tampak delapan persen sebagai pikiran sadar, sedangkan sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Dari klarifikasi tersebut sanggup kita ketahui bahwa potensi otak insan yang berkaitan dengan perkembangan intelektual hanya memuat delapan persen saja. Untuk itu, perkembangan intelektual pada akseptor didik perlu dikembangkan.
Proses perkembangan intelektual berdasarkan pendapat Budiamin, dkk. (2009:5) melibatkan perubahan dalam kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas ibarat mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghapal doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman kepada orang lain merupakan kiprah proses intelektual dalam perkembangan anak.
Teori Piaget banyak dipakai dalam praktik pendidikan atau proses pembelajaran, meski teori ini bukanlah teori mengajar. Piaget (Budiamin, dkk., 2009:108) berpandangan bahwa: (1) pembelajaran tidak harus berpusat pada guru, tetapi berpusat pada akseptor didik; (2) materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat mencar ilmu akseptor didik; (3) pendidik dan akseptor didik harus sama-sama terlibat dalam proses pembelajaran; (4) urutan materi dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama, lantaran akan sulit dipahami oleh akseptor didik bila urutannya loncat-loncat; (5) guru harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif akseptor didik dalam melaksanakan stimulasi pembelajaran; dan (6) pembelajaran hendaknya dibantu dengan benda-benda kasatmata pada anak sekolah dasar kelas awal.
3. Implikasi Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan juga sanggup diwujudkan dengan tanda aba-aba tangan atau anggota tubuh lainnya yang mempunyai aturan sendiri.
Selanjutnya masih berkaitan dengan bahasa, Budiamin, dkk. (2009:111) memperkirakan sekitar 50 bahasa aba-aba dipakai di seluruh dunia. Penggunaan bahasa aba-aba ini diduga menghipnotis pemrosesan informasi dan belajar.
Budiamin, dkk. (2009:117) kemudian memaparkan implikasi perkembangan bahasa pada akseptor didik. Lihat pula Depdikbud (1999: 147).
a) Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif, maka perkembangan bahasa akseptor didik sanggup berjalan secara optimal. Sebaliknya apabila kegiatan pembelajaran berjalan kurang efektif, maka sanggup diprediksi bahwa perkembangan bahasa akseptor didik akan mengalami hambatan.
b) Bahasa yaitu alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan sosial. Jika ingin menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk mendapatkan hasil pendidikan yang optimal, maka sangat dibutuhkan bahasa yang komunikatif dan memungkinkan akseptor didik yang terlibat dalam interaksi pembelajaran sanggup berperan secara aktif dan produktif.
c) Meskipun umumnya anak SD mempunyai kemampuan potensial yang berbeda-beda, namun pemberian lingkungan yang aman bagi perkembangan bahasa semenjak dini sangat diperlukan.
4. Implikasi Perkembangan Kreativitas
Secara umum kreativitas sanggup diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap perihal sesuatu dengan cara yang gres dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap banyak sekali persoalan.
Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas merupakan suatu acara otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh lantaran itu, kreativitas lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif daripada reproduktif. Desmita dalam bukunya Psikologi Perkembangan (2008:176) memaparkan perihal perhatian para psikolog dan kalangan dunia pendidikan terhadap kreativitas sebagai salah satu aspek dari fungsi kognitif yang berperan dalam prestasi anak di sekolah, yang bermula dari pidato Guilford tahun 1950. Guilford dalam pidatonya menegaskan bahwa kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur pendidikan guna menyebarkan potensi akseptor didik secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni.
Menyadari posisi strategis kreativitas dalam kehidupan akseptor didik, perlu dikemukakan banyak sekali upaya yang sanggup mendukung pengembangan kreativitas terhadap pendidikan. Namun dalam kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada akseptor didik, melainkan hanya memungkinkan untuk sanggup dimunculkan.
5. Implikasi Perkembangan Sosial
Manusia berdasarkan pembawaannya yaitu makhluk sosial. Sejak dilahirkan, bayi sudah termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil, mulanya bawah umur hanya mempunyai hak saja. Di dalam rumah tangga ia mempunyai hak untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang tuanya. Namun, lama-kelamaan keadaan itu berubah. Anak-anak yang pada mulanya hanya mempunyai hak saja, berangsur-angsur mempunyai kewajiban.
Lingkungan sosial merupakan dampak luar yang tiba dari orang lain. Selain itu, yang termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendidikan yaitu pengaruh-pengaruh yang disengaja dari anggota banyak sekali golongan tertentu, ibarat dampak ayah, nenek, paman, dan guru-guru.
Purwanto (2006:171) menyampaikan bahwa kiprah dan tujuan pendidikan sosial adalah: (1) mengajar bawah umur yang hanya mempunyai hak saja, menjadi insan yang sadar akan kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam masyarakat; dan (2) membiasakan bawah umur mematuhi dan memenuhi kewajiban sebagai anggota masyarakat.
Budiamin, dkk. (2009:123) berpandangan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam kekerabatan sosial yang erat kaitannya dengan pencapaian kemandirian. Sementara itu, Sunarto dan Hartono (2006:143) beropini bahwa perkembangan sosial yaitu berkembangnya tingkat kekerabatan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
6. Implikasi Perkembangan Emosional
Emosi berdasarkan Sarwono (Yusuf, 2005:115) merupakan keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Baradja (2005:221) kemudian mengemukakan beberapa contoh perihal dampak emosi terhadap sikap individu dalam pembelajaran, di antaranya: (1) memperkuat dan melemahkan semangat apabila timbul rasa bahagia atau kecewa atas hasil mencar ilmu yang dicapai; (2) menghambat konsentrasi mencar ilmu apabila sedang mengalami ketegangan emosi; (3) menggangu pembiasaan sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati; dan (4) suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya akan menghipnotis sikapnya di kemudian hari.
Demikian pula Hurlock (1978:211) mengungkapkan secara terperinci bahwa emosi menghipnotis cara mencar ilmu anak, yaitu: (1) menyiapkan tubuh untuk melaksanakan tindakan; (2) reaksi emosional apabila diulang-ulang akan menjelma kebiasaan; (3) emosi merupakan suatu bentuk komunikasi; (4) emosi mewarnai pandangan anak; dan (5) emosi sanggup menggangu acara mental.
Begitu pentingnya faktor perkembangan emosional dalam memilih keberhasilan mencar ilmu akseptor didik, Desmita (2008:173) mengutip pernyataan DePorter, Reardon, dan Singer-Nourie dalam buku mereka yang sangat populer Quantum Teaching: Orchestrating Student Success, yang menyarankan supaya para pendidik memahami emosi para siswa. Memperhatikan dan memahami emosi siswa sanggup membantu pendidik mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan permanen. Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti membangun ikatan emosional dengan membuat kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Melalui kondisi mencar ilmu di maksud, para siswa akan lebih ikut serta dalam kegiatan sukarela yang bekerjasama dengan materi pelajaran.
7. Implikasi Perkembangan Moral
Purwanto (2006:31) berpendapat, moral bukan hanya mempunyai arti bertingkah laris sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang bau tanah saja, melainkan lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara, berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke dalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari anak-anak. Adapun perkembangan moral berdasarkan Santrock yaitu perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang seharusnya dilakukan oleh insan dalam interaksinya dengan orang lain (Desmita, 2008:149). Perkembangan moral anak sanggup berlangsung melalui beberapa cara, salah satunya melalui pendidikan langsung, ibarat diungkapkan oleh Yusuf (2005:134). Pendidikan pribadi yaitu melalui penanaman pengertian perihal tingkah laris yang benar-salah atau baik-buruk oleh orang bau tanah dan gurunya. Selanjutnya masih berdasarkan Yusuf (2005:182), pada usia sekolah dasar anak sudah sanggup mengikuti tuntutan dari orang bau tanah atau lingkungan sosialnya. Pada tamat usia ini, anak sanggup memahami alasan yang mendasari suatu bentuk sikap dengan konsep baik-buruk. Misalnya, ia memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang bau tanah merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang bau tanah merupakan suatu hal yang baik.
8. Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak sebetulnya telah mempunyai dasar-dasar kemampuan spiritual yang dibawanya semenjak lahir. Untuk menyebarkan kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh lantaran itu, untuk melahirkan insan yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ dan SQ juga.
Zohar dan Marshall (Desmita, 2008:174) pertama kali meneliti secara ilmiah perihal kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan problem makna dan nilai, yang menempatkan sikap dan hidup insan dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.
Berkaitan dengan perkembangan spiritual yang membawa banyak implikasi terhadap pendidikan, diharapkan muncul insan yang benar-benar utuh dari lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu, pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan sebagai belahan penting dari program-program pendidikan yang diberikan di sekolah dasar. Tanpa melalui pendidikan agama, tidak mungkin SQ sanggup berkembang baik dalam diri akseptor didik.
9. Implikasi Perkembangan Karier
Salah satu aspek perkembangan anak usia sekolah dasar yang perlu menerima perhatian khusus yaitu perkembangan karier. Menurut Budiamin, dkk. (2009:154), karier yaitu perjalanan hidup individu yang bermakna melalui serangkaian kesuksesan. Disebutkan pula bahwa sesuatu bisa disebut karier bila mengimplikasikan adanya: (1) pendidikan yang diwujudkan dengan keahlian tertentu, (2) keberhasilan, (3) pengabdian atau komitmen, dan (4) kebermaknaan personal dan finansial.
Mengenai pengembangan karier pada anak usia SD, Parson (Budiamin, dkk., 2009:154) mengemukakan dua langkah pengambilan keputusan karier. (1) perolehan pemahaman diri, yaitu pemahaman secara terperinci perihal sikap, prestasi, kemampuan, minat, nilai-nilai, dan kepribadian. Sejak dini anak usia SD dibimbing untuk memahami hal-hal tersebut. Misalnya, anak usia SD sudah mulai diajak mendiskusikan kelebihan dan kekurangan diri sendiri dilihat dari prestasi belajarnya, diajak mendiskusikan minat-minatnya, dan banyak sekali hal lain yang terkait dengan ciri-ciri dirinya; (2) memperoleh pengetahuan perihal dunia kerja yang meliputi pengetahuan perihal informasi tipe lapangan kerja.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Di tinjau dari segi pendidikan, potensi setiap akseptor didik harus dipupuk dan dikembangkan. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila pendidik sanggup mendapatkan akseptor didik dalam kondisi apapun. Pendidik mengusahakan suasana dimana akseptor didik tidak bisa dinilai oleh orang lain, dan kiprah pendidik ialah memperlihatkan pengertian kepada para akseptor didik yang membutuhkannya. Dalam penyelenggaraan pendidikan perlu diperhatikan sarana dan prasarana. Disamping itu perkembangan emosi akseptor didik sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor tertentu. Sekolah merupakan titik tolak dasar untuk pengembangan kekerabatan sosial akseptor didik, para akseptor didik juga harus bisa saling menghargai antara yang satu dengan lainnya dan sekolah sebaiknya memperlihatkan pola pengajaran yang demokratis kepada para akseptor didik. Kita sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka dari itu proses pertumbuhan dan perkembangan akseptor didik sangat di pengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama berperan penting.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan itu kepada pembaca dimohonkan untuk memberi sumbangsih pikiran berupa saran atau kritikan yang membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga sanggup dipakai sebagai materi pola dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, H.Drs. 1998.Psikologi Umum. Rineka Cipta. Jakarta
Aswin Hadis, Fawzia. 1995. Psikologi Perkembangan Anak. Dekdikbud
Fauzi, Ahmad, H.Drs. 1999.Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung
http://community.um.ac.id/showthread.php?75057-Hakikat-pertumbuhan-dan-perkembangan-peserta-didik. Html. Diakses hari rabu, 25 desember 2013 pukul 14.36 WITA.
Sunarto dan Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Yusuf, Samsyu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Rosda Karya.
0 Response to "Perkembangan Penerima Didik"
Posting Komentar